Mereka menyerang dari segala sisi, menggunakan peluru runcing yang mereka lontarkan dengan senapan laras panjang yang mereka bawa.
Pasukan lawan yang tak siap dengan serangan ini roboh seketika. Sebagian terkena tembakan dari tim yang menyerang, sebagian ambruk karena ulah tim sniper.
Bastian memimpin rombongan masuk ke dalam dengan hati-hati.
Ketika pintu dibuka, dordordordor!!! Mereka diberondong dari segala arah. Bastian dan kawan-kawannya dibuat kocar-kacir.
Namun mereka tidak diam saja. Mereka menembaki lawan mereka dengan ganas.
Klek! senapan yang Alfa bawa habis amunisi, namun dia segera berlindung untuk mengisi ulang amunisinya. Alfa terkena beberapa tembakan namun bersarang di rompinya.
Arghhh,,,, rintihan kematian mulai terdengar di segala penjuru gubug itu. Tim sniper tidak bisa membantu banyak karena jumlah lawan terlalu banyak.
Angela berusaha menguatkan hatinya melihat teman-temannya mulai berguguran.
"Harggghhhh!!!" teriak Alfa sembari memberondong lawannya dengan beringas. Bastian sudah tergeletak di tanah dengan peluru menembus dahinya.
"Mundurr!!" teriak Angga dari mobilnya. Angga terlihat begitu frustasi dan merasa ini semua jebakan.
Dedi, Edo, Thomas dan Gabriel yang masih bisa mundur di tarik paksa oleh Syaf dan Rexy.
"Mereka semua sudah tewas!" pekik Syaf dengan air mata berlinang. Dia tidak pernah melihat kawan-kawannya di bantai.
Disisi lain, Satria yang sudah tertembak kedua kakinya meminta kepada Alfa agar lari, Satria akan berusaha menahan mereka dengan sekuat tenaga.
Alfa dengan air mata berlinangan meninggalkan kawan-kawannya yang baru ia kenal. Alfa berlari terseok-seok dengan dada yang begitu sesak dan nafas yang berat. Hatinya begitu sakit melihat kawannya berguguran.
Alfa nekad melepas rompi anti pelurunya karena terasa begitu berat dan memberatkan langkahnya.
Alfa berusaha lari sekuat tenaga, ia berusaha berlari menuju kawan-kawannya. earphone yang tersambung dengan kawan-kawannya hilang entah kemana, mungkin terjatuh ketika dia melepaskan rompinya.
Namun karena Alfa tak mengenal medan di daerah tersebut, bukannya lari ke utara dia malah lari ke selatan dan semakin jauh dari teman-temannya.
Shot! Shot! ternyata ada dua orang yang mengejar Alfa dan mereka menghadang Alfa di dekat Jurang yang bawahnya aliran sungai cukup deras.
Alfa memegangi dadanya yang tertembak. Peluru runcing menyakitkan ini menempus kulitnya dan darah mengalir deras dari luka tersebut.
Alfa jatuh terhuyung dan byurrr!! Alfa jatuh ke sungai yang mengalir cukup deras hingga mampu menghanyutkannya.
Alfa masih tersadar dan berusaha naik ke permukaan. Ia kembali melanjutkan pelariannya dengan langkah semakin lambat.
Ketika jembatan putus asa sudah mulai dekat, dan Alfa mulai yakin bahwa dirinya akan segera mati, Alfa malah selihat secerca cahaya harapan. Sekitar 100 meter di depannya Alfa melihat temaram lampu bohlam yang menyala tak terlalu terang.
Alfa tergopoh ke rumah itu dan bruk!! Alfa terjatuh karena tersandung batu yang cukup besar.
Alfa sudah tak sanggup lagi berlari atau bahkan berjalan. Dia merangkak menuju rumah yang malah lebih layak disebut gubuk tersebut.
Dewa kematian masih takut mendekati Alfa karena masih ada dewi keberuntungan yang memihak Alfa. Terlihat kakek tua yang berusia sekitar 65 tahun keluar dari dalam gubuk tersebut.
Kakek tersebut terkejut ada sesuatu yang mendekati rumahnya dengan cara merangkak.
Kakek itu masuk kembali kedalam rumahnya mengambil senter dan memanggil anaknya. Mereka berdua keluar bersamaan dan berjalan perlahan mendekati Alfa.
Ketika mereka sudah memastikan kalau Alfa manusia, mereka segera menghampiri Alfa dan menolongnya.
Lelaki yang datang bersama kakek tersebut segera membopong Alfa masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang begitu sederhana.
