Bab 12. Permintaan Chaca

Di kamar, Chaca duduk termenung. Aqila dibawa kembali oleh Mama Maryam. Gaun pengantinnya masih ia kenakan, dan matanya bengkak karena terus menangis. Ia tahu ini awal dari kehidupan baru yang tidak pernah ia harapkan.

Pintu kamar terbuka perlahan, dan Wira masuk. Ia mendekati Chaca, duduk di sofa yang berjarak beberapa langkah dari tempat wanita itu duduk.

“Chaca,” panggilnya pelan. “Kita perlu bicara.”

Chaca menoleh dengan tatapan kosong. “Apa lagi yang mau dibicarakan? Semuanya sudah selesai, bukan? Keinginan Pak Wira telah tercapai!” Ingin sekali Chaca meninggikan suaranya, tapi tenggorokannya tercekat.

“Bukan soal pernikahan ini. Saya ingin memastikan kamu dan Aqila merasa nyaman di sini. Saya tahu ini tidak mudah, tapi saya ingin kamu tahu kalau saya akan berusaha menjalankan tanggung jawab saya sama kamu,” tegas Wira, tampaknya ia semakin melunak saat adik iparnya sudah resmi menjadi istri keduanya.

Chaca menatap pria itu dengan tatapan penuh emosi. “Tanggung jawab? Apakah menikahi saya ini hanya tentang tanggung jawab? Kalau iya, saya tidak butuh, Pak. Saya bisa hidup sendiri dengan Aqila. Dan, pernikahan ini tidak pernah saya inginkan! Ini keinginan Anda, bukan keinginan saya!”

“Chaca." Suara Wira terdengar tegas. “Saya menikahimu bukan hanya karena tanggung jawab. Aqila butuh sosok seorang ayah, dan saya ingin menjadi ayah itu. Selain itu ....”

Ia terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, Chaca memotongnya.

“Selain itu apa? Apakah Pak Wira mencintaiku?” tanya Chaca dengan nada penuh sindiran.

“Tidak, ‘kan! Mana mungkin Pak Wira bermain hati! Wanita yang Anda cintai adalah Bu Adelia,” lanjut kata Chaca.

Wira terdiam lagi. Ia tahu jawabannya, tapi ia tidak siap untuk mengatakannya.

“Saya tahu ini sulit untukmu. Tapi saya tidak akan menyerah begitu saja. Kita akan menjalani pernikahan ini bersama." Akhirnya ia berkata.

Chaca menggeleng pelan, air matanya kembali jatuh. “Saya tidak pernah meminta ini, Pak Wira. Saya tidak pernah ingin ini. Tapi kenapa saya selalu dipaksa menerima sesuatu yang bukan pilihan saya? Jalani saja sendiri!”

Pria itu mendekat, tapi Chaca segera bangkit dan menjauh. “Jangan mendekat. Tolong, beri saya waktu untuk mencerna semua ini! Saya terpaksa menikah dengan Pak Wira, bukan berarti saya menerima Pak Wira!” sentak Chaca dengan mengangkat tangannya ke udara.

Wira mengangguk pelan. Ia tahu Chaca butuh waktu, begitu juga Adelia. Dan di tengah semua itu, ia harus menghadapi perasaannya sendiri.

***

Di kamar yang lain, Adelia duduk sendirian. Ia menatap cermin, mencoba mencari jawaban di wajahnya sendiri. “Aku ini egois atau bodoh?” gumamnya. Ia mencintai Wira, tapi ia tidak tahu apakah cintanya cukup kuat untuk menghadapi situasi ini.

Saat itu, pintu kamarnya terbuka. Wira masuk, terlihat lelah. Ia mendekati istrinya dan duduk di sampingnya.

“Adel, aku tahu kamu sedang berjuang. Aku juga,” ujar Wira lembut.

Adelia menoleh, menatap wajah suaminya. “Mas, kalau kamu benar-benar mencintaiku, buktikan. Jangan biarkan aku merasa seperti ini lagi.”

Wira menggenggam tangan istrinya. “Aku akan buktikan, Adel. Percayalah padaku.”

Adelia tersenyum tipis, meski dalam hatinya masih penuh keraguan. Ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tapi ia tidak punya pilihan selain menjalaninya.

Dan tidak ada malam pertama antara Wira dan Chaca, yang ada justru Wira bersama Adelia berbagi peluh, menguatkan cinta mereka berdua.

***

Hari pernikahan telah terlewati, apakah dengan pernikahannya dengan Wira, kakak almarhum suaminya, lantas kehidupan Chaca berubah? Tampaknya tidak! Janji manis Wira hanya di bibir saja.

Sekarang sudah seminggu lebih Chaca masih tinggal di mansion mertuanya, sedangkan Wira bersama Adelia sudah kembali pulang sejak satu hari setelah ia dinikahi oleh pria tersebut. Katanya Wira akan menjemput Chaca, tapi hingga saat ini belum sama sekali datang. Bahkan meneleponnya pun tidak pernah.

Hanya saja bagi Chaca justru hatinya lega tidak adanya suami dan istri pertama suaminya, hanya saja pria itu menugaskan ajudan untuk mengawasi dirinya. Ya, lebih tepatnya untuk mengawasi agar ia tidak kabur, bukan karena perhatiannya.

