Bintang-gemintang menggantung dilangit, rasi bintang seolah memberi kode 'malam sedang sempurna'. Sebagian Raga yang lelah sudah tertidur dalam lelap, sebagiannya lagi masih sibuk melewati malam yang kian larut. Aku salah satu raga yang masih sibuk menaklukkan malam, sudah hampir sepertiga malam mataku belum juga terpejam. Aku berselonjoran dibalkon kamar, jauh dari pos penjaga sana aku bisa memastikan kalau beberapa penjaga itu mengawasiku dari jauh. Hei aku masih waras, tubuhku belum lelah jadi jangan risaukan keadaanku yang seperti ini dan yang pasti aku menikmati keindahan bintang malam ini.
Setelah puas berselonjoran di balkon aku sedikit beranjak ke sofa yang menempel kedinding, hawa sejuk menyelimutiku. Kali ini aku ingin tiduran saja di sofa yang empuk itu, bintang-bintang yang indah itu masih menggantung tapi ada seperti gumpalan gelap yang mengahalanginya. Bisa jadi gumpalan gelap itu akan berubah menjadi hujan. Hoamm...mulutku menguap beberapa kali, kurasa aku mulai mengantuk.
"Sudah bangun?" aku mendengar suara mas Rayhan untuk pertama kali. Kemana aja semalaman laki-laki yang ku sebut 'suami' ini sepanjang malam?kenapa baru nongol?. Tapi kenapa aku berada di kamar?pasti mas Rayhan memindahkanku dari balkon kesini.
"Aa... sudah pagi?" aku terkejut, hari sudah terang. Aku berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuh serta shalat subuh yang sudah sangat dikatakan terlambat.
Aku sedikit merias diri, memasang jilbabku dengan rapi serta mengambil beberapa buku dan jurnal yang ku anggap perlu untuk dibawa ke kampus, aku akan ke kampus pagi ini. Aku sudah berjanji dengan Putri akan bertemu dengannya juga.
"Mau kemana?" aku yang buru-buru sampai lupa kalau mas Rayhan ada disampingku. Ternyata dari tadi dia terus menatapku.
"Ke kampus"
"Apa kamu gak bisa melihat dari tadi mas sudah berdiri disini?, kamu tidak bisa kemana-mana"
"Mas hari ini adek mau menemui pembimbing dan mau daftar ujian kompetensi akhir"
"Tetap dirumah dan jangan kemana-mana"
"Mas kalau adek gas lulus gimana?"
"Terserah"
"Mas..." mas Rayhan membelakangiku kemudian menuju tangga dan turun kelantai bawah. Aku mengikuti mas Rayhan dengan mencoba menarik tangannya tapi mas Rayhan menepiskan tanganku. Aku mengulanginya kembali tapi tetap saja mas Rayhan menepiskan tanganku, tanpa sengaja kakiku tersandung tangga dan 'brukk' aku terjatuh dengan posisi kepala membentur dinding.
"Rea..." mas Rayhan terkejut, aku memegang kepalaku yang terasa sangat sakit. Bahkan terasa sangat pusing karena benturan yang cukup keras.
"Padahal, cuma mau ke kampus...hikss..." aku terisak, laki-laki ini seperti bunglon. Kadang baik terkadang seperti penjahat.
"Makanya jangan bertindak ceroboh" bukannya minta maaf tapi malah menyalahkanku. Aku menyandarkan tubuh ke dinding, aku seperti pipit yang patah sayap.
"Aku benci kamu yang jahat"
"Tapi aku mencintaimu"
"Itu bukan cinta tapi obsesi"
"Terserah menyimpulkan seperti apa"
Aku tidak menjawabnya, aku lelah berdebat dengan manusia yang tidak punya hati. Aku hanya bisa menangis, meratapi diri.
Mas Rayhan berlalu dihadapanku kemudian turun kelantai bawah tanpa bertanya apakah kepalaku masih pusing atau tidak. Aku melingkarkan tanganku ke lutut, memeluk diriku sendiri yang telah rapuh.
"Non ayo sarapan" bi Ijum pembantu yang baik hati mengantarkan sarapan untukku.
"Ga usah Bi, belum lapar" aku hanya meminum air putih.
