Terima Kasih Kakek Sukma

Di markas pusat Surya Yudha, Komandan Ucok dan Pak Perwira berdiskusi mengenai beberapa misi penting esok hari.

Tiba-tiba Irwan mengetok pintu ruangan dan kemudian masuk dengan nafas tersengal.

Irwan mengatakan misi tim Angga gagal dan tim Bastian gugur.

Komandan Ucok tertegun dengan hal ini dan langsung berlari menuju pusat komando yang berada di bawah tanah.

Angga dengan suara bergetar mengatakan kalau 8 orang tim Bastian dipastikan gugur dan Alfa masih menghilang.

"Pak Robert, anda masih menyimpan remote penyadap yang ditanam di tubuh Alfa, kan?" tanya Pak Perwira penuh harap.

Pak Robert dengan wajah lesu menggelengkan kepalanya dan tertunduk.

"Alfa telah memintanya. Alat pelacak yang aku tanam juga tidak berfungsi karena tidak ada sinyal di sana." ucap Pak Robert.

Pak Perwira menopang jidatnya dengan tangan kirinya. Dirinya cukup pusing dengan hal ini.

"Apa posisi kalian aman sekarang?" tanya Komandan Ucok. Angga memastikan kalau posisinya aman.

"Baiklah, tim bantuan dari Semarang sebentar lagi tiba, mereka akan mengambil jenazah tim Bastian." ucap Komandan Ucok.

Pak Perwira duduk dengan pandangan kosong.

"Kabari keluarga Alfa." perintah Pak Perwira.

Komandan Ucok mengangguk kemudian mengotak-atik ponselnya. Setelah panggilan tersambung Komandan Ucok mengabari apa yang telah terjadi kepada Alfa yang sontak membuat mereka Shock.

Di sisi lain,

Pukul 10 pagi Alfa mulai membuka matanya. Tenggorokannya begitu kering ingin segera di basahi.

Alfa melihat ke sekelilingnya, tidak ada siapa-siapa. Alfa baru menyadari kalau dia hanya mengenakan sarung saja karena semalam pakaiannya basah.

Alfa melihat dada dan perutnya dibiarkan terbuka dan ada ramuan yang semalam Rama berikan.

Alfa berusaha sekuat tenaga untuk duduk.

"Tidak perlu memaksakan diri." terdengar suara orang sepuh berkata.

Alfa menemukan sumber suara tersebut kakek Sukma yang sedang tersenyum ramah ke arahnya.

"Nak, kamu sudah bangun." ucap Kakek Sukma.

"Terima kasih kakek sudah merawat saya." ucap Alfa

ramah.

"Sama-sama, sesama manusia itu harus saling menolong." ucap Kakek Sukma yang kini duduk di samping Alfa.

"Nak, kenapa kamu sampai terluka?" tanya Kakek Sukma penasaran.

Alfa membisu seketika karena kakek Sukma bertanya tentang hal itu.

Kakek sukma kemudian tertawa kecil.

"Aku dulunya seorang militer, namun kalau melihat dari seragammu dan bekas luka bakar di dadamu, kamu sepertinya berasal dari organisasi." ucap Kakek Sukma menebak.

Alfa terdiam sesaat kemudian menatap Kakek Sukma. Alfa kemudian mengangguk membenarkan ucapan Kakek Sukma.

"Saya dari organisasi Surya Yudha, saya seorang Satya Yudha." Alfa mengungkap jati dirinya karena Kakek Sukma juga mengungkapkan dirinya seorang militer.

Giliran Kakek Sukma yang kini terduam cukup lama. Orang tersebut terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Aku tahu Satya Yudha, biasanya seorang Satya Yudha dipasang pelacak, apa kamu juga iya?" tanya Kakek Sukma.

Alfa kembali mengangguk.

Alfa kemudian berusaha untuk duduk.

"Kek, apa Kakek melihat dompetku?" tanya Alfa.

Kakek sukma beranjak dari tempat duduknya dan menuju meja kecil di pojok ruangan, mengambil dompet Alfa yang tergeletak di sana.

Kakek Sukma memberikannya pada Alfa, Alfa menerimanya dengan senyum merekah.

Masih tersimpan uang tunai, black Card, id card, sim, dan kartu nama miliknya.

"Kamu istirahatlah, sebentar lagi Rama akan pulang." ucap Kakek Sukma.

Alfa mengangguk. Namun baru saja dia memejamkan matanya dia kembali merasa kehausan.

Alfa kembali membuka matanya.

"Kamu perlu sesuatu?" tanya Kakek sukma.

"Saya sangat haus, Kek." Alfa terlihat malu-malu karena tidak biasanya dia menyuruh orang yang lebih tua, apalagi orang yang menolongnya.

"Tunggu sebentar." ucap Kakek Sukma.

Kakek Sukma mengambil segelas air putih untuk minum Alfa.

Alfa sangat berterima kasih kepada Kakek Sukma.

"Istirahatlah!" perintah Kakek Sukma.

Alfa memejamkan matanya. Dia teringat akan keluarganya yang pasti sangat mengkhawatirkannya.

Tak terasa Alfa kembali tidur pulas.

Ketika matahari tepat di atas kepala menandakan hari sudah berjala setengahnya, Rama memasuki rumah dengan pakaian yang kotor karena terkena getah dan tanah.

Mendengar suara Rama membuat Alfa terbangun.

"Anda sudah bangun?" tanya Rama ramah.

Alfa tersenyum menanggapinya.

