"Rea...."Aku mendengar suara ayah dan mas Rayhan secara bersamaan. Keduanya langsung membuka ikatan dan memelukku. Aku hanya diam, aku tatap wajah mereka satu persatu setelah ikatan penutup mataku terbuka. Aku mengedar pandangan mataku kesemua arah yang terjangkau untuk dipandang tapi tidak kutemukan kehadiran ibu disana, pasti ibu tidak diikutsertakan dalam pencarianku.
"Kamu gak apa-apa nak?" ayah bertanya kepadaku dengan tatapan risau, terpancar gurat kesedihan pada wajah tuanya yang tampan. Lama kutatap wajah ayah, mencoba menyelami lebih dalam retinanya. Aku tidak menemukan apa-apa disana selain tatapan sayang sebagai seorang ayah meski hatiku mulai yakin ayah sangat banyak menyimpan rahasia dalam masa lalunya.
"Adek mau pulang" ayah mengangguk sambil melirik mas Rayhan, tanpa dikomando mas Rayhan langsng membopong tubuhku, aku masih diam dan terserah mas Rayhan mau melakukan apa. Sekarang pikiranku adalah satu, pulang.
Beberapa anggota pengawal tetap siaga disisi kiri-kanan kami, sebagian yang lainnya sudah lebih dahulu menyisiri tempat ini serta mencari jejak pelaku yang menculikku sebelumnya. Mobil mulai berjalan dengan pelan, mas Rayhan menarik tubuhku pelan dalam pelukannya dan menyerahkan botol air mineral agar aku meminumnya. Mas Rayhan juga memberiku roti agar perutku terisi. Setelah itu mas Rayhan mencium tengkukku bahkan beberapa kali mencium pipiku, aku merasa geli bahkan tidak enak hati serta malu sendiri apalagi dengan santainya mas Rayhan melakukan hal itu padahal ayah tepat berada didepan kami, disamping sopir yang sedang konsentrasi menjalankan mobil.
Setelah sampai dirumah setengah berlari ibu mendekati ku, matanya yang sembab menyiratkan kalau ibu pasti menangis semalaman. Aku tersenyum kearah ibu, menguatkan hatiku sedemikian rupa gara kesakitanku sama sekali tidak terbaca.
"Adek baik-baik saja bu" itu kalimat pamungkas penentram hati bu, kami berpelukan dengan erat dan tangis ibu pecah tumpah ruah seakan tidak terbendung. Melihat sikap ibu seperti itu, ayah menenangkan ibu dengan memelukknya erat dan dengan setengah berbisik ayah mengatakan kalau aku sedang dalam keadaan baik-baik saja. Ibu mengangguk tapi dengan tangis yang mulai reda. Setelah dokter keluarga memeriksa ku, dan menyatakan aku tidak sakit terlalu parah, dokter menganjurkan agar aku segera membersihkan diri serta istirahat setelahnya.
Ku dengar mas Rayhan pamit keoada kedua orangtuaku serta kembali membopongku menuju lantai atas rumah ini yaitu kamar kami.
Mas Rayhan membaringkan ku ketempat tidur, satu persatu pakainku mulai dilucutinya. Bippp...ponsel mas Rayhan berbunyi nyaring dan mas Rayhan mengangkatnya.
"Sialan, temukan cepat atau kau akan tamat" Aku tidak terkejut mendengar suara kesal mas Rayhan, sudah biasa bahkan sudah terlalu biasa.
Setelah menjawab telpon tersebut, mas Rayhan kembali menatapku serta memulai kembali aktivitasnya untuk membuka hampir seluruh pakaianku. Sepertinya setiap jengkal dari tubuhku akan mulai diperiksanya.
"Tenang saja tubuh kurusku tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun" mas Rayhan seperti terkejut mendengar kalimatku, cih..aku tau isi otaknya.
"Mas akan membersihkan tubuhmu" tanpa persetujuanku mas Rayhan kembali membopongku menuju kamar mandi, membaringkanku dengan pelan ke buthup kamar mandi. Air hangat sudah tersedia didalamnya. Benar saja, mas Rayhan betul-betul membersihkan tubuhku disetiap incinya.
"Yang ini sakit?" aku mengangguk pelan, bagian kepala belakangku memang terasa masih sangat sakit. Ini diakibatkan oleh pukulan yang kuterimaku sebelumnya. Bahuku dipijat kecil oleh Mas Rayhan, walaupun mas Rayhan tidak ikut mandi denganku tapi bisa kupastikan junior mas Rayhan sudah bangundisana menyaksikan tubuh kurusku yang bugil.
"Udah mas, ini sudah mulai dingin" sebenarnya aku tidak merasa dingin tapi aku takut akan ada aksi yang lebih stelah ini. Mas Rayhan mulai bangkit, mencoba kembali mengangkat tubuhku, aku menolak dan segera berdiri kemudian berjalan pelan sambil meraih handuk untuk menutupi sebagian tubuhku.
