Rangga memacu kendaraannya dengan pelan, mengantarku pulang dan aku duduk disampingnya dengan tenang. Inilah kelebihanku, ketika ada masalah apapun aku hanya diam bahkan sangat tenang seperti tanpa ada beban padahal hatiku lagi berkecamuk hebat. Sipat ini sepertinya turunan dari kedua orangtua ku.
Aku tau Rangga sesekali melirikku, tatapan cinta ada dimatanya.Bahkan tatapan itu ada ketika kami mulai sama-sama memulai aktivitas kuliah sekitar 5 tahun yang lalu.
"Re,langsung pulang atau mampir dulu beli sesuatu untuk orang rumah?" Rangga memecah keheningan diantara kami
"Gak ngga, aku pengen langsung pulang aja. Ini sudah hampir maghrib dan aku takut kedua orang tuaku khawatir" Aku menatap Rangga sedikit ada kecewa diwajahnya.Rangga sudah terbiasa main kerumahku dan cukup dekat dengan Ayah.
"Hmmm oke deh tapi malam minggu aku kerumah ya"
"Biasanyakan malam minggu kamu selalu main kerumahku?"
"Iya sih, tapikan kita ngumpul bertiga. Tapi kali ini aku pengen kita berdua aja. Ada sesuatu hal penting yang pengen aku omongin"
"Omongin sekarang aja, bikin penasaran deh" kataku sambil tersenyum
"Sabar yah" Kulihat Rangga sangat yakin mengucapkannya. Ada apa ya? pikirku
Lebih satu jam perjalanan kami baru sampai rumah. Hari sudah gelap, azan maghrib sudah cukup lama dikumandangkan. Aku cepat-cepat turun dari mobil Rangga.
"Rangga terimakasih ya" ucapku sambil melambaikan tangn
"Iya salam untuk Ayah Ibu"
"Oke" Aku melingkarkan jariku membentuk huruf o setelah itu Rangga memacu mobilnya meninggalkan ku.
Aku mengucapkan salam dijawab Ibu yang masih memakai mukenah.
"Cepat mandi dan shalat maghrib ya nak" Kata ibu sambil mengusap kepalaku. Hal yang selalu Ibu lakukan kalau aku baru pulang dari manapun.
"Ayah mana Bu?"
"Lagi ngaji dikamar"
"Oo, Bu adek mandi dulu ya" Ibu hanya mengangguk sambil tersenyum. Dirumah aku selalu dipanggil adek. Seluruh keluarga besarku juga memanggil seperti itu, sebab aku si bungsu serta anak perempuan satu-satunya dikeluargaku. Aku sangat senang dipanggil adek sejak kecil, meski kami bukan berasal dari keluarga kaya tapi keluarga kami hidup bahagia. Ayah pensiunan karyawan bank swasta di kota Jakarta ini, dari hasil mengumpulkan duit ayah bisa membeli sebuah rumah dipinggir kota Jakarta. Ibu seorang ASN dengan profesi seorang guru. Kami hanya tiga bersaudara, abang tertuaku baru diterima menjadi tenaga dosen di Universitas Negri Syarif Kasim Riau. Namanya Muhammad Arfa lulusan Master Hadist dari Universitas Kairo Mesir. Alhamdulillah karna kecerdasannya bang Arfa kuliah dengan bantuan beasiswa, jadi tidak merepotkan kedua orang tuaku.
Kakakku yang kedua Muhammad Arsya, sekarang lagi menempuh master di IPB jurusan Animal Sains. Bang Arsya juga kuliah dengan bantuan beasiswa. Alhamdulillah orangtua kami sangat terbantu.
Setelah selesai mandi, aku cepat-cepat shalat maghrib takut kehabisan waktu. Setelah selesai shalat aku keluar kamar untuk makan malam. Dirumah cuma tinggal kami bertiga, bang Arfa tinggal di Pekanbaru sedangkan Bang Arsya di Bogor. Ayah sudah duduk dimeja makan, alhamdulillah sudah mulai bisa berjalan meski kadang tertatih. Setelah peristiwa tabrak lari itu ayah seperti kehilangan semangat, untung Ibu selalu sabar menghadapi ayah yang kadang emosi gak jelas.
"Yah, adek dapat nilai tertinggi lagi waktu ujian komprei tadi"
"Alhamdulillah, anak Ayah pintar-pintar semua" Ayah tersenyum melihatku, ayah selalu bangga dengan kami anak-anaknya.
"Jangan lupa ya, semuanya bukan anak ayah saja tapi juga anak ibu" sahut ibu menimpali omongan ayah. Dan kami semua tertawa mendengarnaya.
Makan malam kami lalui dengan nikmat dan hangat, apalagi bang Arfa dan Bang Arsya dirumah pasti lebih seru lagi.
Setelah selesai makan malam kami semua duduk diruangan keluarga, aku membantu ayah berjalan menuju sofa. Ibu masuk ke kamarnya kemudian keluar dengan sebuah kotak cantik ditangannya. Ku lihat ayah dan ibuku saling pandang satu sama lain, sepertinya pandangan mereka ada suatu makna tersembunyi. Dan aku belum bisa menebaknya.
