Bab 7. Wira vs Chaca

Wanita itu tersenyum getir mendengar permintaan kakak iparnya tersebut. Hatinya bertanya-tanya mengapa pria itu begitu menginginkan ia harus menikah dengannya.

“Kalau kamu sangat menyayangi anakmu dan ingin bersama Aqila, maka setujui permintaan keluarga saya,” ujar Wira begitu tajam didengarnya.

“Mengapa? Mengapa saya harus menuruti permintaan kalian, Pak? Saya masih sanggup merawat dan mengurus anak saya sendiri! Tidak perlu menikah dengan Anda! Kembalikan anak saya!” desak Chaca masih menolak permintaan pria itu.

Pria itu mengeram pelan, rahangnya semakin mengeras, kedua tangannya yang masih memeluk tubuh adik iparnya, kini bagaikan tali yang mengikat kecang tubuh Chaca dan terasa semakin sesak bagi wanita itu.

“Jika hanya ingin mendapatkan anak, carilah wanita yang lebih baik—“

Tubuh Chaca tersentak dan semakin merapat dengan tubuh pria itu, tak ada jarak yang memisahkan. Wanita itu bisa merasakan degup jantung Wira yang tampak berdebar dengan cepatnya.

“Jangan mengajari saya, Chaca! Jika kamu memang tidak menginginkan. Baiklah, rasakan keputusanmu itu! Hak asuhmu akan saya ambil secara hukum, dan kamu tidak akan berhak melihat bahkan memiliki Aqila!” sentak Wira, kemudian ia melepaskan pelukannya, dan tak sengaja ia mendorong wanita hingga terjerembap di lantai.

“Akh!” Chaca meringis kesakitan.

Wira yang tidak bermaksud membuat Chaca terjatuh, tidak membantunya berdiri, ego marahnya lebih besar menahan dirinya untuk tidak meraih wanita itu kembali.

Hati Chaca semakin tersayat, ia menggigit bibirnya demi menahan rasa kesakitannya yang menjalar di relung hatinya. Perlahan-lahan ia mengangkat wajahnya, menatap Wira yang masih berdiri di hadapannya.

“Mengapa tidak bunuh saya saja? Agar kalian bisa bebas mengambil anak saya?” tanya Chaca malah menantang pria itu.

Memerahlah wajah Wira, kemudian ia mendekat lalu berjongkok. Matanya menyalak saat pandangan matanya beradu, dicapitnya dagu Chaca dengan kasarnya.

“Akh!” Wajah Chaca agak mendongak.

“Maksud kamu apa berkata seperti itu? Sudah bosan hidup ... hah! Katanya kamu sayang dengan Aqila tapi sekarang minta dibunuh? Ibu macam apa kamu itu! Memangnya kamu sudah siap mati! Atau kamu ini saking cinta sama Ezzar ingin menyusulnya ke sana, begitu!” Suara Wira menggema di dalam kamar, hatinya mendidih luar biasa.

Chaca tergelak tawa. “Cinta! Apa itu cinta, Pak Wira?” Mata Chaca mulai memanas ingin menumpahkan air matanya yang sudah mendesak ujung matanya.

Wira tertegun, tapi tertutupi dengan raut wajah arogannya.

“Saya menyesalinya semuanya. Seharusnya saya sejak dulu sudah  pergi dari sini! Seharusnya saya tidak menuntut tanggung jawab!” Suara Chaca agak bergetar, lalu ditepisnya tangan Wira dari dagunya.

Pria itu mendesis pelan, lalu menyentuh kedua bahu wanita itu. “Jika kamu berniat ingin bunuh diri, jangan pernah lakukan di sini. Saya akan mengizinkan kamu keluar dari kamar ini, lakukanlah di luar sana. Tapi, sekali lagi saya tidak akan mengizinkan kamu untuk melihat Aqila meski kamu menangis, berteriak, atau berpura-pura pingsan di hadapan saya! Seharusnya kamu itu berterima kasih saya mau menikah denganmu, menerima bekas adikku dan mau merawat Aqila!” tegas Wira, ia masih bersikeras dengan keputusannya.

Lagi-lagi, Chaca terkekeh pelan. Ia sudah tahu maksud dibalik pernikahan yang diinginkan Wira. Ya, hanya untuk mengandung dan melahirkan anak Wira, lalu pernikahannya akan selesai.

“Ayo berdiri, kalau memang kamu ingin melakukannya sekarang,” pinta Wira agak memaksa Chaca untuk berdiri.

“Aww!” Pandangan mata Chaca mendadak berputar-putar saat dipaksa berdiri.

Chaca memejamkan matanya, tubuhnya limbung. Wira yang sebelumnya memaksa wanita itu berdiri, spontan memegang lengannya agar tidak terjatuh lagi. Namun, tangannya terasa dingin dan kasar, tidak ada kehangatan di sana. Chaca tahu, ini bukan pertolongan, melainkan refleks dari tubuhnya.

“Lihat diri kamu, Chaca,” ucap Wira dengan nada penuh ejekan. “Kamu bahkan tidak sanggup berdiri tegak. Bagaimana kamu bisa merawat Aqila jika kondisi kamu seperti ini?”

Chaca membuka matanya perlahan, menatap tajam ke arah pria di depannya. “Kondisi saya tidak ada hubungannya dengan anak saya. Aqila adalah milik saya, bukan milik keluarga Anda.”

Wira mendengus, menarik napas panjang seolah sedang menahan emosi. “Aqila adalah bagian dari keluarga kami. Jika kamu tidak mau bekerja sama, saya akan memastikan kamu kehilangan segalanya, Chaca.”

