Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa

Wira terdiam. Ia tahu Chaca benar. Sejak pernikahan mereka, ia memang tidak pernah benar-benar hadir, padahal ia sudah berkata manis akan bertanggungjawab. Namun, waktu dan pikirannya lebih banyak tersita untuk Adelia. Tapi melihat Aqila yang kini berada dalam dekapannya, ada sesuatu yang semestinya ia lakukan sejak dulu. Namun, tidak bisa ia lakukan sama sekali. Jika pun bisa, paling hanya sekedarnya saja.

"Saya mengerti kalau kamu marah," ujar Wira pelan, akhirnya duduk di tepi ranjang, menidurkan Aqila yang sudah terlelap dalam gendongannya. "Saya tidak akan membela diri. Saya hanya ingin kamu tahu bahwa saya akan mencoba berubah. Aqila sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai papa sambungnya.”

Chaca tidak langsung merespons. Matanya menatap langit-langit kamar, seolah mencari jawaban yang bahkan tidak ia mengerti.

"Jangan mengumbar janji dan berkata manis lagi, saya tidak minta pertanggung jawaban atau perhatian dari Pak Wira untuk Aqila. Saya sudah cukup lelah dengan semua ini. Saya sudah cukup sakit hati, dan bisakah Pak Wira memberikan ketenangan untuk hidup saya? Karena, pada akhirnya pernikahan ini akan berakhir dengan perceraian, jadi Pak Wira tidak usah repot-repot. Cukup, kita jalani hidup seperti biasanya. Pak Wira bersama Bu Adelia, sedangkan saya bersama Aqila,” ujar Chaca pelan, suaranya bergetar meski ia berusaha terlihat kuat.

Wira menatapnya dalam, mencoba membaca isi hati wanita yang kini menjadi istrinya. Ia tahu, Chaca bukan tipe wanita yang mudah percaya lagi setelah dikhianati oleh kehidupan. Dan ia sadar, butuh lebih dari sekadar kata-kata untuk membuktikan niatnya.

Tanpa banyak kata, Wira merapikan selimut Aqila, lalu berdiri. "Saya adalah suamimu, kamu harus memahaminya. Dan, jangan keras kepala. Aqila butuh sosok seorang ayah, meski kamu tidak membutuhkan sosok suami. Mulai detik ini saya akan lebih memperhatikan Aqila meski kamu menolaknya dengan keras! Dan satu lagi, kamu saya izinkan untuk bekerja tapi bukan berarti kamu bebas begitu saja. Kamu harus ingat tugas yang paling penting ... yaitu mengurus Aqila dan melahirkan anak saya!” tegas Wira.

Chaca masih diam, matanya mengikuti setiap gerakan Wira yang berjalan menuju pintu. Saat pria itu akhirnya keluar dari kamar, Chaca menunduk, menatap Aqila yang tidur nyenyak. Ia menarik napas dalam, hatinya masih penuh dengan keraguan. Tapi ada sesuatu dalam tatapan Wira tadi yang membuatnya bertanya-tanya.

***

Malam semakin larut, tetapi Wira masih terjaga. Pikirannya terus melayang pada kejadian tadi di kamar Chaca. Kata-kata wanita itu masih terngiang di telinganya, menghunjam langsung ke hatinya. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi rasa gelisah semakin menyesakkan dadanya. Berkali-kali ia melirik pintu kamarnya, seakan ada magnet yang menariknya keluar.

Setelah beberapa saat ragu, akhirnya ia memutuskan untuk melangkah. Dengan langkah pelan, ia menuju kamar Chaca yang berada di ujung lorong. Tangan Wira sempat menggantung di udara sebelum akhirnya memutar gagang pintu. Rupanya tidak dikunci. Ia tersenyum tipis, lalu mengendap-endap masuk ke dalam kamar yang hanya diterangi lampu temaram.

Di atas ranjang, Chaca dan Aqila sudah tertidur pulas. Napas keduanya terdengar tenang, berpadu dengan keheningan malam. Wira berjalan mendekat, lalu perlahan-lahan naik ke atas ranjang. Ia merebahkan tubuhnya di sisi Aqila, menatap wajah mungil putrinya dengan penuh rasa sayang.

Tanpa sadar, jemarinya terulur, mengusap lembut rambut halus bayi itu. Wira lalu mengecup kening Aqila dengan penuh makna. "Papa ada di sini, Sayang," bisiknya nyaris tak terdengar. "Mulai sekarang, Papa akan selalu ada untukmu. Kali ini Papa akan benar-benar membuktikannya."

Selesai mengecup Aqila, pandangan Wira beralih pada Chaca yang masih terpejam. Wajah wanita itu tampak damai dalam tidurnya, tetapi Wira tahu hatinya tidak demikian. Ada luka yang mengendap, ada amarah yang dipendam. Jemari Wira perlahan mengusap pipi Chaca, merasakan kelembutannya. Ada keinginan dalam hatinya untuk mengecup pipi itu, tetapi ia tak berani. Seakan ada sesuatu yang menahannya.

