Bab 19. Panggil Papa

Pria itu menghela napas panjang. “Maaf Mah, Adelia sedikit ngambek padaku. Maka dari itu aku tidak bisa ke sini selama beberapa minggu ini, aku harus memberikan perhatian lebih padanya,” jelas Wira berharap mamanya memahaminya.

Mama Maryam mendesis pelan. “Cih, ngambek? Bukankah dia sendiri yang menyetujui pernikahanmu dengan Chaca. Lalu, mengapa jadi beda ceritanya. Jika sejak awal tidak siap, seharusnya tidak usah menyetujui rencana kamu. Mama bisa memakluminya, walau pastinya akan kecewa melihat Chaca membawa Aqila pergi dari mansion ini,” balas Mama Maryam.

Wira mendesah pelan seraya menundukkan kepalanya sejenak.

“Wira, beberapa hari ini Mama baru menyadari, dan amat menyesalinya. Chaca memang bukan dari keluarga yang mampu, justru dia wanita sebatang kara. Seharusnya Mama tidak memaksakannya untuk menikah denganmu hanya demi kehidupan Aqila, penerus keluarga Brawijaya. Chaca satu-satunya menantu Brawijaya, yang tidak banyak macam, tidak pernah menuntut apa pun setelah ia minta dinikahi oleh Ezzar. Dan, ia menerima berapa pun uang yang diberikan Ezzar, bahkan setelah kematian Ezzar pun kita tidak memberikan harta milik Ezzar padanya. Kita sudah amat keterlaluan, Wira,” ujar Mama Maryam dengan suaranya agak bergetar.

“Maka dari itu di saat Chaca meminta izin untuk bekerja di luar, Mama mengizinkan dan akan membujukmu untuk menyetujuinya. Dia hanya minta diperbolehkan untuk bekerja, dia tidak minta uang sepeser pun sama Mama dan Papa. Seharusnya Mama sangat malu pada Chaca, sedangkan Adelia ... hidupnya penuh dengan kemewahan, dan sudah tentunya mendapatkan kasih sayang darimu sebagai suaminya. Jadi ... Wira, jika kamu tidak bisa menjadi suami yang adil buat Chaca, biarlah Chaca bekerja, dan ... jika nanti rumah tanggamu dengan Adelia jadi kacau, l balau karena kehadiran Chaca. Maka, lepaskanlah Chaca. Kita tidak bisa selamanya memaksakan kehendak kita, tapi nanti kita bicara pola asuh Aqila agar tetap bisa kita awasi jika kamu akhirnya bercerai dengan Chaca.”

“Tapi Mah, bukankah Mama dan Papa ingin melihat aku punya anak. Kalau aku menceraikan Chaca, berarti kemungkinan itu tidak ada untukku?” tanya Wira dengan tatapan kecewanya.

Wanita paruh baya itu mengulum senyum getir. “Mama sangat menginginkan melihat kamu punya anak. Namun, lihat kenyataannya, kamu sudah mengabaikan Chaca, kamu lebih mementingkan Adelia. Kamu tidak bisa bersikap adil. Setidaknya kalau kamu memang tidak mencintai Chaca, berusahalah berikanlah sedikit perhatian kamu untuknya. Dan, buat Adelia, tolong ingatkan dia jangan bersikap egois. Jika saja dia bisa memberikan kamu anak, pernikahan keduamu tidak akan pernah terjadi. Tapi, keluarga kita butuh penerus untuk melanjutkan perusahaan keluarga kita saat kita sudah semakin menua. Bahkan, ketika kita telah tiada. Sekarang semuanya ada di tanganmu sebagai kepala rumah tangga. Sekali lagi Mama ingatkan jika tidak mencintai Chaca, jangan sakiti dia, sebaiknya kamu menjauh dan beri ruang untuknya,” tutur Mama Maryam.

Wira tercenung, semua perkataan mamanya bertentangan dengan hatinya.

Dirasa sudah cukup memberikan wejangan pada putra satu-satunya, ia lantas beranjak dari duduknya untuk meninggalkan kamar Wira.

“Pikirkanlah apa yang Mama katakan barusan, mumpung pernikahan kamu masih seumur jagung. Agar tidak banyak masalah lagi ke depannya,” pinta Mama Maryam sebelum membuka pintu. Wira masih terdiam dan terpaku.

Setelah beberapa menit Mama Maryam keluar dari  kamarnya. Wira meraup wajahnya dengan kasar, lalu beranjak dari duduknya. Isi kepalanya terasa penuh, dan hatinya tidak terima saat Mama Maryam meminta untuk menceraikan wanita yang baru saja ia nikahi. Dan belum pernah merasakan berumah tangga seutuhnya dengan Chaca.

Dengan langkah kakinya yang tegas, Wira keluar dari kamarnya dan melangkah menuju kamar Chaca yang ada di ujung lorong.

