Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru

Nama yang tertera di layar membuat Chaca mengejek dalam hati. Adelia.

Wira meliriknya sekilas sebelum akhirnya mengangkat telepon. "Ya?"

"Mas, kamu di mana? Ini udah jam sembilan malam. Aku sudah menunggu di rumah." Suara Adelia terdengar di seberang sana.

Wira menghela napas. "Aku tidak bisa pulang sekarang."

"Apa maksudmu Mas?" Nada suara Adelia berubah tajam. "Kamu di mana, masih di tempat acara?" Perasaan Adelia mulai tidak enak.

"Malam ini aku ke mansion orang tuaku," jawab Wira tenang.

Chaca memutar bola matanya, tahu betul mansion yang dimaksud adalah tempat di mana ia tinggal selama ini.

"Kenapa ke sana?!" Adelia mulai terdengar frustrasi. "Mas Wira! Aku nggak suka ini! Kenapa tiba-tiba mau ke sana?"

"Aku ada urusan," potong Wira cepat.

"Urusan apa?! Jangan bilang kamu mau menemui perempuan itu, kan, Mas! AKU TIDAK MENGIZINKANNYA!”

"Aku akan meneleponmu nanti."

Tanpa menunggu jawaban, Wira menutup teleponnya.

Chaca menggelengkan kepalanya, lalu berkata dengan suara dingin, "Jadi begini cara Pak Wira mempermainkan kami berdua?"

"Apa maksudmu?"

"Anda punya istri yang sangat dicintai, Pak Wira. Kenapa masih memaksa saya untuk tetap tinggal? Jangan serakah jadi laki-laki, Pak!"

"Kamu tahu jawabannya," ucap Wira dingin. "Dan kamu harus menerima itu."

"Saya tidak akan menerima!" bentak Chaca. "Pokoknya saya akan tetap bekerja, saya akan tetap hidup dengan cara sendiri sendiri!"

"Kita lihat nanti," balas Wira dingin.

Mobil melaju cepat menuju mansion orang tua Wira, membawa dua hati yang dipenuhi dengan amarah dan perasaan yang semakin rumit.

***

Begitu mobil berhenti di halaman depan mansion, Chaca segera membuka pintu mobil dan keluar tanpa menunggu Wira. Ia melangkah cepat masuk ke dalam rumah, dadanya naik turun menahan amarah.

Wira menyusul dengan wajah tegang, menutup pintu mobil dengan kasar sebelum berjalan masuk dengan langkah berat.

Suara langkah kaki mereka menarik perhatian Mama Maryam, yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu. Wanita paruh baya itu terkejut melihat keduanya datang bersama. Lebih dari dua minggu Wira tidak pulang ke mansion ini sejak menikahi Chaca, dan sekarang tiba-tiba muncul dengan ekspresi penuh amarah.

"Astagfirullah, kalian kenapa? Kok bisa pulang barengan?" tanya Mama Maryam penuh tanda tanya.

Chaca langsung duduk di sofa tanpa berkata apa-apa, sementara Wira masih berdiri dengan rahang mengeras.

"Lihat sendiri, Mah, istri pilihan Mama ini ternyata lebih mementingkan kerjaannya daripada keluarganya!" Wira akhirnya bersuara, nadanya tinggi dan penuh emosi.

Mama Maryam mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Wira? Kamu yang baru datang ke sini tiba-tiba bilang seperti itu?"

Wira menunjuk ke arah Chaca dengan gerakan kasar. "Dia bekerja, Mama! Bekerja di luar sana, padahal seharusnya dia tinggal di rumah mengurus Aqila!"

Mama Maryam  menoleh ke arah Chaca. Wanita itu menatap Mama Maryam dengan mata berkaca-kaca.

"Lalu, kenapa kamu marah-marah? Apa salahnya Chaca bekerja?" Mama Maryam kini menatap putranya dengan tajam.

"Salah, Mah!" Wira bersikeras. "Istri itu tempatnya di rumah! Apalagi Chaca punya anak! Siapa yang akan mengurus Aqila kalau dia kerja?"

Mama Maryam menghela napas. "Kamu bicara seolah-olah kamu tahu bagaimana mengurus keluarga, Wira. Padahal, sejak menikahi Chaca, kamu bahkan belum pernah pulang ke sini!"

Wira terdiam, tapi ekspresinya tetap keras.

"Chaca berhak bekerja kalau itu yang dia mau," lanjut Mama Maryam. "Mama tidak melihat ada yang salah dengan itu. Di luar sana banyak kok ibu rumah tangga yang bekerja."

"Tapi dia meninggalkan Aqila, Mah!" Wira masih bersikeras. "Anaknya ditinggal, demi kerja!"

Chaca berdiri dengan mata memerah. "Saya tidak pernah meninggalkan Aqila! Saya bekerja untuk masa depan saya dan anak saya, yang tidak mungkin selamanya meminta kepada oma dan opanya, apalagi meminta dari Anda, Pak Wira!"

