Perjodohan

Hari ini adalah hari wisudaku, tidak ada yang paling pesial dalam hidupku selain nilai cumlaude serta kebanggaan dan kehormatan yang aku hadiahkan untuk kedua orang tuaku. Perjalanan serta perjuangan pendidikanku masih panjang, selanjutnya yang akan kuberikan adalah kebahagian lain nantinya yang lebih spesial yaitu "jadi dokter sesungguhnya'.

Au dan sahabat serta kawan seperjuangan lainnya tersenyum bangga dan bahagia hari ini. Momen ini tidak akan kulupakan dalam hidupku.

Azan subuh berkumandang dengan lantang di masjid samping rumah, dari luar kamar ku dengar beberapa langkah kaki berjalan tergesa. Pasti itu suara langkah kaki ayah dan ibu yang tergesa menuju masjid. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, pasti sebentar lagi pintu kamarku di ketok ibu untuk mengingatkan agar aku jangan telat shalat subuh.

Tok..tok..tok

"Dek, shalat ya nak" benar dugaan ku

"Iya bu" jawabku. Tidak lama kemudian aku dengar pintu depan dibuka serta di tutup kembali oleh kedua orang tuaku.

Aku bergegas ke kamar mandi,bersuci serta berwudu'. Setelah selesai di kamar mandi aku menunaikan shalat subuh, setelah selesai shalat aku berdo'a untuk diriku, kedua orang tuaku serta kelurgaku.

Setelah selesai shalat aku berbaring malas diatas tempat tidur, pikiranku menerawang kemana-mana. Aku ingat abang-abangku, ingat Rangga yang malam minggu akan bertamu ke rumah, dan yang membuat darahku berdesir aku ingat 'manusia' itu. Duh, kog ingat dia ya?

Tanpa sengaja aku melihat iPhone yang kemarin malam diberi ibu untukku, pasti ibu sudah meletakkannya di meja belajarku. Dan aku enggan menyentuhnya.

Aku mendengar pintu depan sudah dibuka, sepertinya kedua orang tuaku sudah pulang dari shalat berjamaah. Perlahan aku keluar kamar mau menemui ayah. Aku akan mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada ayah tentang 'manusia ' itu.

Aku melihat ayah meletakkan sajadahnya di rak tempat khusus sajadah serta pakaian shalat lainnya, perlahan aku mendekat dan berdiri disamping ayah. Ayah melihat ke arahku, sepertinya ayah tau aku ingin bicara dengannya.

"Ada apa dek?" ayah memulai percakapan ini duluan

"Hmm yah ada yang mau adek omongin?" aku melihat ekspresi ayah, sepertinya dia tidak begitu penasaran dengan hal yang ingin aku bicarakan.

"Ayok duduk dulu, ada apa ?" Ayah berjalan kearah sofa ruangan keluarga, dan aku mengekor dibelakangnya.

"Ayo bicara" ayah menyambung lagi kalimatnya. Jujur aku jadi agak sedikit ragu dan takut.

"Yah kenapa adek mesti dijodohkan?" ayah menatapku

"yah tolong dijawab" pintaku memelas

"Rea, kita ini manusia biasa yang butuh orang lain dalam kehidupan kita.Kalau kita dibantu orang seharusnya kita mesti berterimakasih.

Nak, hutang emas bisa dibayar, hutang budi dibawa mati.

Dia hanya memintamu menjadi istrinya, artinya dia akan menjadi imam mu serta bertanggungjawab penuh atas dirimu dunia dan akhirat. Ayah sudah memikirkannya, bahkan ayah sudah jauh hari menyelidikinya" Ayah menjelaskannya secara panjang lebar padaku, bahkan ayah memanggil nama asliku, sepertinya ayah sangat serius.

"Tapi yah.."

"Rea haruskah kami sebagai orangtua harus memohon padamu? ini demi kebaikan kita bersama nak" kali ini ayah menatapku dengan mata sendu.

"Iya yah" jawabku pelan

"Sebenarnya ayah tidak sampai hati memaksamu begini, tapi ini demi kebaikan kita bersama nak" ayah mendekat kearahku kemudian memelukku. Dan aku tidak lagi bisa membendung air mataku, aku menangius kencang dipelukan ayah, ayah mengusap punggungku.

"Kamu harus kuat dan sabar ya nak" kali ini aku mendengar suara ibu dan dia ikut memeluk kami berdua. Aku sayang ayah dan ibu.

Setelah adegan tangisan dengan kedua orang tua ku, aku mulai menerima perjodohan ini. Mau tidak mau, suka tidak suka aku akan menerimanya.

Aku kembali masuk kemarku, mata ku masih terasa sembab karena menangis tadi.

