Brutal

Luka-luka Alfa dibalut menggunakan plester tahan air.

"Sudah selesai?" tanya Alfa.

Lisa mengangguk dan tersenyum tipis. Adel masuk ke dalam ruangan tersebut membawa pisang, brownies dan juga susu.

"Kata kakak Papa belum makan, dari kemarin cuma makan roti yang kakak bawa." ucap Adel.

Lisa mengerutkan dahi mendengar pernyataan putrinya.

"Bener Pa?" tanya Lisa keoada Alfa.

Alfa mengangguk mengiyakan.

Dokter dan perawat di ruangan tersebut mulai keluar, begitu juga dengan Adel.

Lisa membantu suaminya menggunakan celananya lagi, dan mempersilahkan kedua putrinya untuk masuk karena mereka begitu mengkhawatirkan Papanya.

"Papa sudah baikkan?" tanya Adel cemas.

"Papa tidak terlalu parah." jawab Alfa santai.

"Dada Papa kenapa? kok ada luka bakarnya?" tanya Alia penasaran.

"Bukan apa-apa. Sebaiknya kalian segera istirahat." Alfa kemudian menyuruh kedua putrinya untuk kembali ke kamar masing-masing namun Alia menolak.

"Besok aku harus ke kantor entah sampai kapan lho Pa, sudah dua bulan ini juga kan nggak pernah Family time masa Papa tega." ucap Alia merayu Papanya.

"Ya sudah, Kalian sini peluk Papa," ucap Alfa seraya merentangkan kedua tangannya. Kedua putrinya dengan hati-hati memeluk Papanya saling melepas rindu.

"Kalian sudah makan?" tanya Alfa.

"Belum." jawab Adel singkat.

Alfa meminta kepada para pengawal yang berjaga untuk membawakan makanan untuk kedua putri dan isterinya.

Alfa yang masih dalam pengaruh obat tidak merasakan sakit jadi dia bisa bergerak dengan leluasa sampai akhirnya dia memutuskan untuk makan di gazebo samping kolam renang saja.

Mereka berempat saling meluapkan rindu karena walau tinggal dalam satu rumah tapi semuanya menjalani kehidupan masing-masing dan jarang saling bertemu.

"Al, hari selasa itu tanggal merah, kamu pulang tidak?" tanya Lisa.

Alia terkejut sampai melotot karena baru ingat kalau hari selasa adalah tanggal merah.

"Besok malam setelah selesai pekerjaannya aku pulang." ucap Alia dengan mata berbinar.

"Papa baru ingat belum kasih tau Mama. Kemarin Papa di tolong sebuah keluarga sampai kepala keluarga tersebut meninggal karena menolong Papa. Dia meninggalkan wasiat kepada Papa untuk menjaganya jadi dia akan tinggal di sini." ucap Alfa.

Lisa ikut bersyukur karena suaminya bisa tetap hidup mungkin karena jasa keluarga tersebut.

Makan malam keluarga tersebut akhirnya selesai. Alfa dan Lisa kembali ke kamar karena sesaat setelah Alfa selesai makan dirinya merasa efek biusnya sudah habis dan dia kembali merasa sakit.

Kedua putri Alfa juga tidak bisa memaksakan keadaan untuk tetap mengobrol. Akhirnya mereka semua istirahat di malam yang sudah mulai larut ini.

Keesokan harinya mereka menjalankan aktifitas seperti biasa.

Kantor Alia, Jakarta Barat, 23.30.

Alia dan Santoso yang audah menyelesaikan pekerjaan segera merapikan semua dokumen. Mereka akan pulang ke Jakarta Utara ke kediaman Alfa yang berada di kelapa gading.

Sebenarnya Alia sudah begitu lelah namun dia memaksakan diri karena kalau dia pulang besok pastinya akan menghadapi kemacetan jakarta yang cukup parah.

Alhasil mereka pulang tengah malam hanya dengan seorang pengawal dan supir.

"Santoso, kalau aku pergi kira-kira ada yang nangisin aku nggak ya?" celetuk Alia tiba-tiba.

Santoso langsung melirik Alia dengan tatapan tajam.

"Apa maksud anda, Nona? kami semua di sini sangat menyayangi Anda, jadi jangan berkata hal buruk lagi." Santoso mengingatkan.

Alia tertunduk seperti memikirkan sesuatu.

citt!!! Pak Agus melakukan rem mendadak, seorang pengawal yang duduk di kursi depan langsung menyiagakan senjata.