"Apa yang terjadi, Anak muda?" tanya kakek tersebut.
"Airrr,," lirih Alfa.
"Rama, ambilkan air hangat." ucap kakek tersebut memerintah anaknya yang bernama Rama.
Rama segera mengambilkan air hangat untuk minum Alfa. Rama memberikannya kepada Alfa dengan perlahan. Alfa segera meminumnya sampai habis.
Kakek yang kemudian memperkenalkan diri sebagai kakek Sukma memberikan Alfa sarung kering dan meminta Alfa untuk melepas pakaiannya yang basah dan kotor.
Alfa yang sudah tak berdaya itu hanya mampu membuka kancing kemejanya, memperlihatkan luka tembak di dada dan perutnya.
Rama membantu Alfa berganti pakaian dan melepaskan sepatunya juga.
Alfa memejamkan matanya. Dada dan perutnya masih mengeluarkan darah.
"Nak, sadarlah,," ucap Kakek Sukma.
"Rama, ambilkan belati dan lilin, siapkan kain dan air panas yang dicampur garam, setelah itu haluskan dau kemlandingan (petai cina).!" perintah Kakek Sukma.
Rama mengambil belati dan lilin lalu ia nyalakan lilin tersebut. Rama meletakannya di samping Alfa berbaring.
Alfa perlahan membuka matanya.
"Kalau kamu tidak segera mengeluarkan peluru tersebut akan berbahaya." ucap Kakek Sukma.
Perlahan Alfa berusaha duduk dan menggenggam belati di sampinya, lalu ia bakar mata belati tersebut di lilin yang sudah menyala hingga berwarna merah.
Alfa memantapkan hatinya agar sanggup mengeluarkan peluru di dadanya.
"Rghmmm..." Alfa mengertakan giginya dan memejamkan matanya ketika belati tersebut berusah mencongkel peluru tersebut keluar. Namun ia gagal.
Alfa kembali berlinangan airmata kesedihan karena ia mengingat kejadian yang baru saja dia alami.
Kakek Sukma mengambil belati tersebut dan meneruskan usaha Alfa yang belum selesai. Akhirnya peluru pertama berhasil di keluarkan.
Alfa berkeringat dingin dan pucat karena mengeluarkan banyak darah dari tadi.
Kakek Sukma meminta Alfa kembali berbaring dan Alfa pun melakukannya Alfa merasakan belati yang di pegang kakek Sukma mulai menembus kulit perutnya untuk mengeluarkan sebuah peluru yang tersisa.
Tubuh Alfa menegang karena rasa sakit yang sedang ia rasakan.
Rama kembali dengan semangkok air garam di tangan kanan dan di tangan kirinya menggenggam daun petaicina yang sudah di haluskan.
Kakek Sukma membersihkan luka Alfa menggunakan air garam dan setelah itu Rama langsung menyumpalkan daun petai cina di genggamannya ke lubang peluru di dada dan perut Alfa, dan sukses membuatnya menjerit kesakitan.
Luka-luka ringan di siku Alfa ketika terjatuh ke sungai juga ikut dibaluri dengan daun petai cina tersebut.
Alfa terlalu lelah sampai dia memejamkan matanya dan terlelap di hari yang sudah mulai larut.
Di dalam perjalanan, tangisan Ivan pecah ketika mengetahui delapan orang rekan satu timnya gugur. Mario juga diliputi kesedihan mendalam.
Angga yang merasa bersalah kepada kedua tim duduk dengan tatapan kosong. Namun perlahan butiran bening keluar dari sudut matanya.
"Bagaima aku harus menjelaskan kepada anak dan istrinya?" lirih Angga.
Angela merangkul Angga berusaha menenangkannya.
Rintihan-rintihan kematian temannya masih terngiang jelas di telinganya.
"Angel, apa kamu melihat Alfa?" tanya Angga.
"Ketika semua orang sudah tumbang, aku melihat Alfa masih berjuang, namun kau memaksaku untuk mundur." ucap Angela dengan kepala tertunduk.
Saat itulah tangisan Angga pecah. Angga merasa begitu bodoh membiarkan temannya berjuang sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊
di sini kan si alfa udah maarid ,emmmmm berarti ga ada asmara ² an yah Thor 😅?
2020-11-17
1
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
lanjut dari sini....
aduh kok dilepas rompinya...kenapa aku yg deg-degan ya....semangat kk Ai...🙂
2020-10-08
1
ARSY ALFAZZA
like this
2020-10-04
1