Alfa menutup lukanya dengan perban tahan air. Setelah itu dia kembali menggunakan kemejanya.
"Apa luka itu akan mengganggumu?" tanya Komandan Ucok dengan wajah penasaran.
"Tidak, komandan!" Alfa meyakinkan Komandan Ucok bahwa kondisinya tidak terlalu parah.
Komandan Ucok masih ragu karena melihat sendiri luka tersebut cukup dalam dan pasti akan lama proses penyembuhannya. Tapi, dia juga tahu kalau Alfa bukan orang yang bisa dibantah dengan mudah. Walau posisi Komandan Ucok lebih tinggi, ada suatu hal yang membuatnya tidak bisa melawan Alfa.
"Baiklah kalau begitu. Tapi, saya ingatkan lagi, kalau kondisi kamu belum membaik jangan pernah memaksakan diri. Tugas ini cukup berat," tegas Komandan Ucok.
Alfa mengangguk paham.
"Sekarang kamu boleh kembali ke pos jaga." mendengar ucapan Komandan Ucok, Alfa mengangguk.
"Siap, Komandan!" jawab Alfa.
Alfa lalu berdiri dan melangkahkan kakinya ke ruang kendali di bawah tanah yang sekaligus menjadi pusat komando dimana orang-orang tim cyber mengerjakan tugasnya.
Pusat komando juga digunakan sebagai tempat untung menyusun berbagai macam strategi penyerangan maupun pertahanan.
"Hai Alfa!" sapa seorang anggota Wira Yudha dan mengajaknya toss dengan kepalan tangan. Alfa pun menyambut ajakan tersebut.
Keduanya berjalan bersama menuju pusat komando. Alfa duduk di kursi yang biasa ia tempati.
"Hallo Alfa," sapa Pak Robert.
"Hallo Pak," balas Alfa.
Pak Robert duduk di depan Alfa dan membuka buku kecil yang biasa ia gunakan sebagai note book.
"Kemarin Ucok kasih tau saya kalau kamu diberi tugas level s oleh Pak Perwira, ada satu tugas yang kemungkinan cocok untuk kamu," ucap Pak Robert yang masih membaca catatannya.
Alfa penasaran seketika.
Pak Robert yang melihat hal itu kembali melanjutkan kata-katanya.
"Jadi ada seorang gadis anak pengusaha yang diculik. Namanya Rika, sudah 3 hari dia di culik dan yang menculiknya seperti biasa, meminta uang tebusan. Tim Cyber kita masih menyelidiki dan mengawasi. Kamu akan saya pasang pelacak dan penyadap, tapi jangan sampai ketahuan letak penyadap itu oleh mereka apabila kamu tertangkap. Akan ada tim evakuasi gabungan dari Satya Yudha dan Wira Yudha, nanti untuk titik evakuasi kamu bicarakan dengan Angga ya, dia bagian evakuasi di misi kamu ini." jelas Pak Robert.
Alfa berdebar seketika saat Pak Robert mengatakan tubuhnya akan dipasang pelacak karena itu berarti pelacak akan ditanam di tubuhnya.
"Sekarang kita tanam pelacaknya dulu ya," ucap Pak Robert lagi.
Alfa mengangguk.
Pak Robert mengajaknya untuk pergi ke ruangannya. Sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, tapi terlihat bersih dan terawat. Banyak alat media di dalam ruangan itu.
Setelah mereka sampai Alfa di persilahkan duduk sementara Pak Robert menyiapkan alat-alatnya.
Pak Robert kembali dengan membawa alat seperti pistol di tangan kanannya dan kotak kecil di tangan kirinya.
"Buka bajumu," Pak Robert duduk di depan Alfa kemudian memintanya untuk bertelanjang dada. Alfa melepaskan kemeja yang ia kenakan dan memperlihatkan tubuh kekarnya.
Pak Robert mengerutkan keningnya saat melihat bahu Alfa yang terluka.
"Misi kemarin sepertinya laporan tidak lengkap ya, kudengar yang terluka hanya dua orang," ucap Pak Robert.
"Oh ... bahu ini? ini luka tadi pagi," jawab Alfa santai.
Pak Robert hanya mengangguk mengerti.
"Untuk pelacaknya saya akan pasang di balik tulang rusuk ya." Pak Robert memberi tahu.
Alfa terkejut karena biasanya pelacak akan dipasang di lengan atau di punggung.
"Tidak usah terkejut, kamu baru tahu kan kalau pelacak dipasang di dekat rusuk?" Alfa mengangguk membenarkan ucapan Pak Robert.