"Kenapa kamu begitu keras padaku, Chaca?" bisik Wira lirih, meski ia tahu wanita itu tak akan mendengarnya. "Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah mengabaikanmu. Tapi beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku ingin mencoba, untukmu ... untuk Aqila."

Chaca menggerakkan kelopak matanya sedikit, tubuhnya tampak bergerak resah. Wira buru-buru menarik tangannya, takut wanita itu terbangun dan kembali mengusirnya. Namun, hanya sesaat Chaca bergerak, kemudian ia kembali diam.

Wira menghela napas lega, lalu kembali menatap Chaca. Ia sadar, perjalanan untuk mendapatkan kepercayaan wanita ini tidak akan mudah. Tapi malam ini, ia hanya ingin berada di sini. Dekat dengan putri kecil. Dekat dengan istrinya. Meskipun Chaca belum bisa menerimanya sepenuh hati.

Tanpa banyak kata lagi, Wira memejamkan matanya, membiarkan kehangatan yang baru ia temukan malam ini mengisi relung hatinya. Mungkin ini awal dari sesuatu yang baru. Atau mungkin, ini hanya harapan kosong. Tapi satu hal yang pasti, ia tidak akan lari lagi dari tanggung jawabnya. Dan, ia harus mencoba bersikap adil kepada kedua istrinya.

***

Pagi menyapa perlahan, menyusup melalui celah tirai yang sedikit terbuka. Cahaya keemasan menerobos masuk, menerangi kamar yang masih diselimuti keheningan. Di atas ranjang, tubuh kecil Aqila menggeliat pelan, tangannya yang mungil meraba-raba di udara, mencari kehangatan yang semalaman menemaninya.

Wira yang tidur di sisi Aqila pun tersadar dari tidurnya. Matanya perlahan terbuka, dan pandangannya langsung jatuh pada sosok bayi kecil yang kini bergerak gelisah di pelukannya. Sayup-sayup terdengar suara rengekan halus dari bibir mungil Aqila. Wira tersenyum tipis, mengusap lembut rambut halus anak itu.

"Lapar, Sayang?" gumamnya penuh kasih.

Aqila hanya bergumam kecil, matanya masih setengah tertutup, tetapi mulut mungilnya sudah mulai mencari sesuatu. Wira paham betul, baby cantik itu butuh susu. Ia menoleh ke arah Chaca yang masih tertidur pulas di sisi lain ranjang. Raut wajah istrinya tampak lebih damai dibandingkan semalam. Wira memutuskan untuk tidak membangunkannya. Ia ingin melakukan sesuatu sendiri untuk putrinya kali ini.

Perlahan, ia bangkit dari ranjang, memastikan Aqila tetap nyaman dalam gendongannya. Dengan langkah hati-hati, ia menuju dapur kecil yang ada di kamar, mencari botol susu yang biasa digunakan Chaca. Setelah menemukannya, ia mengisi air hangat secukupnya, kemudian mencampurnya dengan susu formula. Tangannya bekerja dengan cekatan, meskipun ini bukanlah kebiasaannya.

Namun, sepertinya Wira sangat menikmati perannya sebagai ayah.

Bersambung .... 🐣🐣

Assalammualaikum, Tante dan Om online, doain Aqila bica tetap di cini ya. Hali ini udah bab 20, becok letensinya kelual. Moga-moga aja letencinya agus ya. Maacih anyak ya, Qila mau mimi cucu ulu 😁😁, tadi Papa Wila ikinin cucu uat Qila, coalna Mama macih bobo 😁

Terpopuler

Comments

Inooy

Inooy

nyaman kan kamu Wiiir,,tidur bertiga bersama istri dn anak mu..sayang nya kamu dr awal pernikahan ma Chaca udh nyakitin hati Chaca,,dn kamu menggadang gadang mo bertanggung jawab atas diri Chaca dn Aqila..tp dr awal pernikahan kamu seolah olah melepas tanggung jawab itu dgn mengatasnamakan menjaga perasaan Adelia,,sayang nya kamu tdk menyadari klo d sisi lain ada hati yg tersakiti krn tindakan mu..kamu bersikapa tdk adil terhadap Chaca, kamu selalu memprioritaskan Adelia..sementara Chaca yg jg harus kamu perlakukan sama, kamu abaikan...
kamu seolah olah smua orang termasuk orangtua mu hrs ngertiin sikap kamu, tp kamu sendiri g mo ngertiin orang d sekeliling mu dgn mengabaikan anak dn istri mu yg lain....😕

2025-03-08

1

Ais

Ais

khan khan bnr ayah biologis aqila ini wira tp karena kepengecutan wira yg ngak mau ngaku klo dialah yg memperkosa chaca jadilah si ezzar yg jadi tumbalnya wira kasihan adiknya

2025-03-07

2

ir

ir

hemzt sama kaya Edward hobby nya nyolong² , kalo ga mau Chaca keras makanye bersikap lembut lah pak, lagian susah amay bilang Aqila anak kandung mu

btw laki² di novel kaka ini ga ada yg green flag yaa, semua Red flag udah gengsi segede gaban, ini ga double up kah kak?

2025-03-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!