"Dek ga lama lagi adek dah jadi dokter ya nak" ibu berbicara sambil memandang ayah
"Insyaallah bu, do'akan saja"
"Ini ada hadiah untuk adek" sambil menyodorkan sebuah bingkisan yang ibu bawa tadi untukku.
"Hadiah apa bu?"
"Bukalah nak"
"iPhone? ini kan mahal bu" ini adalah jenis iPhone model terbaru dengan harga yang sangat mahal pula. Dari mana Ibu punya duit sebanyak ini pikirku.
"Itu dari nak Rayhan Mandala, dia menitipkannya untukmu" iPhone cantik itu langsung terjatuh dari tanganku, aku terkejut bukan main. Aku langsung membayangkan wajahnya yang sombong, bahkan dengan angkuh dia pernah memintaku untuk menikah dengannya.
"Tidak bu, adek gak mau" tentu saja aku menolak, dia bukan tipeku. Aku langsung berdiri didepan ayah ibu hendak masuk kekamarku, bukan bermaksud tidak sopan pada orang tuaku tapi aku lagi kurang bersemangat untuk sekedar mendengar namanya saja.
"Mau kemana?" kali ini ayah bertanya padaku
"Adek kekamar dulu ya yah Ibu, adek mau shalat isya' setelah itu istirahat". Tidak ada jawaban dari ayah dan ibu tapi ya sudahlah yang penting kedua orangtuaku tidak memaksaku untuk menerimanya.
Setelah selesai shalat isya aku menghempaskan tubuhku ketempat tidur, kesal ingat kejadian tadi. Dari luar ku dengar ketokan pintu kamarku dan ibu masuk ke kamarku.
"Dek, kamu marah nak?"
"Gak bu, mana mungkin adek marah hanya karena iPhone tapi adek lagi gak semangat aja"
"Dek kelurga kita sudah banyak berhutang budi pada Rayhan nak, kalau bukan karena Rayhan kita bisa kehilangan ayah untuk selamanya. Dan kalau bukan karena Rayhan yang menyelamatkan ayah dan membawanya berobat mana mungkin ayah bisa pulih secepat ini? Rayhan banyak menghabiskan harta serta waktunya demi keluarga kita"
"Buu apa maksud Ibu memuji laki-laki itu?"
"Cobalah mengerti, hutang budi mestinya kita balas dengan budi juga" dengan pelan ibu bicara padaku
"Bu apakah ini perjodohan?" airmataku hampir menetes mengatakannya. Ibu memelukku, kami berdua menangis tersedu.
"Ibu gak punya pilihan lain sayang, tapi Ibu rasa Rayhan anak yang baik dan bertanggungjawab" bujuk ibu meyakinkanku
"Apakah tadi laki-laki itu kesini?" setengah terisak ku bertanya pada ibu
"Iya tapi cuma sebentar, katanya dia sibuk. Nak Rayhan titip salam untukmu".
Aku terdiam ketika Ibu bilang laki-laki itu titip salam. Aku tau maksudnya apa, apalagi dia menitip sebuah benda mahal untukku.
"Ibu bolehkah adek menolaknya? maksudnya menolak iPhone mahal itu. Adek masih nyaman memakai Handphone Android adek yang lama, lagian handphone adek masih bagus Bu"
"Gak papa nak, nanti adek bicara dengan nak Rayhan ya, malam minggu katanya mau datang kesini bawa keluarganya"
"Apa Bu? Laki-laki itu datang kesini bawa keluarga? secepat itukah?" Aku terkejut bukan main, mengingat ini terlalu cepat. Ya ampun bukankah malam minggu juga Rangga mau datang kerumah menemuiku.
"Namanya Rayhan dek, ingat ya Rayhan Mandala" tiba-tiba hatiku begitu sesak. Tanpa terasa airmataku menetes membentuk anak sungai, rasanya aku tidak rela secepat ini akan dijodohkan dengan seseorang yang tidak aku kenal sama sekali.
"Ibu apakah kalian menjualku?" dengan terisak aku bertanya pada Ibu. Ibu langsung memelukku dan kurasa Ibu juga menangis tersedu sama sepertiku.
"Demi Allah kami tidak menjualmu atau menjadikanmu sebagai penebus apapun nak, tapi kita sudah berhutang nyawa, sudah berhutang budi. Kami tidak sanggup menolaknya nak ketika dengan sungguh-sungguh dia mengatakan pada kami kalau dia ingin menjadi imam mu" dengan masih terisak Ibu berkata padaku
"Tapi adek belum mengenalnya Bu, kami pernah bertemu sekali dan kelihatannya dia begitu angkuh" dengan melap air mata aku menjelaskan pertemuan pertama kami pada Ibu
"Coba buka hatimu nak, apalagi kalian baru bertemu sekali kan?" dengan sangat jelas Ibu mengatakannya padaku. Sebenarnya betul yang dikatakan Ibu kalau kami baru bertemu sekali dan itupun tidak lama.
Aku melepaskan pelukan Ibu, kembali menghapus airmataku yang mulai berhenti mengalir. Ingin juga aku bertanya pada Ayah tapi ku rasa pikiran ayah tentu sama dengan ibu. Aku perlu mencobanya meski sebenarnya hatiku belum begitu rela.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Anis
lnjut
2021-07-24
1
Nur Lizza
semangat
2021-05-27
1