"Bibik turunlah ke bawah" bi Ijum mengangguk dan mulai turun ke lantai bawah.
Sudah hampir satu jam berlalu, aku masih termagu duduk ditangga ini. Dari tadi ponselku berbunyi, pasti Putri menghubungiku. Aku sangaja tidak mengangkatnya, aku lagi tidak bersemangat berbicara dengan siapapun.
"Sampai kapan kamu akan bertahan seperti ini, ayo turun kebawah dan habiskan sarapanmu" aku hanya diam, mendengar suaranya saja aku semakin tidak bersemangat untuk berbicara.
"Kamu ingin ke kampus? tapi ayo turun dulu" mendengar kalimat 'kampus' aku jadi bersemangat dan mulai berdiri untuk turun kelantai bawah.
"Mas akan antar kamu kekampus"
Aku yang baru mulai meminum susu langsung tersedak.
"Tapi mas, pergi sendirikan juga bisa seperti biasa"
"Mau ke kampus atau nggak? kalau gak ya udah" aku berpikir sejenak, ya udah deh aku terpaksa menerimanya.
Setelah selesai sarapan akhirnya aku kekampus dengan diantar mas Rayhan, aku hanya diam sepanjang perjalanan. Mas Rayhan juga diam, entah apa yang dia pikirkan.
Kami sampai dikampus setelah lebih satu jam perjalanan, ketika memasuki area kampus aku menelpon Putri.
"Ya ampun penganten baru, dah lebih dua jam nih nunggu" Putri protes, aku tau dia kesal setengah mati.
"Sabar Neng, kamu dimana?" Putri bilang lagi menunggu didepan biro kampus,setelah mobil berhenti aku bergegas turun. Sebelum turun aku sengaja tidak bicara kepada mas Rayhan, hatiku masih sakit karena ulahnya.
Aku sampai di Biro kampus, disana sudah ada Putri serta beberapa teman mahasiswa lainnya yang sedang berbincang. Sebagaian dari mereka pasti juga menunggu dosen pembimbing untuk konsultasi tentang ujian kompetensi yang akan dihadapi nanti. Aku melihat Rangga dipojok ruangan biro kampus, penampilannya yang sedikit kusut tidak merubah ketampanannya. Rangga menatapku dengan pandangan yang aku paham artinya.
Setelah menjumpai dosen pembimbing hatiku lega, aku bisa mendaftar untuk ujian kompetensi terakhir nantinya. Perjalanan serta perjuangan koass ku tentu tidak akan sia-sia.
"Makan siang yuk" Putri mengajak kami makan, aku mengangguk dan disusul oleh Rangga kemudian yang ikut mengangguk sepertiku. Kami menuju kafe kampus langganan kami, Rangga duduk dengan posisi seperti biasa kami duduk. Tidak lama kemudian pelayan kafe datang mencatat pesanan kami. Setelah pelayan itu pergi Rangga menggeser duduknya sambil menatapku, aku agak risih dia terus memandang wajahku.
"Hei, kayak orang kesambet gitu pandangan lo ke Rea, ada apa sih?" Putri yang heran langsung bertanya ke Rangga. Putri pasti sadar akan perubahan Rangga baru-baru ini.Tapi yang ditanya diam saja. Tidak lama kemudian makanan yang kami pesan datang, dan aku mulai menikmati hidangan makan siang ini dengan hati yang nelangsa.
"Rea, aku tau kamu tersiksa dengan pernikahanmu. Kamu berat untuk bertahan, aku bersedia menerima kamu apa adanya" Rangga menggenggam tanganku, Putri yang mendengar kalimat Rangga langsung melotot ke arah kami berdua.
"Buugs.."
Sebua pukulan mendarat kewajah Rangga, Rangga langsung terjungkal jatuh dari kursinya. Tidak lama kemudian sebuah tangan menarikku untuk keluar dari kafe itu, aku sadar siapa yang datang. Rangga terpancing emosi langsung mengejar kami.
"Lepaskan dia" mas Rayhan berhenti mendengar kalimat Rangga.
