Bab 3. Jadilah Maduku

Chaca kembali merapikan barang-barang ke dalam koper, dan ada beberapa barang penting ia masukkan ke dalam tas bayi sesuai saran Bik Rahma, usai ia mencurahkan isi hatinya ada bibinya.

Keputusannya sudah bulat jika ia akan pergi hari ini juga dari mansion keluarga almarhum suaminya, entah di sore atau malam hari sesuai pantauan keadaan bibinya.

Aqila sudah bangun dari tidur siangnya, dan kini sedang menikmati susu botolnya. Koper yang tidak terlalu besar Chaca taruh di sudut kamarnya agar tidak terlalu mencolok jika ada yang masuk ke kamarnya.

“Aqila, maafin Mama ya kalau kita harus pergi dari sini. InsyaAllah Mama akan merawat dan membesarkanmu, kita akan hidup bahagia, Nak,” ujar Chaca mengajak anaknya berbicara seraya mengusap kening putri kecilnya. Balita itu hanya bisa mendelikkan bola mata mungilnya, tanpa memahami apa yang dibicarakan mamanya.

“Chaca!” Pintu kamarnya terketuk bersamaan dengan namanya dipanggil.

“Ya, tunggu sebentar,” sahut Chaca bergegas beranjak dari atas ranjang, lalu menuju pintu.

“Bu Adelia.” Chacha terkesiap dengan sosok wanita yang begitu anggun dan cantik penampilan, berbeda dengannya yang sangat sederhana walau suaminya anak orang kaya.

“Aku ingin bicara denganmu, Cha. Bisa, ‘kan?” Ini sebenarnya bukan pertanyaan tapi perintah yang terlontar dari Adelia.

“Bisa Bu, silakan masuk,” jawab Chaca dengan sikap formalnya, ia menepi dan memberi ruang untuk Adelia masuk ke dalam.

Ya, Chaca amat tahu diri dengan kakak iparnya yang merupakan anak dari salah satu pengusaha kaya. Sementara ia dulu hanya seorang maid yang terangkat derajatnya karena menikah dengan keluarga yang memiliki rumah sakit terbesar di Jakarta dan Bandung, meski tetap saja ia dipandang sebelah mata oleh keluarga suaminya. Aqila'lah keberuntungan bagi Chaca sehingga mereka terpaksa menerima wanita dengan status sosial yang rendah.

Dengan anggunnya Adelia duduk di sofa single, dan dari kejauhan melirik ke arah ranjang di mana Aqila berada. Chaca sebelum menyusul duduk bersama-sama, ia memastikan anaknya terlebih dahulu, kalau keadaannya aman di atas ranjang.

“Chaca, aku tidak mau berbasa basi lagi. Kedatangan aku ke sini pasti kamu sudah tahu, kan maksudnya?” Adelia langsung to the point saat mereka sudah berhadapan.

Chaca mengangguk paham.

“Chaca, tolong menikahlah dengan suamiku, aku ikhlas kamu jadi maduku. Dan ... berikanlah satu anak kandung dari suamiku untuk kami. Kamu tahukan kalau rahimku bermasalah. Sudah tujuh tahun kami menikah, tapi aku tak kunjung hamil,” pinta Adelia dengan tenangnya, seakan benar-benar sudah siap.

“Aku sudah putus asa melakukan inseminasi dan bayi tabung berulang-ulang, tapi selalu gagal. Sedangkan kamu hanya sekali bikin langsung bisa kasih cucu untuk keluarga Brawijaya. Tolong bantu aku, Chaca. Selain aku menerimamu sebagai madu, aku akan memberikan sejumlah uang jika kamu bisa memberikan anak keturunan Mas Wira, berapa pun yang kamu pinta,” lanjut kata Adelia tampak memohon.

Hati Chaca semakin mencelos mendengar permintaan Adelia dibalik mertuanya meminta menikah dengan Wira, seakan-akan ia adalah mesin pencetak anak, dan tidak memikirkan bagaimana perasaannya.