"Dan saya sudah bilang, kamu tidak perlu bekerja!" bentak Wira. “Saya akan menafkahi kamu!” lanjut kata Wira.

Chaca tertawa sinis. "Oh, jadi saya harus diam di rumah, bergantung padamu, sementara Pak Wira bisa hidup semaumu dengan istrimu yang lain?"

Wira mendengus marah. "Chaca—"

"Kalian berdua cukup!" Suara Mama Maryam meninggi, memotong perdebatan mereka.

Chaca terdiam, begitu juga Wira.

Mama Maryam menatap putranya dengan kecewa. "Wira, kamu tidak bisa terus mengekang Chaca seperti ini. Kalau dia mau bekerja, biarkan. Lagi pula, apa kamu bisa selalu ada untuknya dan Aqila?"

Wira menggertakkan giginya. "Tapi, Ma—"

"Tidak ada tapi tapi!" Mama Maryam menatapnya tajam. "Kalau kamu tidak bisa menjadi suami yang benar-benar mendampinginya, setidaknya jangan merampas haknya untuk berdiri di atas kakinya sendiri!"

Chaca menatap Mama Maryam dengan haru. Wanita paruh baya itu adalah satu-satunya yang membelanya saat ini.

Wira menghela napas kasar. "Baik! Kalau itu maunya Mama, lakukan sesuka kalian!"

Tanpa berkata lagi, Wira berbalik dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Chaca dan Mama Maryam di ruang tamu.

Chaca menutup matanya sejenak, menenangkan diri, sebelum berbisik pelan, "Terima kasih, Ma."

Mama Maryam meraih tangan Chaca, menggenggamnya erat. "Maafkan Mama. Kamu berhak bahagia, Nak. Jangan biarkan siapa pun mengatur hidupmu sepenuhnya."

Namun, Chaca tahu, pertengkaran dengan suaminya  belum selesai.

***

Hati Wira masih kesal dan penuh amarah usai bertengkar dengan Chaca. Sejak ia mengganti pakaiannya dengan piyama, ia tampak mondar mandir di kamarnya. Sesekali ia menyugarkan rambutnya dengan perasaan frustrasinya. Adelia yang kembali meneleponnya tidak ia gubris, justru ponselnya dinonaktifkan.

“Sudah pandai dia menantangku. Dia pikir itu siapa! Dan siapa yang memberikan ide untuk bekerja! Bisa-bisanya ia bekerja di perusahaannya Hans!” gumam Wira kesal.

Langkahnya pun berhenti, ia menarik napasnya dalam-dalam seraya menatap pintu kamarnya. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Mama Maryam ada benarnya, ia baru datang kembali setelah acara pernikahannya dengan Chaca. Kemudian tidak meninggalkan kabar apa pun pada istri keduanya.

“Wira, boleh Mama masuk!” Suara Mama Maryam terdengar di luar kamar seringan dengan ketukan pintu.

Pria itu lantas kembali melangkah, dan membukakan pintu.

“Masuk Mah,” ujar Wira pelan.

Mama Marya masuk, kemudian duduk di sofa single, diikuti oleh Wira.

“Kamu ke mana aja selama ini ? Sibuk di rumah sakit? Sampai tidak bisa mampir sebentar menemui Chaca? Padahal kamu sendiri yang memilih Chaca dan mempercepat pernikahanmu dengannya. Jika jadinya seperti ini seharusnya kamu jangan berikan ide seperti ini pada Mama dan Papa. Mama pun tidak memaksakan kamu untuk menikahi adik iparmu kalau kamu merasa keberatan,” cecar Mama Maryam sedikit menaikkan intonasi suaranya.

Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Teti Hayati

Teti Hayati

Pojoookin terus Ma... gpp aku ikhlass ridho...😂
Biar Wira mikir jadi lakii..
so so an ngomongin tanggung jawab, dia nya aja gak jelasss maunya apa.. laki bini cocok dh.. sama² gal jelas.. 😂
Chaca kasih jodoh yg lain aja ka.. yg lebih bisa menghargai dan mecintainya, kasih kebahagiaan di luar keluarga Brawijaya...

Maksa pake bgt yaa ka... 😂😂

2025-03-05

1

Naufal Affiq

Naufal Affiq

bagus ma,buat wira berpikir lagi tentang chaca,siapa yang mulai main hati untuk adik iparnya,begitu banyak wanita kenapa harus chaca yang dinikahinya,alasan biar aqila punya ayah,wira kamu harus sadar,kalau kamu juga suami chaca,jadi kamu harus adil dan juga tetap memilih siapa yang bisa mendampingi mu seumur hidup

2025-03-05

0

Inooy

Inooy

nah kaaan ternyata g ada nama Chaca, yg ada cuma Adelia..sementara kamu mengekang kehidupan Chaca, mo kamu tuh apa sih Wiiir???
kamu udh jelas2 g ngehargain Chaca sebagai istri kamu,,tp kamu pengen d hargai ma Chaca sebagai suami,,wueeekk rasa nya pengen muntah aq Wir 🤢

2025-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!