Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar

“Ditunggu sebentar, Pak Penghulu,” sahut Mama Maryam sembari berdiri sekaligus mengendong Aqila. Ia mendekati meja ijab kabul, kemudian mengalihkan Aqila yang sudah cantik bak princess kepada Wira, dan pria itu menyambutnya.  Kedua kaki mungil Aqila bergoyang riang. Bibir mungilnya tersenyum lebar.

“Om.” Seperti biasa Aqila pasti langsung merangkul leher pria itu. Adelia menahan napas melihat pemandangan itu. Hatinya tercabik-cabik, ada rasa iri yang menyeruak, tapi tertahan.

“Adelia, Mama mohon nanti pindah tempat ya,” pinta Mama Maryam begitu lembut tanpa terkesan memerintah, sebelum ia berlalu menjemput menantunya yang lain.

Adelia tidak menjawab, hanya desahan pelan yang terdengar. Kemudian pandangan mata wanita itu ke arah pintu seakan turut menanti kedatangan sang pengantin wanita.

Bik Rahma mengikuti langkah nyonya besarnya masuk ke dalam mansion setelah diminta Mama Maryam untuk mengikutinya. Chaca sendiri sebenarnya sudah diantarkan ke lantai bawah, hanya saja menunggu di ruang tengah. Lagi-lagi ia menitikkan air mata saat kata ‘SAH' terdengar.

“Ya Allah, sesungguhnya apa rencana dibalik ini semuanya? Mengapa aku menikah lagi dengan orang yang tidak mencintaiku? Apakah ini karma buatku karena masa laluku dengan Mas Ezzar?” batin Chaca merintih.

“Chaca, ayo. Suamimu sudah menunggu.” Mama Maryam mengulurkan tangannya dengan tatapan teduhnya.

Bik Rahma terhenyak melihat keponakannya yang begitu cantik, dan sebenarnya memang sangat cantik meski tidak dandan.

Wajah Chaca semakin sedih dibalik wajah cantiknya, dengan tangannya yang gemetaran ia menyambut tangan mama mertuanya. Lalu bersama-sama berjalan menuju taman belakang. Bik Rahma pun turut mendampingi.

“Chaca, terima kasih mau menikah dengan Wira,” bisik Mama Maryam.

Chaca tidak mengerti akan maksud mertuanya, mengapa berterima kasih. Tersenyum pun tak bisa sebagai tanggapannya. Wajahnya seakan kaku, dan memang tidak bahagia.

Wira pandangannya setia ke arah pintu, dibalik wajahnya yang dingin, ada hati yang ketar ketir. Tapi, begitu istri keduanya mulai kelihatan di matanya. Ia lantas berdiri, pandangannya terpukau, dan tak bisa ditutupi perasaan tersebut.

“Aqila ada Mama, tuh,” bisik Wira sembari menunjuk ke arah Chaca yang begitu anggun dalam tiap langkahnya.

“Mama ... Mama!” seru Aqila kegirangan, sembari menggoyangkan kembali kedua kakinya dalam gendongan Wira.

Mata Chaca kembali tergenang air mata, suara yang ia rindukan terdengar. “Aqila, anak Mama,” gumam Chaca dengan suaranya yang tertahan.

Langkah kaki Chaca semakin cepat, hampir saja ia tersandung karena gaunnya sendiri. Yang ia tuju saat ini bukanlah Wira, tapi anaknya yang ada dalam gendongan pria yang kini sah menjadi suaminya.

“Aqila, anak Mama!” Chaca langsung mengecup pipi Aqila meluapkan kerinduannya. Dan tanpa sengaja Wira pun mengecup pipi Chaca.

Tubuh Chaca membeku saat merasa pipinya dicium. Sementara Adelia yang melihat dengan jelas, api cemburunya berkobar. Berat bukan melihat suami sendiri menyentuh wanita lain, meski atas dasar keputusan bersama-sama.

***

Chaca yang  masih diam membeku, pipinya masih merasakan hangatnya kecupan Wira. Ia tidak mengerti bagaimana harus merespons. Di satu sisi, hatinya sakit. Di sisi lain, perasaan hangat itu membawa emosi yang rumit. Adelia yang berdiri tak jauh dari mereka, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dalam hatinya, ia terus berperang dengan kecemburuan yang semakin membuncah. Ia lantas mendekat suaminya.

“Mas Wira, aku harap ini terakhir kali aku melihat hal seperti tadi,” ujar Adelia dengan suara pelan namun penuh tekanan. Ia tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaan getirnya di hadapan semua orang.

Wira menatap istrinya sekilas, lalu berdeham. “Adel, ini hanya spontan. Karena pas Chaca sedang mencium Aqila. Jangan dipikirkan terlalu jauh.”

“Jangan dipikirkan terlalu jauh?” Adelia melirik suaminya tajam. “Mas Wira, aku di sini bukan sekadar boneka pengawas. Aku punya hati, Mas. Dan tadi itu seperti—” Ia berhenti, menelan kalimatnya kembali. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di depan keluarga besar suaminya.

Mama Maryam yang menyadari ketegangan itu segera angkat bicara. “Adelia, ini hari bahagia. Jangan bawa emosi seperti ini. Kita harus tetap menjaga suasana,” pinta Mama Maryam lembut, mencoba meredakan konflik.

Namun, dalam hati Adelia, kata-kata mamanya itu justru membuatnya semakin kesal. Bahagia? Bahagia untuk siapa? pikirnya. “Semua ini dilakukan secara terpaksa? Dan terpaksa mencoba ikhlas,” batin Adelia terasa sesak.