Pikiranku masih mengambang, ini terlalu cepat. Seperti tiada ruang dan celah untukku lagi bernegosiasi dengan kedua orang tuaku. Aku mulai berpikir mengapa ayah dengan sangat mudah menerima semua ini? bahkan tadi ayah mengatakan telah 'menyelidiki'. Apa yang telah diselidiki ayah? ada apa ini? aku yakin ada sebuah rahasia yang tersirat disini, tapi rahasia apa? nanti aku akan mencari tahu.

Aku mendengar dering telpon, dengan malas aku meraih handphone ku yang ada diatas nakas. Nama abang kedua ku tertera manis dilayar, aku bersorak gembira. Aku langsung mengangkat serta menjawab handphone ku.

"Wa'alaikumsalam" dari sebrang sana aku mendengar ucapan salam, aku langsung cepat-cepat menjawab salam dari bang Arsya.

"Jadi kapan abang pulang?" aku bertanya padanya setelah dia bertanya tentang kabarku, kabar ayah dan ibu.

"Serius?horee...adek tunggu ya" kataku sambil melonjak gembira. Aku mendengar suara terkekeh disebrang sana. Bang Arsya menjelaskan padaku dia akan pulang besok. Aku sangat bahagia, bagaimana gak bahagia aku bakal punya temen dirumah. Teman belanja, teman curhat, teman kelahi.

Tidak lama kemudian bang Arsya menutup telponnya dan ku jawab dengan salam.

Setelah bang Arsya selesai menelpon aku keluar kamar menemui ibu. Ibu sedang sibuk didapur.

"Bu, besok bang Arsya pulang lho"

"oya? hati ibu senang mendengarnya, anak-anak ibu nanti semuanya akan berkumpul" kata ibu sumringah.

"Semuanya bu?" tanya ku penasaran

"Iya nak, kan sabtu ini acara lamaran kamu" Aku hanya diam mematung mendengar ucapan ibu, yang ada dalam pikiran ku adalah sebuah kalimat 'secepat itukah' berulang-ulang kali.

"Adek..jangan merenung ayo bantu ibu, ini tolong goreng ikannya"

"Iya Bu" Aku mulai memanaskan kuali dan memasukkan minyak didalamnya, hal ini sejak remaja aku sudah mahir melakukannya. Meski aku anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan ibu, tapi aku diajar untuk mandiri serta tanggungjawab oleh orangtuaku. Acara memasak untuk makan siang sudah selesai. Aku kembali ke kamar dan mengambil handphone, aku mencari nomor Putri. Aku ingin menelponnya. Beberapa kali aku menelpon Puti tapi gak di angkat, kemana tuh anak pikirku. Aku mencoba lagi tapi tetap gak diangkat, akhirnya aku me WA saja. Aku bilang ingin bertemu dengannya nanti sore di kafe depan kampus. Pesanku sudah terkirim tapi belum dibaca.

Setelah hampir satu jam Putri baru membalas pesan ku dan mengatakan "oke".

Hari menjelang siang, setelah shalat zuhur aku, ibu dan ayah makan siang bersama.

"Bu, yah nanti sore adek ketemuan sama Putri di kafe kampus"

"Jangan lama-lama ya nak, sore sering hujan" ujar ayah mengingatkan

"Iya ayah" aku mengangguk mengiyakan kalimat ayah.

Setelah makan siang dan beres-beres,aku pamit pada kedua orangtuaku. Tujuan pertamaku tentu kampus karena ada beberapa hal yang harus ku selesaikan. Setelah urusanku dikampus selesai aku menuju kafe kampus, tempat janjian ketemuanku dengan Putri.

Aku berjalan ke arah kafe kampus, setelah sampai di pintu kafe aku sudah melihat Putri sudah duduk manis disana.

"Assalamualaikum tuan putri" ucapku sambil tersenyum serta cipika-cipiki dengannya. Putri sangat senang dipanggil dengan sebutan 'tuan putri'.

Aku duduk disampingnya, setelah bertanya kabar masing -masing. Perlahan aku mulai cerita pada Putri tentang perjodohanku.

"What??? serius Re?' aku melihat ekspresi terkejutnya yang luar biasa.

"Kenapa?" tanya ku

"Terus lo terima gitu aja?"

"Ya gimana lagi Put, orang tuaku berutang budi padanya"

"terus Rangga gimana? bertahun cinta sama elo"

"Ya gimana lagi Put"

"Serius Kog aku yang jadi kecewa ya Re"

Aku menatap lurus kedepan, bicara tentang kecewa sebebarnya akulah yang paling kecewa dan terluka.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

semangat re jgn putus asah

2021-05-27

0

Zulfa

Zulfa

Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak 😍

2021-04-15

1

Ibue Deva Desya

Ibue Deva Desya

Next... D tunggu kelanjutannya...

