Lelaki misterius

"Apa, Putraku kecelakaan?" pekik Tuan Besar Surya.

Adel ikut terkejut ketika mendengar salah satu dari omnya kecelakaan.

Tuan Besar Surya tertunduk, bulir-bulir bening mulai keluar dari sudut matanya. Hatinya begitu sesak, begitu sakit, saking sakitnya sampai wajahnya merah padam.

Rasanya lebih sakit dari saat dirinya terkena serangan jantung beberapa tahun silam, rasanya lebih kehilangan dari saat Alfa dikabarkan menghilang.

prakk!! ponsel yang sedari tadi ia genggam jatuh dan menghantam meja kaca sampai meja tersebut retak.

Adel memeluk Eyangnya dan berusaha menabahkannya.

"Eyang, Pasti om baik-baik saja." ucap Adel menenangkan.

Adel yang pernah menghadapi situasi seperti ini mencontoh kakaknya yang tetap tenang dan berfikir jernih.

Adel mengambil ponsel yang berada di lantai lalu menghubungi seseorang.

"Eyang, siapa yang harus aku cari?" tanya Adel, sebenarnya dia belum tahu siapakah di antara omnya yang kecelakaan.

"Ardy." jawab Tuan Besar Surya singkat.

Tuan Besar Surya masih tertunduk sedih memikirkan nasib putranya.

"Santoso, lacak jam tangan yang dipakai om Ardy sekarang." Adel menghubungi Santoso karena dia orang yang paling bisa di andalkan dalam situasi seperti ini.

Tanpa bertanya lebih lanjut Santoso langsung menjalankan perintah Adel.

"Dimengerti." jawab Santoso dari sambungan telpon.

Adel memutuskan panggilan Santoso dan kembali duduk di samping Tuan Besar Surya.

Satu jam sebelum berita itu sampai.

Ardy yang mengurusi bisnis yang berada di wilayah jawa barat dan sekitarnya memilih untuk tinggal di Bandung.

Dia sangat senang mengemudi karena cita-cita masa kecilnya adalah menjadi pembalap F1, namun dia tidak bisa meraih cita-citanya.

Ardy yang suka kebut-kebutan melajukan mobilnya dalam kecepatan tinggi sampai dia tiba di dekat jembatan. Dia hendak mengurangi kecepatan mobilnya namun Ardy baru menyadari kalau rem mobilnya blong.

Ardy mencoba untuk tidak panik dan dia melihat jembatan di depannya. Tanpa berfikir lebih panjang Ardy langsung banting setir ke kiri, menabrak pembatas jembatan dan terjun bebas ke sungai.

Byurrr!!! mobil tercebur ke sungai, Ardy mengalami benturan cukup keras namun ia masih sadar.

Ia segera melepaskan seat belt yang mengamankan tubuhnya, lalu keluar dari mobil dengan memecahkan kaca bagian samping.

Duarrr!!! sesaat setelah Ardy keluar, mobil meledak dan Ardy terkena dampak dari ledakan tersebut.

Puing-puing dari mobil yang meledak melesat cepat ke arah Ardy, sebuah besi menghujam dada kanan Ardy, menancap diantara tulang selangka dan belikatnya.

Duk!! Ardy terbentur batu di dasar sungai sampai tak sadarkan diri dan hanyut terbawa arus sungai yang jelas.

Pengawal yang sudah menanti kedatangan Ardy pun mulai curiga, mereka memyusuri jalan yang biasanya dilalui Tuan Mudanya dan begitu terkejutnya mereka ketika di sebuah jembatan sudah berkerumun banyak orang dan terpasang garis polisi.

Heru yang menjadi kepala pengawal Ardy segwra menemui Polisi yang sedang bertugas dilapangan.

"Ada apa ini, Pak?" tanya Heru.

Polisi muda tersebut lalu menjelaskan bahwa mobil sedan putih nomor polisi D 22 AW, mengalami kecelakaan dan mobil meledak di sungai, namun polisi masih melakukan investigasi apakah ada korban jiwa dalam kecelakaan ini atau tidak, karena belum ada penemuan lagi.