"Pecundang tidak mengganggu istri orang"
"Cih, istri? dari sikap anda aku yakin kau memperlakukannya seperti tahanan, kalau dia bersamaku aku akan menjadikannya sebagai seorang Ratu"
Mas Rayhan semakin murka mendengar kalimat Rangga, Aku langsung histeris menarik tangan mas Rayhan yang hendak memukul kembali Rangga. Aku menariknya untuk cepat masuk kedalam mobil, disebelah Rangga ada Putri yang sedang menenangkan Rangga.
Mas Rangga memacu kendaraan dengan tinggi, dia seperti orang kesetanan mengemudi mobilnya.
"Hentikaaannn'' aku menjerit sekuat tenaga memohon agar mas Rayhan menghentikan mobilnya atau minimal mengurangi kecepatannya.
"Mas Please" aku memohon kepada mas Rayhan dan akhirnya dia mengurangi kecepatannya.
Setelah sampai dikamar mas Rayhan menarik tubuhku, aku yang terkejut langsung menghindar. Mas Rayhan yang masih marah menarik paksa bajuku serta merobeknya, semua pakainku dilepasnya dan mendorongku ke tempat tidur. Kali ini Mas Rayhan membuka pakainnya kemudian melompat ke tempat tidur. Tubuhku di jamah oleh mas Rayhan dengan kasar, aku menangis kesakitan ketika bibirku dilumatnya dengan kasar. Terasa sekali bibirku sakit dan jadi bengkak.
"Kamu kenapa sih mas?kamu seperti kesetanan" aku berkata dengan suara yang hampir parau.
"Ya aku kesetanan dan hampir gila karena perbuatan yang kau lakukan"
"Aku tidak pernah berbuat macam-macam"
"Tidak berbuat? yakin ?hah..yakin?terus apa yang kau lakukan dengan Rangga subuh itu? Jawab !"
Aku baru sadar ternyata hal ini penyebab mas Rayhan marah terus padaku.Tapi darimana mas Rayhan tau yang Rangga lakukan padaku subuh itu?.
"Maaf mas, kami tidakberniat melakukannya. Kami khilaf mas"
"Aku tidak bisa memaafkan"
"Mas Jangan egois, mas kira aku gak tau apa yang mas lakukan dengan wanita itu? jangan sok suci, sekali aku melakukan kesalahan mas mengamuk seperti ini"
"Jangan bawa-bawa wanita lain dalam hal ini..."
"Terus apa? apa yang mas lakukan selama ini aku cuma diam bukan?"
"Tapi aku gak sudi milikku disentuh orang, itu membuatku muak"
"Jangan sok suci didepanku mas"
"Reaaa..." tangan mas Rayhan mulai terangkat, sepertinya mau memukulku.
"Apa?Pukul aku mas. Kenapa berhenti?ayo pukul, pukul sekarang. Pukul biar hatimu senang, kalau bisa bunuh saja sekalian" aku mengis sambil mengatakannya, sungguh aku tidak lagi sanggup hidup dengan laki-laki tempramental seperti dia.
Bip..bip..
Ponsel ku berbunyi, ada nomor ayah tertera disana. Ponsel tersebut segera diambil alih oleh mas Rayhan. Setelah menjawab telpon dari ayah , wajah mas Rayhan langsung berunah. Aku penasaran langsung mendekat kearah mas Rayhan.
"Kenapa mas?" aku penasaran, mas Rayhan belum menjelaskan apa isi pembicaraanyya dengan ayah.
"Pergilah mandi, kita akan kerumah sakit. Ibu dirawat disana, barusan diserempet mobil"
Aku merasakan langit runtuh seketika, tubuhku menjadi lemah. Ibu, mengapa bisa seperti ini. Mendengar kabar ini, aku langsung histeris dan mas Rayhan menennangkanku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nur Lizza
kapan ya rahasia akan terbongkar
2021-05-27
1
Any Andono
masih membaca arah cerita n sesuatu yg di tutup tutupi, kira2 apa yaa.....
2021-02-10
1
Neyla Zalfa
untung saja ayah telpon,hadeech rayhan mencintai seseorang gk harus menyiksa,terlalu posesif banget cih kamu,geraaasm dech jadinya.padshal aku suka loh,kamu udah mulai berubah bang reyhan.jgn kasar² banget dech ama cewek.lebih baik ama rangga aja thoor yg lebih bisa mrnghargai seorang wanita.next up!!
2021-02-10
0