Bab 6. Hukuman Dari Wira

Bik Rahma tergopoh-gopoh keluar saat Tiwi memberitahukan ada keributan di halaman mansion. Wanita paruh baya itu mengangga melihat Wira membopong Chaca, sementara Aqila digendong Dzaki dan mulai tampak ingin menangis.

“Chaca,” gumam Bik Rahma pelan. Ia tak berani menatap Wira saat berpapasan dengannya. “Ya Allah, apa yang terjadi sama Chaca?” batin Bik Rahma ketar ketir.

“Bik Rahma urus Aqila sebentar!” perintah Wira dengan sorot mata elangnya yang tajam.

Bik Rahma hanya mengangguk, tidak banyak bertanya mengapa dan kenapa. Kemudian ia melirik ajudan Wira membawa stoller milik Aqila beserta tasnya saat mau mengambil alih Aqila dari gendong Dzaki.

“Apa jangan-jangan Chaca ketahuan mau kabur sama Tuan Wira. Kalau iya ... wah gawat ini. Apa yang akan terjadi sama Chaca,” gumam Bik Rahma pelan sembari menenangi Aqila yang mulai rewel. 

***

Dua jam setelah kejadian, kedua orang tua Wira sudah mengetahui jika Chaca tadi sore sempat mau kabur membawa Aqila kabur. Dan kini Bik Rahma sedang diinterogasi di ruang keluarga.

Aqila saat ini duduk di pangkuan Mama Maryam sembari mengunyah biskuitnya. Sementara itu, wanita paruh baya itu tertunduk, tidak berani menatap satu persatu orang yang ada di depannya.

“Katakan pada saya, Bik Rahma? Kalau Chaca tadi sore berniat untuk membawa Aqila kabur, kan!” sentak Wira terlihat emosi.

Bik Rahma tersentak kaget, kedua tangannya yang berpangku saling bertautan, rasa takutnya semakin menjadi-jadi.

“Katakan pada saya, Bik!” Suara Wira semakin meninggi sembari menggebrak meja dengan majalah bisnis yang ia pegang.

“Maaf, Tuan.” Bik Rahma mengatup kedua tangannya di dada. Matanya tampak berkaca-kaca saking takutnya.

Wira yang biasanya tidak terlihat garang hari ini benar-benar memperlihatkan sisinya yang berbeda, dan sudah tentunya membuat orang yang selama ini tidak pernah tahu menjadi ketakutan.

“Saya sangat kecewa dengan kamu, Bik, jika tetap saja menutup mulut seperti ini,” sambung Mama Maryam buka suara.

“Ma-Maafkan saya, Nyonya. Tolong maafkan Chaca.” Hanya kata maaf yang bisa ia sampaikan, meski di lubuk hatinya ingin berbicara panjang dan membantu keponakannya untuk lepas dari jeratan keluarga Brawijaya.

“Tidak ada kata maaf, terutama untuk Chaca yang ingin membawa kabur cucu satu-satunya keluarga Brawijaya!” tegas Wira dengan suaranya menggema.

Rahang Bik Rahma mengatup, tidak mampu berkata apa pun lagi. “Chaca berhak membawa anaknya ke mana pun, karena dia ibunya.” Ingin sekali Bik Rahma berkata seperti itu, tapi sayangnya tertahan di tenggorokan saja.

“Mulai detik ini tindak tanduk Bik Rahma dibawa pengawasan ajudan saya. Dan mulai detik ini akan ada nanny yang membantu Bik Rahma mengasuh Aqila. Untuk saat ini Chaca saya hukum!”

Degh!

Bik Rahma memberanikan diri menatap tuan mudanya. “Dan, jangan sesekali Bik Rahma membantu bahkan menolong Chaca jika masih mau bekerja di sini. Kecuali Bik Rahma sudah enggan bekerja di sini!” ancam Wira serius, tidak main-main.

Wanita paruh baya itu tampak tergugu, hatinya dilema, ia pun tidak naif jika bekerja di keluarga Brawijaya tempat yang paling nyaman baginya, apalagi gajinya cukup besar karena sudah hampir tujuh tahun mengabdi.

Ancaman Wira memang sungguh-sungguh. Nyatanya saat ini kamar Chaca dikunci dari luar dan dijaga oleh salah satu ajudan. Sementara wanita yang terkena obat bius tampak damai tertidur di atas ranjang.

“Tuan Wira, saya mohon jangan siksa Chaca, maafkan Chaca,” pinta Bik Rahma agak memelas.

“Itu urusan saya! Masih untung Bik Rahma tidak turut saya hukum!” Pria itu lantas berdiri lalu menatap Aqila yang ada di pangkuan mamanya. Baby cantik itu nyengir menunjukkan deretan gigi susu seakan sedang diajak bercanda sama Wira, sementara Wira menatapnya penuh makna.

“Kita jangan sampai kecolongan lagi, Mah,” ujar Wira sebelum meninggalkan ruang keluarga.