“Pah, kok tumben sudah hampir dua minggu lebih Wira tidak ke sini. Memangnya di rumah sakit lagi banyak kerjaan?” tanya Mama Maryam sembari menatap Chaca yang sedang menyuapi Aqila.

“Beberapa hari yang lalu Papa sempat ketemu, dia ada beberapa jadwal operasi. Ya, mungkin saja memang banyak jadwal jadi belum sempat ke sini,” jawab Papa Brawijaya seraya menyeruput kopi hangat.

Mama Maryam mendesah pelan lalu kembali menyantap nasi gorengnya. Di benaknya ada rasa tidak nyaman melihat keadaan menantunya yang kini telah diabaikan oleh suaminya. Ya, Wira —suami baru. Amat malang nasib Chaca, saat nikah dengan Ezzar pun juga diabaikan, kini kisahnya terulang kembali. Untungnya Chaca tidak berekspektasi tinggi dengan pernikahan keduanya.

“Cha, kamu nggak ada minat buat jalan-jalan keluar ajak Aqila?” tanya Mama Maryam dengan perasaan bersalah.

Wanita itu lantas menatap mama mertuanya dengan alisnya bertautan. “Memangnya boleh Mah, kalau aku jalan-jalan di luar? Jika nanti akhirnya ujung-ujungnya aku dicekal dan tidak diizinkan untuk melihat dunia luar?” Chaca balik bertanya dengan nadanya sedikit ketus.

Mama Maryam mengatup bibirnya, lalu kembali menatap suaminya seakan minta sebuah jawaban dari pertanyaan menantu mereka.

“Kalau memang kamu ingin jalan-jalan, Papa mengizinkan kamu untuk pergi, tapi jangan ada niatan untuk kabur membawa Aqila.” Papa Brawijaya menjawab.

Jawaban tersebut menjadi angin segar untuknya, ia pun menatap anak semata wayangnya.

“Pah, Mah, aku sudah mengorbankan diri serta  mengabaikan perasaan sendiri untuk kembali menikah dengan anak Mama dan Papa. Kali ini, bisakah aku minta sesuatu dan mohon dikabulkan?” tanya Chaca, raut wajahnya sangat serius saat menatap mereka kembali.

“Minta apa, Chaca?” Mama Maryam bertanya dengan rautnya yang penasaran.

“Aku ingin bekerja, Mah. Bekerja di luar sana, untuk bekal aku sendiri, karena aku sangat tahu diri, tidak akan selamanya aku menjadi bagian keluarga ini. Aku tidak minta harta atau uang sepeser pun dari Mama, Papa, atau Pak Wira. Tapi setidaknya berikan aku kebebasan untuk bisa mengapresiasi diriku, ketimbang semakin lama aku tidak waras dengan kenyataan hidup yang aku hadapi. Aku rasa Papa sebagai dokter pasti amat memahami mengenai kesehatan mental seseorang, maka dari itu tolong izinkan aku. Dan, aku berjanji tidak akan kabur membawa Aqila,” imbuh Chaca sangat tenang.

Chaca pikir sudah cukup ia berdiam diri dan selalu patuh akan aturan keluarga Brawijaya. Sudah waktunya ia bangkit dari keterpurukannya.

Mama Maryam kembali menatap suaminya yang sedang berpikir. “Memangnya kamu mau kerja di mana? Sedangkan background kamu hanyalah lulusan SMA?” tanya Papa Brawijaya, tatapan begitu menyelidik.

“Temanku punya usaha, dan rencananya aku akan membantunya. Tolong, Pah, sudah cukup aku selalu diremehkan di mansion ini. Aku memang datang pertama kali hanyalah seorang pembantu. Tapi, tidak selamanya selalu ada di bawah, roda kehidupan terus berputar. Tidakkah ada rasa kasihani untukku dari Papa dan Mama? Aku hanya minta itu saja,” balas Chaca dengan menahan suaranya yang bergetar.

Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

alhamdulillah chaca sdh berani ngambil sikap smoga aja pak brawijaya ngak menahan chaca untuk bekerja sekalian pembuktian apakaj wira hny sekedar tanggungjwb nikahi chaca demi kenyamanan aqila ataukah sedang menyusun rencana untuk membuat adelia ngak ngereog apalg cemburu sm chaca harapan aku seh wira cemburu buta sm chaca biar dia sndr ntar kejebak sm kelakuan brengseknya sm chaca

2025-03-01

3

Inooy

Inooy

wuidiiiihh pencitraan bgt Wiir,,sok2an mo bertanggung jawab atas hidup Chaca dn Aqila..tp boleh jg sih asalkan kamu punya istri pertama d tertibkan dlu, biar g ngegerasak k Chaca..kasian kan Chaca nya klo tiap hari harus adu urat leher ma Adelia,,secara dia kan udh mulai cembukor 😔

2025-03-01

2

Teti Hayati

Teti Hayati

Hadeeeeeeuh... enaknya diapaain yaa..
masih awal tapi kelakuannya bikin orang sensi mulu.. 😒
Ngiket kehidupan seseorang dg dalih tanggung jawab, tapi nyatanya diabaikana tanpa kabar..
Entah apa tujuanmu yg sebenarnya Wira.. umbar janji sana sini.. egois dimakan sendiri..

2025-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!