Kabar Tak Terduga

Mereka bercengkrama hingga lupa waktu. Untung security di sana mengingatkan bahwa jam besuk sudah habis.

Dokter jaga datang dan mempersiapkan Alia untuk pemindahan ke Singapura. Alia dibius agar tidak tersiksa selama pemindahan nanti. Mereka berangkat menggunakan helikopter khusus yang sudah disiapkan sementara Bu Yanti menggunakan pesawat komersial.

Perjalanan beberapa jam tersebut berhasil di lewati dengan lancar. Pengawal Tuan Besar Surya yang sudah sampai terlebih dahulu telah menyiapkan hotel yang lokasinya dekat dengan Angel Hospital, tempat Alia nantinya dirawat.

Alfa mulai mem Back up seluruh pekerjaan Alia di kantor. Walau dirinya belum sembuh benar tapi Alfa memaksakan diri, Lisa pusing di buatnya.

Adel juga berusaha sebisa mungkin tidak merepotkan Mamanya yang sedang pusing mengurusi Papanya.

Hingga akhirnya 3 hari setelah kepergian Alia ke Singapura, Alfa pergi ke kantor bersama Santoso.

Orang-orang di kantor terkejut melihat Santoso babak belur karena dia sempat tidak masuk ke kantor tiga hari.

"Muka tampan kamu kok bisa babak belur gitu, So?" tanya pria buncit dengan kepala gundul menggunakan bahasa Indonesia dengan logat jawa yang kental.

"Biasa," jawab Santoso dengan wajah malasnya.

"Eh tunggu-tunggu." ucap pria itu lagi.

"Weh Joko belum selesai ngomong udah di tinggalin aja." gerutu Joko sembari menarik lengan Santoso.

"Hidung kamu kok bengkok, So?" tanya Joko yang sedang mengamati wajah Santoso seksama. terlihat bahwa hidung Santoso memang sedikit bengkok karena patah.

Santoso mendengus keras dan menatap Joko dengan lirikan tajam.

"Hidungku patah, Puas?" jawab Santoso dengan ketus.

Tawa Joko meledak seketika. Santoso pergi meninggalkan Joko sebelum amarahnya memuncak dan menghajar pria botak tersebut.

Santoso duduk di depan ruangan Alfa. Sebuah meja dengan 3 pc komputer, printer, cpu, dan banyak kabel yang malang melintang di sana.

Sudah ada banyak dokumen di meja kerjanya dan Santoso mulai membaca satupersatu dengan cermat. Setelah membaca semuanya Santoso masuk ke dalam ruangan Alfa tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Ups,," ternyata Alfa sedang bertelanjang dada memunggungi Santoso, sedang melakukan sesuatu kepada lukanya.

Alfa yang menyadari kedatangan Santoso langsung meliriknya.

"Biasakan ketuk pintu sebelum masuk ke ruangan seseorang, terutama kalau itu lawan jenis." ucap Alfa.

"Maaf Tuan Muda." ucap Santoso tak enak hati.

Ketika Santoso hendak keluar ruangan, Alfa menghentikannya.

"Santoso, bantu aku mengurus luka si*lan ini." ucap Alfa.

Santoso mendekati Alfa dengan gugup dan meletakan map yang tadi ia bawa di meja Alfa.

Terlihat darah masih mengalir dari dada Alfa. Santoso menggunakan sarung tangan steril lalu mengambil sebuah kapsul dari toples obat.

"Maaf Tuan Muda, sebaiknya anda berbaring di sofa agar saya lebih leluasa." ucap Santoso.

Alfa mengangguk lalu duduk di sofa. Santoso membantu Alfa berbaring karena Alfa tak bisa melakukannya seorang diri sebab perutnya yang terluka membuat dia tidak bisa berbaring sendiri.

"Arghhh,,," rintih Alfa.

Santoso membuka kapsul tersebut dan menaburkan isi kapsul tersebut perlahan ke luka Alfa.

"emphhh,," Alfa merapatkan bibirnya menahan teriakannya.

Santoso mengambil kapas untuk menutup kedua luka Alfa dan membebatnya dengan perban yang melingkari tubuhnya.

"Kalau hanya menggunakan perban kedap air saja Tuan Muda tidak berhenti bergerak. Saya pikir lebih baik anda saya perban saja agar pergerakannya." ucap Santoso. Alfa mengangguk.

Santoso mengambil kemeja, rompi, dan jas milik Alfa.

Santoso juga membantu Alfa duduk dan mengenakan pakaiannnya kembali.

"Maaf Tuan Muda, saya membawa berkas-berkas untuk anda tanda tangani," ucap Santoso.

"Iya, terima kasih. Kamu boleh keluar." Alfa kembali duduk si kursinya lagi.

Santoso keluar dan terkejut ketika melihat setumpuk map yang ada di mejanya "lagi"

"Fiurrhhh,,,"

Tuan Besar Surya melihat cucunya terabaikan karena Alfa dan Alia yang sedang terluka menyita perhatian Lisa.

"Adel," Tuan Besar Surya memanggil cucunya.

"Iya, Eyang?" Adel mendekati Tuan Besar Surya lalu duduk disampingnya.

Tuan Besar Surya membelai lembut rambut cucunya dan merangkulnya.

"Kamu tahu kan kalau kami semua sayang sekali sama Adel?" Tuan besar Surya memulai obrolan ringannya.

"Iya, Adel juga sayang sama semuanya. " jawab Adel dengan senyum manisnya.

"Kakak sama Papa kamu kan sedang terluka dan mereka membutuhkan perhatian khusus dari mama kamu. Jadi kalau kamu butuh sesuatu bisa minta tolong Eyang, Yah." Tuan Besar Surya memberi pengertian kepada cucunya, takut kalau cucunya sampai cemburu.

"Adel tau Eyang. Ada masanya untuk Adel harus bersikap dewasa." jawab Adel mantab.

Senyum Tuan Besar Surya merekah seketika saat mendengar jawaban dari cucunya.

"Eyang, Adel mau latihan dulu ya." Adal berdiri dan mencium tangan Tuan Besar Surya karena sebentar lagi dia harus berangkat latihan Taekwondo.

Keluarga besar Wijaya memang keluarga beladiri. Hampir semua anggota keluarga mereka memiliki kemampuan bela diri.

Adel seorang atlet taekwondo yang sekarang sudah sampai sabuk hitam merah.

Saat Adel hendak pergi latihan, sebuah panggilan masuk ke ponsel Tuan Besar Surya.

"Apa? putraku kecelakaan?!" pekik Tuan Besar Surya.

**Maaf semua kalau makin hari chapternya semakin sedikit. Alia pusing bagi waktunya karena Alia juga dubbing novel dan kerja real life.

semakin banyak alasannya wkwkkw

naskah ini udah selesai dari siang akibat kesenangan nongkrong di room sampe lupa rilis**.

Terpopuler

Comments

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

Bismillah,
saya LIKE karyamu

Feedback ya:

Pendekar Tak Pernah Kalah

2020-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!