"Lengan atau punggung adalah tempat yang sudah terlalu biasa. Jadi, saya mencari tempat lain yang lebih aman walau menyakitkan," ucap Pak Robert lagi.
Pak Robert mengambil dua suntikan yang sudah terisi oleh dua serum berbeda.
"Saya sebenarnya ingin memakai serum ini untuk pemasangan pelacaknya, tapi, sepertinya bahumu lebih membutuhkannya," ucap Pak Robert.
Pak Robert tanpa permisi membuka sebagian perban tahan air yang Alfa pakai dan langsung menyuntikkan serum pertama di luka Alfa. Alfa meringis menahan sakit karena jarum yang panjangnya hampir 3 cm menusuk bahunya semua hingga terasa ke tulangnya.
Dan begitu serumnya mulai disuntikkan, Alfa menggigit bajunya karena bahunya terasa panas dan seperti benda yang begitu menyakitkan menyusuri bahunya.
Tubuhnya menegang bahkan urat leher dan dahinya sampai menonjol keluar.
Setelah semua serumnya masuk, Pak Robert kembali menyuntik Alfa namun reaksinya kini berbeda. Alfa merasa sakitnya berangsur hilang.
Pak Robert kembali menutup luka Alfa. Tubuhnya sudah basah oleh keringat.
"Biasanya orang bisa sampai pingsan saat disuntik obat pertama, bahkan apabila obat kedua disuntikkan terlebih dulu, orang itu masih merasa sakit." ucap Pak Robert kagum.
Itu artinya dengan kata lain Alfa memiliki toleransi rasa sakit yang tinggi.
Alfa mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Terima kasih, Pak Robert, sekarang sudah lebih baik." ucap Alfa.
"Sekarang saya lebih mantap memasang pelacaknya di balik rusukmu. Awalnya saya ragu karena takut kamu pingsan." Pak Robert berkata dengan nada mengejek.
"Jangan membuat gerakan yang mengagetkan." Pak Robert memperingatkan.
Alfa lalu berbaring di dipan yang ada di ruangan tersebut.
Pak Robert mengeluarkan borgol dari saku celanya dan memasangnya di kedua tangan Alfa kemudian mengaitkannya ke dipan agar tidak berusaha kabur.
"Sebenarnya apa yang ingin anda lakukan?" tanya Alfa penasaran.
"Nanti kamu juga tahu. Yang jelas cukup sakit rasanya," jawab Pak Robert.
Rasanya ingin sekali Alfa menampol Pak Robert karena kata-katanya yang seperti teka-teki.
"Kenapa tidak sekalian mengikat kaki saya agar tidak bisa menandang bapak?" celetuk Alfa.
Pak Robert memasang seat belt di mata kaki, lutut dan pinggul Alfa.
Pak Robert mengenakan sarung tangan steril, masker medis dan membuka kotak kecil yang ia bawa, ternyata kotak tersebut jika dibuka menjadi rak susun yang berisi peralatan operasi.
Alfa menelan ludahnya dengan kasar.
Pak Robert mengusapkan alkohol swab ke rusuk kiri terbawah Alfa, lalu mengambil pisau bedah.
Pak Robert menyayat bagian bawah rusuk Alfa sepanjang 3 cm dan meregangkannya dengan alat seperti dua kail.
Alfa melihat proses ini dengan seksama walau sedikit ngilu tapi itu lebih baik daripada menutup mata.
Pak Robert mengambil sebuah pelacak yang berbentuk balok kecil berukuran 2×3 cm dengan sebuah remote.
Pak Robert memasukkan pelacak tersebut dan mendorongnya dengan paksa sampai alat tersebut tepat di bawah tulang rusuk Alfa. Alfa mulai meringis karena menahan sakit.
Klek! Arggggghhhh!!!!
Ketika Pak Robert menekan tombol pada remote yang ia bawa, Alfa merasakan ada sesuatu yang menancap ke tulang rusuknya dan benar-benar ngilu.
Pak Robert lalu menembakkan alat yang seperti pistol tadi ke tempat yang sama untuk menelipkan pelacak.
Pak Robert menutup luka tersebut dengan cairan kental yang akan merekatkan luka Alfa. Cara kerjanya seperti power glue.
"Apa sudah selesai?" tanya Alfa. Pak Robert mengangguk mengiyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Black Rose
3 like untukmu thor😘
Main juga yuk ke Novelku " trauma masa lalu "
Di tunggu yah..
2021-03-12
1
Ratafi
kok gue yg ngilu merinding sih 😅
2020-12-09
0
ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊
pak Robert anda sangat Wow 😳 ...
alfa ko kamu mau aja sih 😖😖😖😖
2020-11-14
0