Resmi

"Tidak sesederhana itu, Alfa," ucap Pak Robert.

"Kenapa?" tanya Alfa.

"Setiap kamu bertugas menjadi eksekutor atau negosiator seperti kemarin, kamu pasti akan dipasang penyadap karena apabila penyadap itu diletakkan di pakaianmu akan ketahuan." Pak Robert menjelaskan dengan hati-hati.

"Saya siap dengan hal itu, tapi untuk saat ini saya tidak ingin hal-hal mengenai privasi saya terganggu, Pak," ucap Alfa memelas.

"Begini saja, bagaimana jika kamu saya beri remote penyadap tersebut. Kamu tinggal mematikan penyadap tersebut dan menyalakannya ketika membutuhkan." Pak Robert memberi penawaran.

"Apa benar-benar akan mati alat penyadap itu?" tanya Alfa serius.

"Iya, saya jamin." Pak Robert meyakinkan Alfa.

"Baiklah, saya mau," ucap Alfa.

Pak Robert mengambil sebuah remote dari dalam kotak kecil yang tersimpan di laci mejanya. Alfa menerimanya dengan senyum lebar.

"Jaga alat ini baik-baik." Pak Robert memperingatkan. Alfa mengangguk paham dan memasukan remote tersebut ke saku celananya setelah mematikan penyadap tersebut.

"Kamu pergi temui Komandan Ucok di ruangannya, persiapkan apa saja yang harus dilakukan untuk penobatan 3 hari lagi. Tanyakan semuanya sampai kamu paham, sekarang tim kamu sedang sibuk jadi jangan ganggu Angga atau siapapun," ucap Pak Robert.

"Siap, Pak!" ucap Alfa sembari memberi hormat ke Pak Robert.

Pak Robert mengangguk dan mempersilahkan Alfa pergi karena dia juga masih banyak urusan.

Alfa pergi dari ruangan Pak Robert, kemudian dia masuk ke dalam lift dan naik ke lantai lima, menuju ruangan Komandan Ucok. Alfa mengetuk pintu tiga kali dan setelah ada jawaban 'masuk' Alfa masuk ke dalam ruangan.

"Duduk!" Komandan Ucok mempersilahkan duduk.

"Terima kasih," ucap Alfa lalu dia duduk di sebuah kursi.

"Selamat atas keberhasilan misi kamu semalam, aku tidak menyangka kamu bisa pulang dengan luka yang ringan, dan aku akui kalau kamu cukup pandai sandiwara." Komandan Ucok memuji Alfa.

Alfa hanya tersenyum membayangkan kejadian semalam saat para penculik itu percaya bahwa pena yang dia bawa bisa meledak.

"Baiklah, langsung saja ke intinya, acara penobatan kamu akan dilaksanakan 3 hari lagi, secara tertutup dan hanya beberapa orang petinggi yang menyaksikan karena sebenarnya ini bukan waktu untuk melakukan rekruitmen, jadi acara ini tidak akan semeriah sebelumnya." Alfa mengangguk mengerti.

Dia juga tidak ingin terlalu ramai saat penobatannya nanti.

"Dan mungkin kamu belum tahu tentang hal ini kalau kamu nantinya akan ditandai dengan logo Satya Yudha, jadi kamu persiapkan secara mental juga ya." Alfa berdebar seketika. Hal ini belum dia ketahui sebelumnya.

"Dan kamu ingin tinggal di Asrama atau tidak itu terserah kamu. Kami menyediakan kamar untuk kamu apabila kamu nanti sewaktu-waktu terlalu lelah untuk pulang, kamu bisa istirahat di kamar tersebut." Alfa kembali mengangguk.

"Kamu satu tim dengan Angga dan 8 orang lainnya, bekerja samalah yang baik, tim yang kamu dapatkan salah satu dari 5 tim terbaik Satya Yudha untuk saat ini, jadi buktikan kalau kamu layak bersama mereka," jelas Komandan Ucok lagi.

"Dan satu lagi, jangan menarik perhatian dengan black card yang kamu bawa. Di sini tidak ada yang lebih kaya dari kamu Pak Perwira sekalipun, jadi hati-hati jika ingin membawa kartu itu," ucap Komandan Ucok memperingatkan.

Alfa hanya tersenyum geli membayangkan ekspresi kawan-kawannya kalau mereka tahu latar belakang Alfa sebenarnya.

Komandan Ucok menyuruh Alfa untuk istirahat karena dia tahu semalam misi selesai tengah malam dan pasti dia belum cukup istirahat. Alfa menurut dan kembali ke kamarnya yang berada di lantai 4.

Alfa tidak sabar menunggu tiga hari.

Kini Alfa sedang membuka ponselnya karena selama tiga hari banyak email masuk dari perusahaannya, untung saja kedua adiknya sudah mengurusnya.