"Rama, apakah kamu memiliki ponsel?" tanya Alfa.

"Iya, tapi hanya ponsel jadul." jawab Rama malu.

"Tidak masalah, aku mempunyai keluarga yang pastinya sekarang sedang sangat mengkhawatirkan diriku. Aku mohon, pinjamkanlah ponselmu." ucap Alfa memelas.

"Aku bisa saja meminjamkannya, hanya saja ponselku tidak ada pulsanya." jawab Rama.

Alfa mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan 3 lembar uang seratus ribuan.

"Beli pulsa secukupnya saja, sisanya untuk kamu simpan." Alfa memberikan uqng tersebut kepada Rama.

Awalnya Rama ragu menerimanya namun niatan menolongnya lebih kuat.

Rama berlari keluar rumah menuju pemukiman warga yang jaraknya hampir 2km.

Baru sekitar 10 menit Rama pergi, Alfa dikejutkan dengan kedatangan orang-orang yang semalam dìa sergap.

Mereka menyeret Kakek Sukma yang sudah tak berdaya dan menghempaskannya ke lantai.

Alfa berusaha bangkit dari tempat tidurnya, menepis segala rasa sakit dan rasa takut yang sedang ia rasakan.

Alfa menghampiri kakek Sukma.

"Kenapa kalian melakukannya, huh?!" pekik Alfa lantang dengan tubuh gemetaran menahan emosi.

Ketika Alfa hendak mendekatinya, Dor!!

Rama terjatuh tapi dia bangkit dan kembali berlari menuju pemukiman.

"Tidaaakkkkkk! yarghh!" tangis Alfa pecah ketika melihat orang yang semalam mengejarnya menembak kakek Sukma tepat di dadanya.

Alfa mendekap tubuh Kakek Sukma, sayup-sayup terdengar kata wasiat dari kakek Sukma.

"Jaga Rama untukku,," lirih Kakek Sukma.

Perlahan Kakek Sukma memejamkan matanya, menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Alfa.

Alfa mengepalkan tangannya, melepaskan dekapannya kepada Kakek Sukma dan langsung menerjang lawannya tanpa basa basi lagi.

Orang tersebut yang tidak siap dengan serangan Alfa pun roboh dengan hidung yang mengucurkan darah karena patah.

Orang-orang di sekitarnya langsung menolongnya dan mengeroyok Alfa. Alfa yang sudah kalap tidak mempedulikan sakit yang ia rasakan maupun resiko yang akan ia tanggung.

Bahkan dirinya tidak peduli apabila sarungnya sewaktu-waktu melorot dan memperlihatkan tubuh polosnya.

Alfa di pegang kedua tangannya dan seorang lagi berdiri di depannya, namun dengan sigap Alfa langsung melontarkan kedua kakinya dan menerjang dada lawan hingga roboh.

Bug! Seseorang yang tadi memegangi tangan Alfa berhasil mendaratkan tinjunya ke pipi Alfa dan membuat Alfa linglung seketika.

Orang yang tadi di tendang oleh Alfa kini sudah bangkit. Melihat Alfa yang sedang linglung orang tersebut tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut.

Orang tersebut menendang perut Alfa hingga Alfa mundur beberapa langkah. Tak berhenti sampai disitu, orang tersebut berlari menghampiri Alfa, memegang tengkuknya lalu mendaratkan lututnya ke peeut Alfa hingga beberapa kali.

Namun orang tersebut tidak sadar bahwa kawan-kawannya yang diluar sudah tidak ada. Mereka sudah tergeletak, ada yang masih bernyawa ada juga yang tewas di tempat. Hanya tersisa 5 orang yang sekarang berada di dalam gubug.

Shot!shot!shot!

Masuk beberapa orang yang Alfa kenal, mereka menembak seluruh orang yang sedang mengahar Alfa.

"Tuan Muda, anda baik-baik saja?" tanya Hendro kepala pengawalnya.

Alfa mengangguk.

"Papa!" teriak seorang gadis dari pintu dan berlari menghampiri Alfa.

"Kenapa kamu di sini,Al?" tanya Alfa.

"Dia yang menuntun kami kemari, Tuan Muda." ucap Santoso, pengawal Pribadi Alia.

Alfa teringat akan Kakek Sukma, ia bergegas menghampiri jasadnya.

"Hendro, Santoso, naikkan jasad beliau. Dia orang yang begitu berjasa." ucap Alfa dengan air mata yang kembali menetes. Dirinya tak pernah menangis sebanyak ini selama hidupnya.

Alia merangkul pundak Papanya dan berusaha menenangkannya.

"Tuan Muda, kami sudah membawa pakaian untuk Anda." Hendro menyodorkan paperbag berisi pakaian untuk Alfa.

Prang!!! suara benda pecah dari depan gubug.

Alfa menoleh ke sumber suara tersebut dan saat itu juga dia merasakan sebuah rasa yang tak pernah ia rasakan. Rasa yang begitu menyakutkan, terasa sesak di dada, Rasa bersalah yang begitu bersalah menyelimuti hatinya.

Terpopuler

Comments

RA💜<big><_

RA💜<big><_

semngat kak
Sam dari mawar berduri

2020-12-19

1

ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊

ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊

oke sampe sini dulu bekal tidur nya 😅 udah kena timpuk nih Hp hidung akunya 😅😅😅 gegara ngantuk 🙃

2020-11-17

0

👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣

👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣

dari sini...🙂🙂🙂

2020-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!