Heru kemudian menunjukkan sebuah kartu yang mwnandakan bahwa dia adalah pengawal khusus keluarga Wijaya, dan mempunyai hubungan dengan pemilik mobil yang meledak.

"Saya bersama tim saya akan ikut menyusuri, kalau ada yang tanya anggap saja kami relawan." ucap Heru.

Polisi muda itu tidak bisa menolaknya karena mengetahui bahwa keluarga Wijaya salah satu keluarga Pengusaha terbesar di Indonesia dan ikut dalam jajaran 20 orang terkaya di Indonesia.

Heru mengajak timnya untuk menyusuri sungai dan menurunkan semua pengawal Wijaya yang ada di Bandung.

Heru panik karena sudah setengah jam ia melakukan penelusuran tapi belum mendapat hasil apapun. Akhirnya Heru mengabarkan hal ini kepada Tuan Besar Surya.

Heru merasa bersalah bercampur takut mendapat amukan dari tuan besarnya namun ia pasrah jika nanti ia akan mendapatkannya.

Di tepian sungai terlihat anak-anak berumur 10 tahunan sedang asik memancing.

Saat mereka hendak pergi untuk mencari tempat lain, seorang anak yang berjalan paling belakang terkejut ketika ada remaja laki-laki yang mengapung di sungai dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Anak tersebut mencolek teman yang berada di depannya.

"Naon?" tanya anak yang dicolek karena merasa risih.

Tapi anak yang melihat pria mengapung tak menjawabnya. Suaranya tercekat di tenggorokan sampai tak bisa mengeluarkan suaranya.

Anak yang dicolek kemudian menengok dan ikut terkejut saat melihat pria mengapung.

"Ma,,mayat?" kata anak tersebut tergagap.

Anak-anak yang lain segera menengok ke arah sungai setelah mendengar kata mayat.

Seorang anak lelaki yang terlihat paling besar berlari mencari bantuan orang dewasa. Untung saja tempat itu dekat dengan jalan raya hingga mudah mencari bantuan.

Anak itu melihat banyak orang dewasa di warung kopi dan diapun segera menghampiri mereka.

"Mang,, eta,, eta,, aya mayat." ucapnya menggunakan bahasa sunda dengan nafas tersengal.

"Dimana?" tanya orang-orang itu panik.

"Di kali." jawab anak laki-laki itu.

Para warga yang mayoritas laki-laki dewasa segera berlari menuju sungai,

"Ehh!! bayar dulu!!" teriak penjaga warung.

"Nanti teh!!" saut mereka hampir bersamaan.

"Kumaha eta malah ditinggal pergi." ucap Wanita tersebut dengan logat sunda yang kental.

Setelah sampai di sungai, 3 warga yang bisa berenang langsung menceburkan diri dan menarik manusia yang dibilang mayat tersebut.

Setelah di cek ternyata orang tersebut masih bernafas.

"Ayo kita bawa ke puskesmas, kepalanya berdarah!" ucap seorang pria berusia 40 tahunan.

Warga yang lain setuju dan membawa laki-laki tak dikenal tersebut ke puskesmas.

Setelah sampai di puskesmas, ternyata peralatan di puskesmas tidak memadai untuk melakukan tindakan dan diputuskan untuk di rujuk ke Rumah Sakit Sentosa yang memiliki peralatan lengkap.

Saat seorang perawat memeriksa tubuh orang tersebut, ternyata di saku orang itu ada dompet kulit menyelip.

Perawat itu kemudian membuka dompet tersebut dan menemukan sebuh kartu nama.

Karena penasaran dengan perusahaan yang tertera di kartu nama tersebut, akhirnya perawat searching dengan google untuk mengetahui nomor telponnya karena sebagian kertas tersebut sudah buram.

Perawat tersebut terkejut saat melihat perusaahan yang tertera di kartu tersebut, ternyata sebuah perusahaan besar dan memiliki pabrik bidang farmasi dan rumah sakit.

"Jadi orang ini,,,,"

Terpopuler

Comments

👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣

👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣

semangat, mari saling dukung 🙂

2021-02-01

0

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

Feedback ya

Pendekar Tak Pernah Kalah

2020-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!