“Apa inikah alasan yang sesungguhnya agar aku menikah dengan Pak Wira?” batin Chaca menebak.

“Boleh aku bertanya, Bu Adel?” tanya Chaca sangat berhati-hati.

“Tanyalah, apa yang ingin kamu tanyakan padaku.”

“Apa Bu Adel siap berbagi suami denganku? Apa Bu Adel siap jika suatu hari Pak Wira tiba-tiba sikapnya berubah pada Bu Adel? Berpaling dari Bu Adel? Punya madu butuh kekuatan mental yang kuat Bu, bukan hanya sekedar ikhlas,” tanya Chaca pelan.

Sejenak Adelia terdiam, pandangannya terpaku menatap adik iparnya.

“Jika Bu Adel tidak siap dengan segala kemungkinannya, jangan pernah meminta suami menikah dengan wanita lain, hanya karena ingin memiliki anak. Coba lebih sabar menunggu, dan kembali berikhtiar. Siapa tahu doa Bu Adel dan Pak Wira terkabulkan,” lanjut kata Chaca dengan seulas senyum getirnya.

“Aku siap karena madunya itu adalah kamu. Wanita yang tidak mungkin membuat suamiku berpaling dariku. Karena aku sangat tahu jika suamiku sangat mencintaiku, dan aku amat yakin dia tidak akan mencintaimu. Pernikahan kamu dengan suamiku juga ada batas waktunya, Chaca. Di saat kamu berhasil mengandung dan melahirkan anak Mas Wira, maka pernikahan kamu telah usai. Kamu dapat uang dariku dan suamiku, dan anak itu menjadi anakku dan anak Mas Wira,” jawab Adelia dengan lembut tapi ada tarikan tegasnya.

Chaca menggigit bibir bawahnya, lagi-lagi ia tertampar dengan kenyataan baru yang ada di depan matanya. Hati tersayat, amat sakit bagaikan diiris oleh sebilah belati. Pelan tapi membuat goresan luka yang amat perih.

“Bu Adelia, bagaimana kalau aku tidak akan pernah mau menikah dengan Pak Wira? Bagiku cukup sekali aku merasakan apa itu menikah, dan berumah tangga.”

Wanita itu mengangkat dagunya dengan angkuh, lirikan matanya agak menyipit. “Chaca, jangan jadi wanita yang bodoh. Uang yang ditawarkan oleh suamiku cukup fantastis jika kamu mau menikah dengannya, satu milyar. Kamu bisa memperolehnya dan bisa menjadi modal setelah kamu bercerai dengan Mas Wira. Hidup ini apa-apa itu butuh uang, jadi jangan munafik kamu. Kalau kamu pun mau cari kerja jadi pembantu lagi mana mungkin dapat uang sebanyak satu milyar dalam waktu cepat,” seloroh Adelia, secara tidak langsung mencemoohkan Chaca.

Chaca menyunggingkan senyum tipisnya. “Ya, memang segala sesuatu di dunia itu pakai uang. Tapi sebaiknya Bu Adelia pikirkan kembali. Uang satu milyar tidak akan ada artinya jika hati sakit setiap hari melihat suami berdekatan dengan wanita lain, meski wanita itu adalah istrinya juga. Amat sakit Bu, dan tidak ada obatnya, walau kita mencoba menyibukkan diri,” ungkap Chaca yang sudah terlebih dahulu merasakannya.

Wanita itu berdecih pelan, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Chaca, aku tidak butuh nasehatmu. Aku sudah rela merendahkan diri di sini meminta kamu menikah dengan suamiku. Itu saja! Kalau kamu tidak setuju dan bersikukuh karena harga diri. Berarti—“ Jeda sejenak.

Adelia bangkit dari duduknya, lalu melangkah menuju ranjang, kemudian mengendong Aqila.

Sontak saja Chaca langsung berdiri dengan debaran jantung tak menentu.

