"Pulang" ada suara dibelakangku, tanganku ditarik dengan keras. Aku menoleh kesumber suara, betapa kagetnya aku mas Rayhan sudah berdiri dibelakangku dengan wajah yang garang. Aku menepis tangannya, sungguh ajaib suamiku ini dia bagai hantu yang selalu membayang.
"Pulang sekarang !" suaranya semakin keras, aku tetap bertahan ditempat. Aku melihat pos pengaman rumah Putri sudah mulai berlari dan berdiri kearah kami. Salah satu securitynya terus menatapku dengan wajah tanda tanya, security ini sudah hapal wajahku. Dan dia tau kalau aku adalah sahabat anak majikannya tapi sepertinya dia tidak mau gegabah untuk segera bertanya apa yang terjadi.
"Pulang sekarang Rea" aku meringis kesakitan karena tanganku dicengkram semakin kuat.
"Tolong jangan buat keributan disini" salah satu security berusaha melerai kami.
"Ayok pulang" kalimat security seperti tidak dipedulikan mas Rayhan, buktinya dia tetap menatapku tajam tanpa menolehpun kearah security yang barusan bicara kepada kami.
"Sekali lagi saya ingatkan tolong jangan ribut disini atau saya akan bertindak" security kembali mengingatkan.
"Diam, jangan ikut campur" situasi mulai tidak baik, aku harus mengikuti kemauan mas Rayhan. Bagaimanapun aku juga punya katakutan kalau akan ada keributan disini. Dan sepertinya aku yang akan punya tanggungjawab besar secara moral dalam hal ini.
"Oke aku mau" aku berkata dengan lantang, aku seperti pencuri yang ditangkap paksa untuk dibawa ke bui. Semua mata yang ada ditempat ini menatapku lega, kalimatku seolah sebuah oase bagi mereka. Kalimat yang bisa menghindarkan keributan.
Aku yang menyerah pasrah dibawa pada tempat yang disebut 'rumah' tanpa terlebih dahulu bertemu dengan sahabatku Putri.
Tanpa aba-aba aku masuk kemobil yang ditumpangi mas Rayhan. Aku tidak mau menatap matanya yang seperti merah menyala.
Ciiitt... Mas Rayhan menghentikan mobil secara mendadak. Aku tau dia pasti akan mengataiku.
"Kenapa hati mu sekeras batu? apa kau tidak berpikir akan ada hal buruk yang terjadi karena perbuatanmu?"
"sekeras batu? hati siapa sebenarnya yang sekeras batu?" aku membalikkan pertanyaan kepadanya kembali.
"Jangan membalikkan pertanyaan? berpikirlah sebelum bertindak?"
"Aku sudah berpikir ribuan kali"
"Tapi mengapa kau masih mengulangi kebodohan yang sama?"
"Berhentilah memanggilku bodoh !"
"Terus kalau bukan bodoh apa namanya?"
"Cukup. Aku tidak mau berdebat dengan orang gak punya hati " aku memukul bahunya berulang kali, aku tidak tahan dengan setuasi ini. Tanpa terasa airmataku mulai jatuh, kulihat mas Rayhan diam saja dengan mimik wajah yang tidak ku tahu maknanya.
Mobil dijalankan kembali, aku menyandarkan tubuh dikursi mobil. Aroma farpum perempuan tercium di indra penciumanku. Pasti ini aroma farpum perempuan yang dini hari tadi kulihat pergi bersama.
Kurang dari satu jam perjalanan kami sampai dirumah, dari luar aku melihat mobil ayahku. Aku berlari kedalam rumah mencari ibu, aku menemukan ibu duduk disamping ayah. Aku tau kalau mereka sedang menungguku, aku memeluk ibu dengan terisak dipelukannya.
"Rea, apa yang kau lakukan?" nama asliku disebut ayah kali ini, sepertinya ayah juga marah kepadaku.
"Perbuatanmu sangat kekanakan dan membuat malu ayah"
"Ayah malu? apa ayah hanya memikirkan tentang malu ayah saja tanpa ayah tau perasaanku?, penderitaanku?" aku melepas pelukan ibu, kali ini aku sudah berani mengungkapkan perasaanku.
"Rea, kamu tidak tau apa-apa, jadi jangan banyak berbicara"
"Oya? aku memang tidak tau apa-apa ayah, sehingga aku juga tidak atau kenapa ayah memasukkan aku keneraka ini"
"Rea, jaga bicaramu"
"Apa ayah terkejut mendengar kalimatku? apa ayah pernah sadar kalau selama ini selalu menuntut keinginan ayah tanpa ayah mau mengerti perasaan anak-anak ayah?"
"Dan aku seperti tidak mengerti ayahku, atau bisa jadi ayahku juga orang yang jahat"
"Rea..." tangan ayah seperti siap diayunkan kearahku, tapi cepat dihadang oleh ibu dengan tangannya.