Alfa bekerja di Surya Yudha sebenarnya bukan untuk menghidupi keluarga seperti tujuan teman-temannya yang lain, namun ia termasuk senang menjalankan pekerjaan ini. Dia juga mengurus beberapa perusahaan keluarganya bersama kedua adiknya dan Ayahnya yang menetap di Semarang.

Sebenarnya, Tuan Besar Wijaya sudah sering memerintahkan agar Alfa berhenti dari pekerjaannya sekarang dengan alasan keselamatannya. Bahkan rumahnya saja di jaga oleh puluhan penjaga khusus dengan kemampuan tempur yang memadai.

Tapi Alfa tidak pernah mengindahkan perintah Ayahnya yang satu ini, dengan dalih bahwa ia begitu menyukai pekerjaan ini.

Alfa menggunakan waktunya untuk mengurusi perusahaannya melalui ponsel pintar miliknya.

Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba.

Pukul 00.00 3 hari kemudian, Alfa akan di sahkan menjadi seorang Satya Yudha. Perjalanannya menjadi Satya Yudha termasuk mulus karena tidak melewati seleksi yang menyakitkan.

Malam itu di rooftop Surya Yudha, sudah berkumpul Para petinggi Surya Yudha. 3 komandan utama Yudha Pratama, Wira Yudha dan Satya Yudha berkumpul untuk menjadi saksi pengesahan Alfa menjadi anggota Satya Yudha.

Pak Perwira memulai acara tersebut dengan melakukan penyumpahan.

"Saya Alfa Wijaya!" seru Pak Perwira.

"Saya Alfa Wijaya!" Alfa mengikuti perkataan Pak Perwira dengan lantangnya.

"Akan bersumpah, bahwa mulai detik ini akan menjadi Satya Yudha!" ucap Pak Perwira lagi.

"Akan bersumpah, bahwa mulai detik ini akan menjadi Satya Yudha!" seru Alfa.

"Bersumpah akan menjalankan tugas dengan sepenuh hati, segenap jiwa dan raga!" seru Pak Perwira.

"Bersumpah akan menjalankan tugas dengan sepenuh hati, segenap jiwa dan raga!" seru Alfa.

"Setiaku, ku buktikan!" pekik Pak Perwira.

"Setiaku, ku buktikan!" seru Alfa.

Semua orang bertepuk tangan karena mulai detik ini Alfa sudah resmi menjadi anggota Satya Yudha.

Dan sekarang waktu yang mendebarkan bagi Alfa.

Di sana sudah tersedia bara api menyala yang digunakan untuk menimbun plat baja khusus logo Satya Yudha, dan sudah sekitar 15 menit plat baja tersebut dipendam dalam bara tersebut dan pastinya sekarang sudah menyala merah karena terbakar.

Komandan Ucok memakai sarung tangan khusus yang biasa digunakan oleh pemadam kebakaran. Diraihnya pegangan plat tersebut kemudian ia angkat perlahan.

Komandan Ucok mengangkat plat tersebut dan menunjukkan ke semuanya bahwa plat tersebut sudah menyala sempurna.

Alfa diminta untuk terlentang dan Alfa pun melakukannya. Dua orang maju dan mengunci kedua lengan Alfa agar nantinya tidak banyak bergerak saat pengecapan dilakukan.

Komandan Ucok jongkok di samping Alfa dan chosss,,

Suara palat baja tersebut menempel di dada Alfa di ikuti menegangnya tubuh Alfa karena rasa sakit yang sedang ia rasakan.

Alfa menggertakan giginya untuk menahan teriakan dan umpatannya yang sudah sangat ingin keluar.

Selama 10 detik baja panas tersebut menempel di dada Alfa dan ketika di angkat, kulit lapisan ter atas Alfa ikut terangkat.

Pak Robert mengoleskan salep khusus yang membuat bekas luka tersebut tidak akan hilang dan menghitam nantinya ke luka Alfa.

Alfa masih merasakan dadanya seperti terbakar, padahal baja panas tersebut sudah dilepaskan. Keringatnya bercucuran membasahi tubuhnya dan membuat dadanya semakin perih karena terkena keringat.

"Selamat Alfa, Kamu berhasil!" orang orang di sana menyalami Alfa dengan senyum merekah.

Alfa memaksakan dirinya agar tetap tersenyum walau dirinya sangat ingin menangis.

Terpopuler

Comments

ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊

ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊

iiiih pak Robert nakal ,kenpa semalam penyadap nya ga di matikan 🤭

2020-11-14

1

👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣

👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣

semangat ya....

2020-10-07

2

👑Lenny💣

👑Lenny💣

🙈🙈 waaaaaaa aku jdi ngilu membayangkan sakitnya

2020-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!