“Putrimu ini memiliki wajah yang mirip dengan Mas Azzer dan Mas Wira, karena mereka kakak beradik. Jadi jangan salahkan aku, kalau pada akhirnya anak ini akan kami ambil darimu, dan diasuh oleh keluarga Brawijaya!” ancam Adelia dengan senyum sinisnya.

 

Bersambung ... ✍️

Terpopuler

Comments

Tuti Chandra

Tuti Chandra

mentang mentang orang kaya jd semena mena sama orang ngga punya semua itu hanya titipan jija tuhan berkendak kapan aja bisa di ambil jd jangan terlalu sombong diatas langit masih ada langit .
semangat buat caca untuk memperjuangkan putrimu,semoga ada orang baik yg bisa membantu caca terbebas dr keluarga brawijaya.

2025-02-21

1

Inooy

Inooy

MOM ini baru awal lhooo,,tp kenapa mata ku pedih 🥺..rasa nya banyak bawang yg d tabur 😪

Chaca harus jd wanita tangguh, jangan mudah d tindas..jangan mudah d intimidasi, karena hidup penuh perjuangan..apalgi ada anak yg harus d lindungi dr orang2 yg punya niat jahat...

exhale..inhale,,hhuuu tenaaang jangan emosi duluuuu..tahan dulu ini baru permulaan!!!

2025-02-23

0

Kimo Miko

Kimo Miko

lah mana ada seorang ibu ihklas anaknya diambil orang. hanya orang miring aja yg membolehkan anaknya diambil orang lain. kenapa nggak suruh wira cari wanita yg mau jadi wanita kedua aja adel. kenapa adel memaksa chaca utk jadi madunya. jangan2 adel tahu kalau aqila sebenarnya anaknya wira dari hasil tebar benih secara mencuri lahan .