Aku sudah pasrah kali ini, aku sudah tidak tahan lagi apalagi melihat ibu juga sudah mulai menangis.
"Ayah sudah, biar masalah ini Rayhan selesaikan baik-baik dengan Rea" ayah yang semula berdiri kembali duduk.
"Oya, ayah dan ibu istirahat aja dulu dikamar. Biar Rayhan bicara empat mata dengan Rea"
Aku menoleh kearah ibu, ibu memberi kode dengan 'menggguk' kearahku. Seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Ayah tidak menatapku tapi aku tau pikiran ayah sepertinya masih kacau sepertiku.
Aku duduk dipojok kamar, rambutku yang masih basah kubiarkan begitu saja sehabis mandi tadi. Aku hanya berpikir tentang perubahan ayah yang secara mendadak, sekarang sikap ayah seperti teka-teki bagiku.
"Melamun?" suara mas Rayhan mengejutkanku. Seharusnya laki-laki ini tidak pernah menjadi suamiku.
"Terimakasih sudah membawaku kembali"
"Mengapa kamu bisa kabur dari rumah?apa yang kau tuju?"
"Aku tidak menyesal dengan perbuatanku, sebab disitu aku bisa tau perbuatan suamiku" ku lihat mas Rayhan sedikit terkejut dengan kalimatku.
"Apa yang tampak dimata belum tentu sesuai dengan imajinasimu"
"Kesedihanku hari ini adalah hal terburuk yang pernah ada dalam hidupku"
"Rea, mas lelah berdebat terus denganmu. Mas mau kita bicara secara baik-baik. Mengapa kamu sampai kabur dari rumah?sehingga membuat kami semua mencemaskanmu"
"Aku juga lelah seperti ini terus mas, aku ingin hidupku seperti dulu" Entah mengapa mataku kembali menganak sungai kali ini.
"Tolong beri aku kebebasan, tolonglah. Tolong ceraikan aku mas"
Mimik wajah mas Rayhan sepertinya berubah, seperti ada riak luka digores wajahnya.
"Tapi mas tidak bisa"
"Kenapa? bukannya mas punya wanita simpanan? dan aku gak pernah mempersoalkannya bukan?"
"Mas tidak punya wanita simpanan"
"Lantas, siapa wanita itu?"
"Dia hanya teman dimasa lalu"
"Terserah saja mau teman atau bukan mas, aku cuma memohon mas, ceraikan aku. Tolonglah"
"Tidak bisa Rea"
"Kenapa?"
"Ayo minum dulu" aku yang haus langsung minum air yang disodorkan mas Rayhan.
"Kenapa mas?"
"Karena aku mencintaimu sejak dulu, bahkan dari dulu"
Apa terkejut mendengar kalimatnya, apakah ini lelucon untuk menenangkanku. Mana mungkin 'serigala' ini mencintaiku dari dulu?aku saja kenal dengannya hanya beberapa bulan yang lalu.
"Cih, please jangan penuh drama" mas Rayhan mendekat kearahku. Dia memelukku lembut serta mencium kepalaku.
'Hei,,kenapa nih 'suami'? apa dia kesambet?
Dia seperti bunglon yang bisa kapan saja berubah warna. Aku sibuk dengan pikiranku, tapi ternyata tangan mas Rayhan sudah berhasil meremas kembarku. Mas Rayhan memelukku dengan hangat, entah kenapa kali ini aku hanya mengikut saja keinginannya. Aku seperti terbuai dengan pesonanya, memang sih sebenarnya mas Rayhan punya mata elang serta wajah yang tampan.
Aku tidak tau kapan mas Rayhan berhasil membuka sekuruh pakaianku serta menutup seluruh tubuh kami dengan selimut.
"I Love You" mas Rayhan berbisik ditelingaku, aku terbuai dengan kalimatnya.
"Istirahatlah" aku sangat mengantuk, mataku yang berat mulai terpejam. Perlahan aku merasakan sentuhan tangan mas Rayhan, setengah sadar aku menikmatinya. Aku juga masih setengah sadar ketika merasakan junior mas Rayhan mulai 'menyerangku', kali ini aku tidak merasakan sakit sama sekali seperti sebelumnya. Yang ada rasanya kenikmatan yang luar biasa bahkan ingin kembali mengulangnya.
Setelah ini aku tidak ingat apa-apa lagi, mataku semakin berat dan aku semakin lelah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nur Lizza
sebenarny reyhan siapa y thor.sejk kpn reyhan suka sm rea
2021-05-27
0
Neyla Zalfa
penasaran banget dgn sosok reyhan,muga dia bukan psikopat
2021-02-06
2
Any Andono
ceritanya msh teka teki, belum kebaca arah ceritanya, tp asyik.....👍
2021-02-05
3