Sementara itu, Chaca mencoba fokus pada Aqila yang masih dalam pelukannya. Namun, suara hati kecilnya terus berbisik, "Mengapa dia harus menciumku tadi? Apakah itu tulus atau hanya sandiwara untuk mencairkan suasana? Ya Allah, apa yang sebenarnya Engkau rencanakan untuk hidupku ini?"

“Chaca,” panggil Wira, memecah lamunannya.

“Aqila sepertinya sudah nyaman di sini. Bagaimana kalau kita selesaikan prosesi ini dulu?” Ia menatapnya, matanya memancarkan ketegasan.

Chaca terpaksa mengangguk pelan. Dengan berat hati, ia menyerahkan Aqila pada Bik Rahma.

Tangannya gemetar, dan ia tidak berani menatap pria itu terlalu lama. Saat tangannya menyentuh tangan Wira, ada rasa aneh yang mengalir.

Sebuah perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pria itu memasangkan cincin pernikahan ke jari manisnya sesuai permintaan pak penghulu, kemudian mengecup kening Chaca. Selanjutnya Chaca menandatangani dokumen untuk disahkan secara hukum.

Usai itu, tak lama Wira merangkul pinggang Chaca saat fotografer mau mengambil moments sakral tersebut. “Tersenyumlah, Chaca,” bisik Wira ketika fotografer memberikan aba-aba.

Sayangnya, Chaca tetap diam, tak ada senyuman yang terlukis di bibirnya.

Adelia memperhatikan interaksi itu dengan perasaan teriris. Ia tahu pernikahan ini terjadi atas persetujuannya, tetapi melihat kedekatan suaminya dengan wanita lain tetaplah menyakitkan. “Kenapa aku harus merasakan ini? Bukankah aku yang memintanya?” batinnya menggerutu.

Setelah prosesi selesai, tamu-tamu perlahan mulai meninggalkan taman belakang mansion. Wira berdiri bersama Chaca, menerima ucapan selamat dari para saksi dan keluarga. Adelia memilih untuk berdiri agak menjauh, tidak ingin terlibat terlalu banyak dalam momen itu. Walau hatinya ingin berada di sisi Wira.

Ketika hanya mereka bertiga yang tersisa, Adelia akhirnya membuka suara. “Mas Wira, aku ingin bicara sebentar. Berdua saja.”

Wira menatap Chaca sejenak. “Tunggu di kamar. Aku akan menyusul setelah ini,” pinta Wira tegas, lalu melangkah mengikuti Adelia ke sudut taman.

Adelia menghentikan langkahnya di dekat pohon besar. Ia membalikkan badan, menatap suaminya dengan mata yang penuh luka. “Mas, apa yang sebenarnya ada di pikiranmu? Kenapa aku merasa semuanya tidak seperti yang kita rencanakan?”

“Apa maksudmu, Adel?” tanya Wira dengan nada datar.

“Kamu. Tatapanmu pada Chaca tadi. Cara kamu mencium pipinya, lalu keningnya. Itu bukan sekadar formalitas, Mas. Itu ada rasa. Aku bisa merasakannya. Dan, kamu sudah menyiapkan cincin nikah,” ujarnya, suara Adelia mulai bergetar.

Wira menarik napas panjang. “Adel, aku tidak tahu dari mana pikiran itu datang. Aku menikahi Chaca karena kita ingin anak. Tidak lebih dari itu.”

“Tidak lebih dari itu?” Adelia mendekat, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Lalu kenapa aku merasa sebaliknya? Mas, kalau memang kamu mulai ada perasaan untuk Chaca, aku ingin tahu sekarang juga.”

Wira terdiam. Ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk membahas apa yang sebenarnya ia rasakan. Perasaannya sendiri masih bercampur aduk. Namun, ia tidak ingin menyakiti istrinya lebih jauh.

“Adel, aku mencintaimu. Itu tidak akan berubah. Kalau ada hal lain yang kamu rasakan, aku minta maaf. Tapi percayalah, aku tetap suamimu, dan hatiku tetap milikmu.”

Adelia mengangguk pelan, meski hatinya tetap penuh keraguan. Ia berbalik pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Inooy

Inooy

bullshit woooi,,mana ada cinta g bakalan berubah..skarang aj udh keliatan klo kamu sebetul nya mencintai Chaca..

btw..kaya nya ada rahasia yg d sembunyiin ma Wira deeh 🤔
dia sampe maksa2 Chaca utk bersedia jd istri nya, dengan alasan pengen punya keturunan..bahkan sampe mengancam Chaca sgala?!
hhaaa bikin aq pusing mikirin Wira 😔

2025-02-28

4

mbok Darmi

mbok Darmi

jgn terlalu percaya diri wira hari dan ucapan mu sdh beda disini adelia pasti akan memperbudak chaca dan wira ngga mungkin bela chaca krn mulut lemes wira sdh bilang hati nya hanya buat adelia, tunggu saja sampai brp lama wira tahan tdk menyentuh chaca bukannya kesepakatan hamil lewat inseminasi feeling malah wira candu sama tubuh chaca krn aqila lahir krn perbuatan wira

2025-02-28

2

Teti Hayati

Teti Hayati

Ini juga, manis bgt muluuutnya. Hati orang gak ada yg tau, sekarang bilang gak akan berubah. Gak tau besok selepas tidur, apakah masih sama tidak..

2025-02-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!