2025-03-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan Mertua
2 Bab 2. Ingin Pergi
3 Bab 3. Jadilah Maduku
4 Bab 4. Mulai Beraksi
5 Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6 Bab 6. Hukuman Dari Wira
7 Bab 7. Wira vs Chaca
8 Bab 8. Keputusan Wira
9 Bab 9. Hati Yang Dilema
10 Bab 10. Sah!
11 Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12 Bab 12. Permintaan Chaca
13 Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14 Bab 14. Menuju Perubahan
15 Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16 Bab 16. Kegelisahan Wira
17 Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18 Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19 Bab 19. Panggil Papa
20 Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21 Info sejenak
22 Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23 Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24 Bab 23. Adelia Cemburu
25 Bab 24. Dejavu
26 Bab 25. Terluka
27 Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28 Bab 27. Adelia Mengadu
29 Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30 Bab 29. Rahasia Wira
31 Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32 Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33 Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34 Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35 Bab 34. Pengecut!
36 Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37 Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38 Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39 Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40 Bab 39. Rayuan Sahabat
41 Bab 40. Keputusan Chaca
42 Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43 Bab 42. Nasihat Hans
44 Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45 Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46 Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47 Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48 Bab 47. Keputusan Wira
49 Bab 48. Dukungan Orang Tua
50 Bab 49. Mengintai Adelia
51 Bab 50. Menuju Perceraian
52 Bab 51. Talak Tiga
53 Bab 52. Rencana Licik
54 Bab 53. Mulai Beraksi
55 Bab 54. Berita Viral
56 Bab 55. Mencari Penyebabnya
57 Bab 56. Menemui Wartawan
58 Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59 Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60 Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61 Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62 Bab 61. Emosi Papa Gio
63 Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64 Bab 63. Keadaan Wira
65 Bab 64. Wira Kritis
66 Bab 65. Amarah Mama Maryam
67 Bab 66. Aqila Rewel
68 Bab 67. Menemuinya
69 Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70 Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71 Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72 Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73 Bab 72. Pindah Ruangan
74 Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75 Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76 Bab 75. Menyesalinya
77 Bab 76. Kesempatan Kedua
78 Bab 77. Harus Saling Menjaga
79 Bab 78. Mencari Adelia
80 Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Permintaan Mertua
2
Bab 2. Ingin Pergi
3
Bab 3. Jadilah Maduku
4
Bab 4. Mulai Beraksi
5
Bab 5. Jangan Ambil Anak Saya, Pak Wira!
6
Bab 6. Hukuman Dari Wira
7
Bab 7. Wira vs Chaca
8
Bab 8. Keputusan Wira
9
Bab 9. Hati Yang Dilema
10
Bab 10. Sah!
11
Bab 11. Api Cemburu Mulai Berkobar
12
Bab 12. Permintaan Chaca
13
Bab 13. Persetujuan Mama Maryam
14
Bab 14. Menuju Perubahan
15
Bab 15. Siapa Wanita Itu?
16
Bab 16. Kegelisahan Wira
17
Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!
18
Bab 18. Pertengkaran Pengantin Baru
19
Bab 19. Panggil Papa
20
Bab 20. Menikmati Peran Sebagai Papa
21
Info sejenak
22
Bab 21. Jangan Kegeeran, Pak Wira!
23
Bab 22. Berlagak Seperti Korban
24
Bab 23. Adelia Cemburu
25
Bab 24. Dejavu
26
Bab 25. Terluka
27
Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!
28
Bab 27. Adelia Mengadu
29
Bab 28. Ceraikan Saya, Pak Wira!
30
Bab 29. Rahasia Wira
31
Bab 30. Pengakuan Wira, Hati Chaca Hancur
32
Bab 31. Tiga Tahun Yang Lalu - 1
33
Bab 32. Tiga Tahun Yang Lalu - 2
34
Bab 33. Tiga Tahun Yang Lalu - 3
35
Bab 34. Pengecut!
36
Bab 35. Kedatangan Papanya Adelia
37
Bab 36. Mama Paula Mengamuk
38
Bab 37. Harus Berpikir Cerdas
39
Bab 38. Di Balik Kesetiaan
40
Bab 39. Rayuan Sahabat
41
Bab 40. Keputusan Chaca
42
Bab 41. Kepergian Chaca, Kegalauan Wira
43
Bab 42. Nasihat Hans
44
Bab 43. Me Time Bersama Aqila
45
Bab 44. Kejutan Yang Luar Biasa
46
Bab 45. Adelia Mulai Beraksi
47
Bab 46. Apa Ini Bukti Cintamu!?
48
Bab 47. Keputusan Wira
49
Bab 48. Dukungan Orang Tua
50
Bab 49. Mengintai Adelia
51
Bab 50. Menuju Perceraian
52
Bab 51. Talak Tiga
53
Bab 52. Rencana Licik
54
Bab 53. Mulai Beraksi
55
Bab 54. Berita Viral
56
Bab 55. Mencari Penyebabnya
57
Bab 56. Menemui Wartawan
58
Bab 57. Reaksi Chaca, Kemarahan Mama Maryam
59
Bab 58. Mama Maryam Beraksi
60
Bab 59. Telepon Dari Seseorang
61
Bab 60. Dunia Maya Diguncang Skandal
62
Bab 61. Emosi Papa Gio
63
Bab 62. Akhir Nasib Mantan Besan
64
Bab 63. Keadaan Wira
65
Bab 64. Wira Kritis
66
Bab 65. Amarah Mama Maryam
67
Bab 66. Aqila Rewel
68
Bab 67. Menemuinya
69
Bab 68. Ketegangan di Ruang ICU
70
Bab 69. Harapan Dalam Genggaman - 1
71
Bab 70. Harapan Dalam Genggaman - 2
72
Bab 71. Akibat Amarah Yang Tak Terkontrol
73
Bab 72. Pindah Ruangan
74
Bab 73. Detik Detik Akhir Nasib
75
Bab 74. Menyampaikan Kabar Duka
76
Bab 75. Menyesalinya
77
Bab 76. Kesempatan Kedua
78
Bab 77. Harus Saling Menjaga
79
Bab 78. Mencari Adelia
80
Bab 79. Mereka Kira Aku Gila!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!