Chaca mencoba berdiri sendiri, meski lututnya terasa gemetar. “Anda tahu apa yang paling menyakitkan, Pak Wira? Bukan kehilangan Aqila, bukan kehilangan Mas Ezzar, tapi kehilangan harga diri saya. Selama tiga tahun ini, saya dipaksa menunduk kepada keluarga Anda. Dan sekarang, Anda ingin saya menikahi Bapak demi anak saya? Itu penghinaan terbesar.”

Wira memutar matanya. “Kamu selalu dramatis, Chaca. Saya memberikanmu kesempatan yang adil. Saya bisa saja membuangmu keluar dari mansion ini bersama Aqila saat Ezzar meninggal, tapi saya tidak melakukannya. Jadi, berhenti bersikap seperti korban.”

Chaca terkekeh getir, matanya memerah. “Tentu saja, Pak Wira tidak membuang saya. Bukan karena kebaikan hati, tapi karena Bapak ingin mengendalikan saya. Bapak pikir saya tidak tahu alasan sebenarnya?”

Wira memiringkan kepalanya, menatap Chaca dengan tatapan tajam. “Dan menurutmu, apa alasan saya?”

Chaca melangkah maju, meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Ia menatap langsung ke mata pria itu. “Pak Wira ingin saya menjadi alat. Alat untuk melahirkan anak-anak Pak Wira, lalu setelah itu  membuang saya seperti sampah. Itu tujuan Anda, ‘kan?”

Rahasia di balik permintaan pernikahan hampir terungkap, walau sebenarnya ada hal yang lain. Dan, hanya Wira saja yang tahu. Pria itu mendekat, memegangi kedua bahu Chaca dengan erat. “Jaga mulutmu, Chaca. Kamu tidak tahu apa yang kamu bicarakan.”

Chaca tersenyum lemah. “Oh, saya tahu, Pak Wira. Saya tahu betul. Karena istri Pak Wira yang mengatakannya. Tapi biar saya beri tahu satu hal ... saya lebih baik mati daripada menjadi bagian dari rencana busukmu.”

***

Ketegangan di antara mereka seperti tali yang semakin menegang, siap putus kapan saja. Wira melepaskan genggamannya, melangkah mundur sambil mengatur napas. Chaca tidak bergerak, meskipun tubuhnya mulai bergetar. Ia tahu, apa pun yang akan terjadi, ia harus tetap kuat demi Aqila.

“Kamu keras kepala, Chaca,” ujar Wira akhirnya, suaranya terdengar lebih tenang, namun nadanya masih mengancam. “Saya memberimu pilihan, tapi kamu memilih jalan sulit. Jangan salahkan saya jika saya mengambil langkah yang lebih tegas.”

Chaca menatap pria itu dengan mata penuh kebencian. “Lakukan apa yang Anda mau, Pak Wira. Tapi saya bersumpah, saya akan melawanmu sampai napas terakhirku.”

Wira hanya tersenyum miring, lalu berbalik dan melangkah keluar dari kamar. Namun sebelum menutup pintu, ia berkata, “Pikirkan baik-baik, Chaca. Waktu kamu tidak banyak.”

Setelah Wira pergi, Chaca duduk di tepi ranjang. Pikirannya kacau. Ia tahu Wira tidak main-main dengan ancamannya. Pria itu memiliki kuasa, uang, dan dukungan keluarganya. Sedangkan dirinya hanya seorang wanita lemah tanpa dukungan siapa pun. Namun, Chaca tidak bisa menyerah begitu saja. Ia tidak akan membiarkan anaknya tumbuh tanpa kasih sayang ibunya.

Air matanya mengalir deras. Ia memikirkan Aqila, bayangan senyum anak itu menjadi satu-satunya penguat dirinya. “Tunggu Mama, Nak. Mama akan menemukanmu,” gumamnya lirih.

Dalam keheningan malam, Chaca mencoba menyusun rencana. Ia harus mencoba kembali melarikan diri dari mansion ini, tapi sebelumnya harus menemukan Aqila, dan memulai hidup baru. Namun, bagaimana caranya? Semua pintu terkunci, dan setiap gerak-geriknya diawasi.

Tiba-tiba, ingatan tentang teman baik yang ia kenal di sosial media, Rayya, muncul di benaknya. Rayya adalah seorang pengacara yang pernah menawarkan bantuan ketika Ezzar meninggal.

Mungkin Rayya bisa membantunya keluar dari situasi ini. Tapi untuk menghubunginya, Chaca harus mendapatkan akses ke telepon atau keluar dari mansion ini. Ponselnya sudah disita Wira.

Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Inooy

Inooy

Wiraaa..Wira,,kamu mengurung Chaca sebetul nya bukan sekedar menghukum Chaca..tp kamu takut berjauhan ma Chaca, kamu takut g bisa ngeliat Chaca lg...

sebetul nya kamu tuh udh jatuh hati ma Chaca, tp kamu tutupi dgn kearoganan mu karena status kamu sbagai suami Adel dn kamu jg takut kluarga besar mengetahui perasaan mu..
smoga perkiraan ku g melenceng..😌

2025-02-25

5

mbok Darmi

mbok Darmi

belum tau rencana wira yg sesungguhnya knp hrs chaca yg dia pilih jd peternak anaknya kemungkinan dgn menikahi wanita lain pasti akan minta imbalan uang dan bila chaca tinggal di ancam dgn aqila dpt gratis dan pembantu tdk dibayar licik sekali keluarga wira

2025-02-25

3

Eni Istiarsi

Eni Istiarsi

ketika semua pintu terlihat tutup,semoga masih ada celah untuk Chaca

2025-02-25

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!