Akhir-akhir ini aku sibuk bolak-balik kekampus mengantarkan sedikit revisi skripsiku, aku juga mencari informasi tentang Koass ku nanti setelah selesai wisuda Kedokteran. Perjalanan perjuanganku rasanya masih sangat panjang ,mengingat setelah wisuda Kedokteran harus mencari tempat Koass, setelah Koass mesti ujian Kompetensi Mahasiswa Program Propesi Dokter. Aku menghela napas panjang kemudian aku kaget wajahku sudah ditutup dengan tangan lembut seseorang .
"Putri...lepasin donk" aku tau itu Putri sahabatku,aku tau dari aroma parfumnya yang khas.
"ngelamun aja, kenapa? bingung pilih yang mana?"
"Apaan sih Put, aku lagi memikirkan bagaimana kita Koass nanti.
"Eh Re, tanggal berapa pernikahannya?"
"Pertengahan bulan ini"
"What? secepat itu? berarti kamu duluan nikah dari pada acara wisuda kita?"
"Iya Put, semua terasa terburu-buru"
"Aku kasihan melihat lu Re, padahal dulu aku iri melihat ayah lu yang begitu baik dan penyayang. Dan aku tidak menyangka kamu akan jadi korban perjodohan"
"Udah deh Put, aku malas membahasnya"
"Oke..kalau gitu kita makan aja yuk"
Kami berjalan gontai menuju kafe kampus tempat langganan kami, si tampan Rangga sudah duduk manis menunggu kami disana. Ketika kami datang, pesanan langsung diantar kemaje kami oleh pelayan kafe.
Ini pasti Rangga yang pesan, dia sudah sangat hapal menu makan siang aku dan Putri.
Kami makan siang dengan lahap, sesekali Rangga mengajakku bercanda dan ketika aku tersenyum dia mencubit lembut hidungku, Rangga sering berbuat seperti itu dan aku membiarkannya karena aku juga menyukainya. Setelah makan siang aku pamit pada Rangga dan Putri, aku tidak ingin terlambat sampai dirumah.
Aku memarkirkan motor metikku dihalaman samping rumah, rumah kami memang sederhana tapi punya halaman yang luas. Aku melihat ada mobil Kak Rayhan yang juga parkir dihalaman depan. Rasanya capekku semakin bertambah melihat kedatangan kak Rayhan.
"Assalamualaikum" aku masuk rumah dengan melirik kiri kanan, aku melihat Kak Rayhan duduk di sofa sendiri tanpa ada ayah dan Ibu yang menemani. Pelan dia menjawab salamku. Ini kesempatan untuk masuk cepat ke kamar pikirku. Kemudian aku berlari masuk ke dalam kamarku. Aku cekikikan sendiri 'rasain' pikirku.
Tok tok tok
Pintu kamarku diketok, aku rasa itu adalah Ibu. Dan benar saja Ibu masuk dan aku pura-pura tidur.
"Udah, jangan pura-pura tidur" Ibu menarik selimutku dan aku cuma cengengesan.
"Kenapa sih bu?"
"Sore ini kamu dan nak Rayhan fitting baju pengantin. Sekarang bersiap-siap ya, Ibu tunggu diluar sekitar 15 menit"
Aku cuma mengangguk, spertinya sipat ayah sudah menurun ke Ibu.
Setelah mandi aku keluar dari kamar, menemui ayah dan ibu serta kak Rayhan.
Ini adalah perdana aku pergi berdua dengannya, dia membukakan pintu untukku. Sok Romantis.
Sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam, aku cuma terkesima melihat mobil mewahnya, interiornya luar biasa. Kursinyapun sangat nyaman. Beda jauh dengan mobil butut ayah.
"Kita ke butik jalan dahlia" dia memecah keheningan diantara kami, dan aku hanya diam saja. Yang ku tau itu butik mahal.
Ciiittt...
"Apa-apaan sih kak?" aku sungguh kaget dia berhenti mendadak.
"Aku tidak suka dicuekin"
Ya ampun aku lagi bersama monster...hiii
"Dengar gak?"
"Iya" jawabku pelan, aku mulai muak melihat sikapnya.
Kami sampai di butik, dia berjalan mendahuluiku dengan mata yang seperti mengintai dibalik kaca mata hitamnya. Tapi anehnya dia disambut dengan baik di butik itu, apa dia pernah kesini? aku hanya berdiri didepan pintu ketika dia menarik tanganku.
