"Dudukk..." setengah didorong tubuhku langsung terhempas duduk dikursi belakang mobil mas Rayhan.
'Buk..buk..buk..' aku memukul bahu mas Rayhan beberapa kali, wajahnya mengeras seperti menahan amarah. Sopir yang mengendarai mobil ini hanya diam saja sambil melirik kami dari kaca spion mobil. Mobil melaju cukup kencang, membelah jalanan ibukota yang cukup padat siang ini, sepanjang perjalanan aku berusaha keras menahan airmataku. Hatiku sakit membayangkan tatapan sedih Rangga yang melihat adegan kami tadi, keterlaluan. Mas Rayhan sungguh keterlaluan. Lihatlah wajahnya sekarang sikapnya seperti biasa saja, seperti tanpa rasa bersalah bahkan sedikitpun tidak menghiraukanku.
Mobil sudah sampai dihalaman rumah, bergegas aku turun dari mobil. Dengan cepat mas Rayhan menggenggam tanganku, menariknya kelantai atas dan aku sedikit meronta.
" Kamu sudah keterlaluan mas, kamu sudah menyakiti perasaan Rangga. Seharusnya...."
" Seharusnya apa? perasaan?beraninya kau bicara tentang perasaan Rea. Kau sudah menginjak harga diriku"
" Apa? harga diri?suami macam apa yang membawa perempuan selingkuhannya kedalam rumah dengan disaksikan istrinya?"
" Jangan macam-macam Rea aku tidak pernah berselingkuh"
" Terus apa?kau laki-laki munafik yang pernah ku kenal. Bahkan kau sudah menabrak ayahku serta berpura-pura untuk menolongnya dan mengancamnya untuk membayarnya dengan diriku. Kau jahat, aku benci dirimu" aku meraung sambil mengatakannya, suaraku nyaring setengah berteriak, seisi rumah pasti mendengar suaraku tapi aku tidak peduli.
"Aku tidak takut padamu Rayhan..hiks..hiks"
Dengan mata merah menyala mas Rayhan menatapku dengan tajam, kebencianku seolah menjadi-jadi padanya.
'Buk.." pintu dibanting dengan keras, laki-laki itu pasti keluar dari kamar dengan gurat kemarahan diwajahnya tapi aku tidak takut.
Aku menangis sepanjang siang, seharusnya aku tidak perlu menangis tentang hal seperti ini tapi bagaimanapun aku juga seorang wanita yang punya perasaan.
Sore menjelang malam aku tidak menemukan mas Rayhan dirumah dan aku tidak perlu bertanya kemana dia pergi. Terserah dia mau kemana, aku bahkan merasa senang tanpa kehadirannya.
'Tok...tok' suara pintu kamar diketok, dari luar aku mendengar suara bik Ijum tengah menawariku makan malam. Aku menyuruhnya masuk dan tampak bik Ijum membawa nampan berisi makan.
"Non makan ya nduk" dengan wajah penuh harap bik Ijum menyendokkan nasi padaku. Aku yang belum makan seharian memakannya.
" Bibik dengar pertengkaran kami?" aku bertanya sambil memberi kode ke bik Ijum kalau aku sudah kenyang.
" Maaf ya non kalau boleh bibik bicara, sebenarnya tidak baik meninggikan nada pada suami. Maafkan bibik sekali lagi.
" Gak apa-apa bik, mungkin memang harus seperti ini. Aku dah pasrah bik, aku dah nyerah. Rasanya tidak ada yang harus dipertahankan lagi".
" Semua pasti ada jalan keluarnya nduk, bersabar dan berdo'alah kepada Allah" Aku tersenyum mendengar kalimat bik Ijum serta mengangguk sebagai tanda aku mengahargai nasihatnya.
Tidak lama setelah itu bik Ijum keluar dari kamar dan aku kembali sendiri, tidak lama kemudian aku mengambil ponsel serta memeriksa pesan Whatsappku dan ternyata ada pesan dari Rangga yang besok mau bertemu denganku ditaman. Aku yang merasa bersalah membalas pesan Rangga dan menyetujui kalau besok aku mau bertemu dengannya.
Menjelang tengah malam mas Rayhan juga tidak kembali, dia tidak menelponku dan akupun malas untuk memulai untuk menelponnya. Akhirnya sudah hampir dini hari mas Rayhan tidak juga kembali dan akhirnya akupun tertidur.
Setelah shalat subuh, aku menyiapkan beberapa keperluan yang akan aku bawa ke kampus sekalian bertemu dengan rangga nanti. Dengan penuh semangat aku melangkah keluar rumah dengan pandangan khawatir dari bik Ijum, aku menolak diantar oleh sopir sebab aku sudah memesan ojek online.
Aku sampai diarea kampus, sebenarnya aku tidak punya urusan berarti dikampus. Tugas pentingku sebenarnya hanya menyelesai koassku yang selalu tertunda. Hanya beberapa menit dikampus aku bergegas ke taman yang tidak jauh dari kampus, tepat jam 9 pagi ini aku akan bertemu dengan Rangga sahabatku sekaligus orang yang kucintai.
"Rea...sudah lama?" suara Rangga terdengar jelas ditelingaku, aku menggeleng memberi kode kalau aku baru bertemu sampai disana.
"Rangga bagaimana perasaanmu?' tanpa basa-basi aku bertanya pada Rangga, wajah Rangga sekilas berubah namun seperti biasa Rangga sangat bisa menguasai dirinya.