***

Pria itu mendesah pelan setibanya di depan kamar istri keduanya. Sebelum ia memutar hendel pintu, ia menatap daun pintu itu dengan tarikan napasnya dalam-dalam. Dan, rupanya pintu kamar Chaca tidak tertutup rapat, suara Aqila merengek minta susu botol pun terdengar jelas.

“Sabar Sayang, ini Mama lagi buatkan susunya,” sahut Chaca yang kini sedang berdiri dekat nakas, dengan kedua tangannya yang sibuk memasukkan bubuk susu ke dalam botol susu.

Wira yang sudah berdiri di ambang pintu menatap punggung wanita itu dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan, lalu tatapan teralihkan ke atas ranjang di mana Aqila semakin merengek-rengek.

Pria itu kembali melangkah perlahan-lahan mendekati ranjang. “Sayang, anak cantiknya Papa kenapa menangis?” Suara Wira yang lembut mampu menghentikan rengekan Aqila, begitu juga dengan gerakan Chaca. Wanita itu tampak terkejut melihat suaminya berada di dalam kamarnya. Mengapa ia bisa tidak mendengar pintu terbuka, inilah yang ada di benak Chaca.

“Om!” seru Aqila dengan merentangkan kedua tangannya, seakan ingin minta digendong oleh Wira.

Wajah tegas dan dingin itu tiba-tiba tersenyum hangat, lalu mengendong putri kecil itu. “Jangan panggil Om lagi, ya. Panggil Papa,” pinta Wira sembari mengusap pipi Aqila yang sempat basah karena menangis. Kemudian mengecup gemas pipi Aqila.

Aqila yang sebenarnya sudah sempat tidur dan terbangun karena haus, menatap bingung.

“Papa. Ini Papanya Aqila,” tunjuk Wira pada dirinya sendiri.

“Pa-pa.” Aqila mengejanya pelan-pelan. Sementara Chaca masih terdiam di depan nakas, dengan hati yang amat pilu.

***

Aqila, balita cantik itu, tampak senang berada dalam gendongan Wira. Ia berceloteh riang dengan bahasa bayinya, tangannya yang mungil sesekali menyentuh wajah Wira, seolah sedang mengenali kembali sosok yang kini dipanggilnya Papa. Wira tersenyum tipis, mengusap rambut halus putri kecil itu dengan penuh kasih sayang.

"Aqila suka Papa, ya?" goda Wira dengan suara lembut, sementara bayi itu hanya tertawa kecil.

Chaca yang baru saja memberikan botol susu kepada anaknya hanya menatap mereka dengan ekspresi dingin. Meski dalam hatinya ada secuil kehangatan melihat interaksi antara Wira dan Aqila, namun ia enggan menunjukkannya.

"Pak Wira sudah selesai? Kalau sudah, silakan kembali ke kamarmu," ucap Chaca tanpa basa-basi.

Wira menoleh, menatap Chaca dengan mata yang sulit diartikan. "Saya hanya ingin menghabiskan waktu dengan anak kita. Apa itu salah?"

"Anak kita?" Chaca tertawa kecil, namun penuh sindiran. "Sejak kapan Pak Wira menganggap Aqila sebagai anakmu? Sejak kapan Anda peduli?"

Wira menghela napas, menatap Aqila yang kini mulai mengantuk dalam gendongannya. "Sejak saya menikahimu, berarti Aqila adalah anak saya juga. Saya telah menjadi bagian dari hidup kalian."

Chaca mendengus pelan, lalu bangkit dari tempatnya dan berjalan menuju sofa panjang. Ia duduk di sana dengan tangan terlipat di dada, matanya menatap lurus ke depan. "Pak Wira bisa bilang begitu ... pasti karena baru saja ditegur Mama Maryam. Kalau Mama Maryam tidak menegur Pak Wira pasti tetap mengabaikan kami, kan? Tapi, tak mengapa, saya tidak menuntut atau minta perhatian dari Anda. Bahkan, saya lebih senang tidak bertemu dengan Pak Wira, kalau bisa untuk selamanya,” ujar Chaca dengan santainya.

Bersambung ... ✍️

Halo Tante dan Om online, kenalin ini Baby Aqila, anaknya Mama Chaca dan Papa????

Terpopuler

Comments

Lio-Netha

Lio-Netha

ini papa???
jawabnya papa Wira yang pasti
wkwkwk masih misteri ya.. 🤭🤭🤭

2025-03-06

4

Naufal Affiq

Naufal Affiq

belajar wira cara mendekati istri yang mudah emosi,jangan gegabah,nanti chaca naik darah menghadapimu,lagian kenapa kamu baru datang selamanya kemana,kalau kamu suka sama chaca buktikan,jangan diperlambat

2025-03-06

1

ir

ir

dengerin tuh Wira jangan bisa nya ngamuk² mulu, entar darah tinggi, stroke, mokad, amsyong lohh

2025-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!