Tidak lama kemudian dia memanggil pelayan butik serta mengatakan agar pelayan tersebut mencari gaun muslimah untukku. Aku dibawa oleh pelayan ke lantai dua khusus gaun penganten muslimah, aku tersenyum melihatnya. Bagus-bagus semua.
Pilihanku tertuju pada gaun penganten warna putih perak, aku suka dengan nuansa putih.
Aku mencoba gaun tersebut serta memakainya dengan bantuan pelayan tadi, aku bercermin. Rasanya aku terlihat cantik dengan gaun ini. Kak Rayhan tidak kelihatan batang hidungnya, padahal aku ingin pamer ke dia kalau aku sangat cantik memakai gaun ini. Tapi kemana dia? gak romantis amat. Yah kayak di sinetron-sinetron gitu.
"Intai tempat persembunyiannya dan tetap terjaga di kediaman ayah" aku kaget mendengar kalimat Kak Rayhan, dia tidak tau aku sudah dibelakangnya. Ya Allah, apakah manusia yang ada didepanku ini orang baik-baik?apakah dia rampok? aku jadi semakin takut padanya.
"Kenapa?"
"Ti..ti..dak"
"Pulang?"
"Iya"
Sepanjang perjalanan aku kembali hanya terdiam, aku takut dengannya. Dan ketika sampai dirumah aku langsung turun dari mobil serta berlari masuk ke dalam. Orangtuaku terkejut melihat sukapku yang seperti itu
Sampai dikamar aku mengintip dari celah pintu, dia persis seperti bunglon. Didepan kedua orang tuaku dia sangat baik dan sopan. Bahkan dengan ayahku sungguh sangat terlihat akrab.
Ibu memanggilku dari luar, pasti ibu menyuruhku untuk kembali menemui laki-laki itu. Dengan wajah cemberut aku keluar dari kamar, dia menatapku dengan seksama. Seolah aku seorang pesakitan yang harus segera diadili.
Ayah dan Ibu berlalu dari hadapan kami, tinggallah kami berdua duduk dengan saling diam.
"Tidak adakah segelas air?" dia bertanya memecah kesunyian diantara kami.
Duh makin lama nih orang disini
"Hmm, kakak mau minum?"
Tiba-tiba ponselnya berdering, aku melihat dia keluar dari rumah dan entah bicara dengan siapa. Aku semakin curiga, dengan mengendap-ngendap aku mengikutinya ke luar. Aku menempelkan telingaku ke diding tepat dibelakangnya. Tapi tidak ada suara. Apa aku masih kategori jauh dalm intip dengar?.
"Hei.." aku kaget bukan main ketika dia tepat didepanku, menyudutkan aku ke didnding rumah serta menghambatku dengan kedua lengannya yang kokoh.
"Tolong lepaskan" aku memintanya untuk melepaskanku, tapi dia hanya diam tanpa bergeser sedikitpun.
"Apa yang kamu dengar?"
"Aku tidak mendengar apa-apa" badannya sedikit lebih mendekat ke arahku, aroma parfumnya yang wangi menusuk hidungku. Aku jadi takut dengannya, apa lagi dia terus menatap mataku.
"Kenapa?takut?" aku menggeleng, setidaknya aku punya sedikit keberanian untuk menantangnya.
"Serius?" wajahnya semakin mendekat ke arahku. Aku mendorongnya dadanya dengan kuat.
"Aku tidak mau berdosa" kalimatku membuatnya terdiam.
"Itu artinya kita akan melakukannya setelah kita menikah,aku menantikannya" aku seperti terjebak dengan kalimatku sendiri.
"Kenapa diam?"
"Adek mau masuk dulu" dia tersenyum ke arah ku, senyum dibibirnya membuat wajahnya semakin tampan. Aku berlari masuk ke kamarku, aku tidak ingin berlama-lama bersama dengannya. Aku menutup pintu kamar setelah menoleh padanya, kulihat dia masih menatapku dengan tersenyum.
Sayup-sayup aku mendengar dia pamit pada ayah dan ibu, tapi aku tidak peduli. Lagi pula ibu juga tidak memanggilku agar keluar dari kamar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut thor
2021-05-27
1
Neyla Zalfa
mngkin ada unsur dendam keluarga kayaknya sih hh,penasaran
2020-12-18
1
Ibue Deva Desya
next... d tunggu lanjutannya.... semangat....
2020-12-18
0