" Rea, hari ini mamiku mengundang kita untuk berkumpul di hotel Arcie. Kebetulan hotel tersebut baru dibuka dan kedua orang tuaku akan mengundang orang terdekat untuk makan siang bersama. Bagaimana?"
" OKe deh Rangg. Lagian aku juga suntuk" tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakan Rangga, aku berharap dengan bertemu Rangga dan kedua orangtuanya akan bisa memperbaiki hubungan kami.
Setelah sarapan dikafe yang berada disekitar taman tadi kami kemudian bergegas menuju acara dihotel arcie, hotel baru yang didirikan oleh keluarga Rangga. Setelah sampai disana suasana cukup ramai, sepertinya para kalangan elit busnisman sudah berada disana. Kami sampai tepat ketika acara pemotongan pita yang baru saja dipotong, aku melihat maminya Rangga yang sangat anggun serta sexy berdiri disamping suaminya yang warga keturunan china yang sepertinya jauh lebih tua darinya.
Setelah cara inti selesai satu persatu para tamu mulai menikmati hidangan yang ada, Rangga menawarkanku makanan tapi berhubung masih kenyang aku hanya minum saja. Ditengah hingar bingar acara Rangga mengajakku untuk berkeliling hotel baru ini, dengan senang hati aku mengikutinya.
"Ini kamar terekslusif dihotel ini, Papi bilang akan direkomendasikan untuk tamu penting atau para pengantin baru yang mau menginap" Rangga menjelaskan sebuah kamar kepadaku sambil melihat isi kamar yang begitu mewah ini.
"Wow luar biasa" jawabku pendek sambil mengedarkan pandangan kearah langit-langit kamar yang juga luar biasa mewahnya. Disampingku Rangga merebahkan tubuhnya dikasur tersebut.
"Duduklah..." Rangga menepuk lembut kasur yang dia tiduri sambil tersenyum manis padaku, akupun tersenyum kerahnya sambil duduk dikasur mewah tersebut.
Melihatku yang duduk ranggapun duduk tepat posisinya dibelakangku, dengan gerak cepat Rangga sudah memelukku dari belakang. Pelukan yang kuat dengan penuh nafsu tentunya.
"Rangga apa-apaan sih?" aku yang risih hendak berdiri dan menghindar darinya.
"Rea, tinggalkanlah suamimu yang brengsek itu dan hiduplah denganku" dengan cepat Rangga mencium bibirku, aku yang tidak bisa menghindar sulit untuk menngkis bibirnya. Jujur aku merasakan ciuman Rangga memabukkan. Tidak hanya sampai disitu Rangga ternyata sudah membuka kancing bajuku dan tangannya sudah mulai bergerak kearah dadaku.
"Rangga please, jangan gila Rangga. kita sahabat dan aku sudah bersuami"
" Aku sudah gila Rea. Aku sudah gila semenjak suamimu yang berengsek itu sudah merenggut keperawananmu. Sebenarnya akulah yang setiap hari siang dan malam selalu menjagamu. Sekarang aku minta bagianku, aku inginkan dirimu Rea. Jangan buat aku semakin gila"
"Tidak Rangga, tidak mungkin walaupun aku belum mencintai utuh suamiku tapi aku tidak bisa berhianat dari dirinya dengan menyerahkan tubuhku padamu"
"Tidak Rea, kau harus membayar semua pengorbananku" Rangga seperti semakin beringas, dia menarik paksa tanganku dan kembali menjatuhkan diriku kepangkuannya. Sialnya kancing bajuku yang dia buka sebelumnya memudahkannya untuk melakukan tindakan yang lebih. Bibirnya sudah sampai dibukitku.
"Plakk...aku menamparnya dengan sekuat tenaga. Sekarang aku benar-benar sudah sangat membenci Rangga, aku menyesal ikut dengannya kecara ini.
'Prok...prok..prok'
Sebuah tepuk tangan membahana diantara deru nafasku yang seperti kelelahan karena berlari kesana-kemari menghindari Rangga yang semakin beringas.
"Bagus nak..bagus. Mami bangga padamu. Itu namanya baru seorang jantan pemberani..hahaha" aku terkejut bukan main, maminya rangga sudah berdiri dihadapan kami dengan wajah girang luar biasa.
"Selesaikan hasratmu malam ini juga didepan suaminya, biar mandala itu tau bagaimana sakitnya hati menyaksikan harga dirinya yang koyak"
"Apa maksudnya? sejak kapan anda berada disini?" tanganku kusembunyikan dibelakang pinggulku mengirim kata 'tolong' diponselku keseluruh kontak yang ada diponselku dan untung saja GPS ku sedang aktif, aku berharap kelluargaku akan mengetahui dan mencari keberadaanku. Aku yakin kalau ada yang tidak beres disini.
"Adam bawa dia kesini" orang yang bernama Adam tersebut menyeret seseorang dari arah kamar mandi, kelihatannya laki-laki yang diseret itu sangat lemah.
"Mi tinggalkan kami bertiga dan aku akan menyelesaikan tugasku, aku sudah tidak tidak sabar menikmati goyangannya" Rangga bicara seperti sangat bernafsu, ternyata dia seorang fsikopat. Pandangan mataku kemudian tertuju pada laki\-laki yang sudah diseret tadi dan melihat wajah tersebut aku merasa sangat terkejut bahkan seolah tubuhku menggigil menahan amarah.
"Mass...Rayhaaannnn......"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Anis
istri pembangkang...
2021-07-24
1
Nur Lizza
duh jd penasaran thor
2021-05-28
0
hikmah_dzaki
lanjut thor masih pensaran bgt ini, belum ketemu kuncinya hihi
2021-03-30
2