"Jangan salah paham, mas akan meredam sekuat mungkin sampai kamu sembuh"
Aku langsung terkejut mendengar kalimat mas Rayhan "sampai sembuh", aku jadi gamang memikirkannya. Aku melihat mas Rayhan sekilas, mas Rayhan keluar dari kamar serta melangkah untuk keluar dari kamar ini, sepertinya menuju lantai dasar. Aku lega, setidaknya aku tidak selalu dalam kungkungannya.
'klek' wajahku langsung pias, ternyata mas Rayhan kembali masuk kekamar dengan nampan ditangannya.
"Makan dulu, setelah ini istirahat" aku hanya menurut ketika mas Rayhan menyuapiku. Tapi baru beberapa suap rasanya aku langsung merasa kenyang.
"Udah kenyang" aku menolak sendok yang diarahkan mas Rayhan ke tanganku dengan melihat kearah lain. Aku malas bertatapan wajah dengannya.
"Kenapa membuang muka Rea?, mas hanya menatapmu bukan ingin melahapmu. Lalu mas Rayhan berdiri dan menaruh kembali nampan yang berisi piring tadi serta meletakkannya di atas nakas, setelah mas Rayhan meletakkan nampan yang berisi tersebut, mas Rayhan berjalan kearah meja rias lalu membawa sisir kehadapanku dan mulai menyisir lembut rambutku.
"Mas ngantuk..." jujur, diperlakukan spertini rasanya akan membuat mataku meredup.
mendengar kalimatku mas Rayhan menghentikan aktifitasnya menyisir rambutku, lalu kemudian kembali membaringkanku serta memelukku. Kami berbaring secara bersamaan, aku merasakan tangan mas Rayhan mengusap rambutku, kemudian mengelus-elus punggunggu sehingga semakin membuatku mengantuk. Jujur aku nyaman dengan perlakuan mas Rayhan seperti ini.
Lama-kelamaan mataku semakin berat dan bisa kurasakan mas Rayhan semakin mendekapku dan akupun tertidur pulas dalam pelukannya.
Tepat sebelum subuh mataku terbangun, aku terkejut dengan posisi wajahku menghadap ketiak mas Rayhan. Aku yang terkejut langsung terduduk, mas Rayhan masih tampak pulas dalam tidurnya. Aku memperhatikan wajahnya yang terlihat teduh ketika lagi tidur seperti ini.
"Benarkah cinta laki-laki ini tulus untukku?" aku bergumam sendiri dalam hati, menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
Aku mulai bangkit dan berdiri menuju kamar mandi, membasuh wajah serta menggosok gigiku lalu kemudian mengambil air wudhu' untuk menunaikan shalat subuh ku.
Ketika keluar dari kamar mandi mas Rayhan rupanya juga sudah bangun dan tersenyum kearahku.
Setelah selesai shalat subuh dan mandi kami turun ke lantai bawah untuk sarapan, sbenarnya bisa saja sarapan didalam kamar, tapi aku ingin sarapan bersama ayah dan ibu. Ternyata kami sudah ditunggu dimeja makan, ibu sudah membuat nasi goreng spesial kesukaanku. Kali ini aku makan dengan lahap, masakan ibu selalu nomor satu dihadapanku.
"Maaf tuan, diluar ada tamu? Bi Ijum pembantu rumah ini memberitahu mas Rayhan, tentunya Bi Ijum mendapati informasi tentang tamu ini dari security didepan.
"Hah, sepagi ini?siapa bik?"
"Non Putri dan orangtuanya tuan" dalam hati aku bersorak, aku senang kalau putri akan menjengukku.
Mas Rayhan menatapku sejenak dan kemudian berkata " suruh masuk bik" bik ijum mengangguk mendengar kalimat tuannya.
Saking gembiranya aku meletakkan sendok makanku serta berjalan pelan keruang tamu, tidak ku hiraukan panggilan mas Rayhan yang menyuruhku menghabiskan sarapanku. Ayah dan ibu hanya diam saja sambil geleng-geleng kepala.
"Putriii.." aku dan dan Putri saling berangkulan, sungguh aku sangat merindukannya begitu juga putri sangat merindukannku.
Setelah puas berangkulan dengan putri, aku salam kepada mama putri. Wanita cantik ini tidak pernah ku dengar suaranya tapi selalu ketemukan senyumnya.
Mas Rayhan ikut duduk mendampingiku, aku yang ingin tau tentang Rangga tidak jadi bertanya kepada Putri.
Ayah dan Ibu juga muncul kemudian, aku senang kalau orangtua kami akan berkenalan dan juga semoga akan menjadi sahabat seperti kami.
"Lailaa.." ayah yang begitu melihat mamanya Putri seperti terkejut, kami semua juga terkejut. Tapi mamanya putri terlihat biasa saja bahkan sangat bisa mengontrol ekspresinya.
Tidak lama kemudian ayah mudur beberapa langkah, serta meninggalkan kami semua. Ibu yang melihat kepergian ayah yang terkesan mendadak juga ikut menyusulnya.
Tidak lama kemudian Putri dan mamanya pamit untuk segera pulang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut
2021-05-27
1
Bivendra
lm bgt hiatusnya kmn aja thoor
are u okay?
2021-03-26
1