"Contact!! contact!! Sunter!!" pekik Santoso melalui earphone miliknya sontak mengejutkan para pengawal Alfa yang berjaga di rumah.

15 orang pengawal Alfa segera menyusul ke Sunter tempat penyergapan terjadi.

"Nona, anda di dalam mobil saja." ucap Santoso.

"Kamu meragukanku, Santoso?" Alia menatap Santoso dengan tatapan tajam.

Mereka keluar bersama.

"Mau apa kalian?" tanya Santoso.

"Kalian menggunakan mobil yang sama dengan orang yang menghajar anak buahku beberapa hari lalu!" teriak seorang preman lantang.

Ditangannya tersarung sebuah parang yang sewaktu-waktu siap untuk di tarik.

"Apa yang mereka katakan, Pak Agus?" kini Alia menatap Pak Agus tajam seolah ingin menerkamnya.

"Beberapa hari yang lalu Tuan Muda menghajar beberapa orang preman, Nona." ucap Pak Agus.

"Sekarang apa yang kalian inginkan?" tanya Alia.

"Aku hanya ingin membalaskan kematian anak buahku." jawab laki-laki itu lagi.

"Baiklah, kita selesaikan saja." ucap Alia tenang.

"Nona, kau bisa terluka." Santoso tidak ingin nonanya bertindak gegabah.

"Bantuan sebentar lagi juga akan tiba, aku yakin." bisik Alia.

Ketika Alia dan Santoso sedang berunding, preman-preman itu menyerang tanpa permisi terlebih dahulu. Untung Pak Agus dan Pengawal yang berdiri di samping Alia dari tadi sudah siap.

Santoso juga segera sadar dari keterkejutannya. Dengan sigap Santoso langsung bertarung di depan Alia.

Ternyata jumlah preman yang datang lebih banyak dari yang mereka kira. Santoso bertarung di dekat Alia agar tetap bisa melindunginya.

Pengawal pribadi Alia di keroyok habis-habisan, beberapa tendangan dan pukulan telak bersarang di tubuhnya hingga dia mulai kelelahan dan lengah.

Ketika para preman tersebut hendak menebas leher pengawal pribadinya, Santoso terpaksa menjauh dari Alia untuk menolong kawannya.

Brukkk!! Santoso menendang lelaki yang membawa parang hingga lelaki tersebut jatuh tersungkur sembari memegangi dadanya yang sakit.

Slice!slice!! Alia yang tak mengetahui Santoso tidak di belakangnya hanya fokus untuk menjaga bagian depannya hingga dirinya lengah.

Saat Alia sibuk menghadapi lawan-lawan di depannya seseorang mengendap di belakangnya dan dua tebasan mutlak mendarat di punggung Alia.

Santoso berlari kearah Alia.

Buagh!! Duk!! Bruk!! kriekk!

Santoso memukul, menendang dan membanting orang yang melukai nonanya dan terakhir dia mematahkan leher lawannya.

"Kalian semua berhenti atau nasib kalian akan lebih tragis darinya!!" teriak Santoso dengan nafas menderu.

Pertarungan berhenti seketika dan ternyata pengawal yang menjaga rumah Alfa sudah datang.

"Ringkus mereka, bawa ke kantor polisi!" Hendro memerintah 14 orang yang di bawanya.

"Nona!!" Santoso menghampiri Alia yang sudah duduk lemas dengan darah yang mengucur deras dari lukanya.

Alia memeluk Santoso dan mulai memejamkan matanya.

"Santoso, Apa yang kamu lakukan?! cepat bawa Nona ke rumah sakit, dia mukai tidak sadar!" teriak Hendro mengingatkan.

"Om ikut aku!" teriak Santoso.

**Sorry chapter ini lebih pendek dari chapter biasanya soalnya Alia harus kerja dan waktu ngetik sebelum kerja mepeeeettr banget.

Nanti malam update lagi setelah acara di audio room 100114, kalau kalian mau cuap-cuap sama Al dan kita saling memberi hadiah wkkwkwkwkwkkw**

Terpopuler

Comments

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

update terus

2020-09-14

1

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

saya LIKE karyamu
Feedback ya, : ILMU YANG BERMANFAAT

2020-09-14

1

👑 ᴀʟɪᴀ💣

👑 ᴀʟɪᴀ💣

first,,,, wakakakak

2020-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!