“Mmm ... Wira, hari ini kamu menginap di sini, ‘kan?” tanya Mama Maryam.

“Ya, aku dan Adel malam ini menginap di sini. Sekalian aku akan mengurus Chaca,” balas Wira, tampak sangat membenci ketika menyebut adik iparnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Aqila malam ini tidur bersama oma dan opanya, tidak lagi dengan mamanya sesuai  keputusan bersama Wira dengan kedua orang tuanya, kalau Aqila akan dijauhkan dari Chaca dalam waktu yang tidak ditentukan.

Dan, kini sosok pria itu ada di depan kamar Chaca, ajudan yang menjaga bergegas membukakan pintu. Pria itu pun melangkah masuk disusul oleh maid yang membawa nampan berisikan makanan.

“Taruh di sana, setelah itu kamu keluar dari sini!” titah Wira dengan aura dinginnya, seraya menunjuk ke meja sofa.

“Baik, Tuan,” jawab maid tersebut sembari mencuri pandang ke arah ranjang. Chaca masih memejamkan matanya.

Selepas maid tersebut menaruh nampan buru-buru ia ke luar dari kamar, dan menutupnya.

Tinggallah Wira dan Chaca di dalam kamar. Wira melangkah mendekati ranjang, sejenak ia menatap dalam wajah Chaca yang tampak tenang. Setelah itu, barulah ia duduk di tepi ranjang, jemarinya langsung mengecek nadi wanita itu, lalu hembusan napas.

Di saat pria itu sedang mengecek hembusan napas wanita itu dengan mendekati wajahnya, Chaca melenguh pelan dengan gerakan wajahnya terangkat ke atas, pria itu menahan napas. Hidung mereka bersinggungan, dan perlahan-lahan Wira bisa melihat bola mata di balik kelopak matanya yang tertutup bergerak-gerak pelan.

Pria itu lantas menarik dirinya. Namun, tetap duduk di tepi ranjang menanti wanita itu membuka matanya. Dan benar saja dalam hitungan menit kemudian Chaca membuka kelopak matanya.

“Lama juga kamu tidurnya ya, saya pikir kamu akan mati menyusul almarhum suamimu,” sindir Wira dengan sorot matanya seolah-olah mengintimidasinya.

Chaca yang belum sepenuhnya sadar diri, kembali terpejam sembari menarik napasnya dalam-dalam. Ia tak menyangka kakak iparnya ada di hadapannya. Usai itu ia kembali membuka kelopak matanya dan melihat ke segala arah.

“Aqila ... anak Mama ... Aqila, Sayang.” Chaca meraba sisi ranjangnya yang kosong sembari memanggil nama anaknya, lalu ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya.

“Mau kamu berteriak memanggil anakmu. Tetap saja Aqila tidak ada di sini dan tidak akan pernah lagi bersamamu.”

Chaca yang baru saja beranjak dari atas ranjang mulai terasa limbung, kepalanya pusing efek dari obat bius masih ada. Tapi, demi mencari keberadaan anaknya ia berusaha untuk tetap berdiri tegak.

“Aqila, kamu di mana, Nak!” panggil Chaca dengan langkah tertatih-tatih menuju pintu.

“Sudah saya katakan anakmu tidak ada di sini! Dan kamu tidak akan pernah melihatnya lagi!” sentak Wira sembari melangkah cepat menuju pintu, lalu menarik lengan Chaca.

“Akh!” pekik Chaca, tubuhnya yang limbung hampir saja terjatuh jika Wira tidak mengapai tubuhnya. Dan kini wanita itu dalam pelukan Wira.

Dalam persekian detik mereka berdua beradu pandang. Wira menatap tajam wanita yang telah melahirkan Aqila, sementara tatapan Chaca jika dilihat lebih dekat, jelas penuh dengan luka yang dipendamnya selama tiga tahun ini.

“Di mana anak saya, Pak Wira? Kembalikan anak saya!” pinta Chaca dengan sedikit mengeluarkan sisa tenaganya.

Pria itu tersenyum miring. “Kamu tidak akan bisa bertemu dengan anakmu lagi, jika tidak mau menikah dengan saya, Chaca Ayunda!”

Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Teh Fufah

Teh Fufah

jangan2 aqila anak nya wiraaa..
wahhh aku mikir nya kejauhan yaaaa

2025-02-24

18

mbok Darmi

mbok Darmi

semoga chaca tegar dan sabar menghadapi wira gendeng udah punya istri ngga bisa hamil ngajakin nikah kayak ngajak gelut, aku curiga suami chaca bukan adik kandung wira dan kematian nya pasti disabotase sama wira

2025-02-24

1

Noor hidayati

Noor hidayati

sudah pasti ini kalau aqila anak wira,dan wira memendam rasa sama chaca tapi tidak berani mengatakanya,wira beraninya cuma main gertak aja sama chaca untuk menutupi kebenaranya,kalau wira tidak mau chaca jauh darinya serta jauh dari jangkauanya apabila chaca keluar dari keluarga brawijaya

2025-02-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!