2020-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 AKU, Rea
2 Aku sebagai Penebus
3 Perjodohan
4 Lamaran
5 Mencoba gaun
6 Pernikahan
7 Pindah Rumah
8 Aku yang sibuk
9 Aku ingin Pergi
10 Pergi dari rumah
11 Minta Pisah
12 Fotret Masa Lalu
13 Pakta yang mulai terungkap
14 Pipit dengan Sayap Patah
15 Salam 'Bunga Lili'
16 Jeritan perempuan
17 Penculikan
18 Kedatangan Tamu
19 Pertemuan Rahasia
20 Aku Tidak Selingkuh
21 Kematian Rangga
22 Rahasia Putri
23 "Mass..."
24 Masa lalu mas Rayhan
25 Siapa wanita itu?
26 Tepat didepan mataku
27 Engkau Terlalu Pintar, Istriku
28 10 Tahun Kemudian
29 Tentang Al Rayyan Hanif
30 Boneka "Rea"
31 Ampunkan Aku ya Rabbi
32 Tamu tak diundang
33 Waktumu Sudah Habis
34 Jangan katakan aku orang asing
35 Mata kita sama
36 Al Pergi
37 Dia LGBT
38 Fotret Pernikahan
39 Posesif
40 Semakin Keruh
41 Melewati masa Kritis
42 Harus Menikah lagi
43 Bukan janji tapi bukti
44 Poin Perjanjian
45 I Love You
46 Mengurus istri
47 Tak pernah Ternilai dimatamu
48 Rahasia dibalik letih
49 Merasa diRendahkan
50 Lukisan gambar Hati
51 Perawat Baru
52 Dua garis
53 Pria Misteruis
54 Ternyata
55 Kebahagiaan
56 Hidup punya pilihan
57 Hal buruk masa lalu
58 Hidup Tidakkan Kekal
59 Menjebak lawan
60 Berangkat ke Turki
61 Tidak Bisa Melupakan Rasa Sakit yang Pernah diTerima
62 Tidak Punya Hubungan Darah
63 Kedatangan Fusun
64 Rahasia Kelam yang Terpendam
65 Membongkar Kecurangan Keluarga Elif
66 Rencana Pembagian Hak dan Pembagian Harta
67 Suara Tembakan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AKU, Rea
2
Aku sebagai Penebus
3
Perjodohan
4
Lamaran
5
Mencoba gaun
6
Pernikahan
7
Pindah Rumah
8
Aku yang sibuk
9
Aku ingin Pergi
10
Pergi dari rumah
11
Minta Pisah
12
Fotret Masa Lalu
13
Pakta yang mulai terungkap
14
Pipit dengan Sayap Patah
15
Salam 'Bunga Lili'
16
Jeritan perempuan
17
Penculikan
18
Kedatangan Tamu
19
Pertemuan Rahasia
20
Aku Tidak Selingkuh
21
Kematian Rangga
22
Rahasia Putri
23
"Mass..."
24
Masa lalu mas Rayhan
25
Siapa wanita itu?
26
Tepat didepan mataku
27
Engkau Terlalu Pintar, Istriku
28
10 Tahun Kemudian
29
Tentang Al Rayyan Hanif
30
Boneka "Rea"
31
Ampunkan Aku ya Rabbi
32
Tamu tak diundang
33
Waktumu Sudah Habis
34
Jangan katakan aku orang asing
35
Mata kita sama
36
Al Pergi
37
Dia LGBT
38
Fotret Pernikahan
39
Posesif
40
Semakin Keruh
41
Melewati masa Kritis
42
Harus Menikah lagi
43
Bukan janji tapi bukti
44
Poin Perjanjian
45
I Love You
46
Mengurus istri
47
Tak pernah Ternilai dimatamu
48
Rahasia dibalik letih
49
Merasa diRendahkan
50
Lukisan gambar Hati
51
Perawat Baru
52
Dua garis
53
Pria Misteruis
54
Ternyata
55
Kebahagiaan
56
Hidup punya pilihan
57
Hal buruk masa lalu
58
Hidup Tidakkan Kekal
59
Menjebak lawan
60
Berangkat ke Turki
61
Tidak Bisa Melupakan Rasa Sakit yang Pernah diTerima
62
Tidak Punya Hubungan Darah
63
Kedatangan Fusun
64
Rahasia Kelam yang Terpendam
65
Membongkar Kecurangan Keluarga Elif
66
Rencana Pembagian Hak dan Pembagian Harta
67
Suara Tembakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!