Rencana Ares

Ares mengantarkan Elia tepat di depan gedung fakultasnya. Ellia dan Ares sebenarnya satu fakultas, hanya prodinya saja yang berbeda. Sehingga gedung dan ruang kelasnya juga berbeda.

"Nanti aku akan mengantarmu. Kebetulan, jam pulang kita sama hari ini." Ucap Ares sebelum berpisah dengan Ellia.

"Baiklah, aku akan mentraktirmu ice cream hari ini bagaimana? Kebetulan aku lagi ingin makan ice cream nih." Ajak Ellia bersemangat.

"Oke." Jawab Ares mengiyakan. Baru setelahnya mereka berdua berpisah.

Ellia mengambil jurusan psikologi anak. Ia memang suka dunia anak. Dan karena masa kanak-kanaknya yang cukup suram. Ia tahu bahwa anak-anak adalah individu yang sangat rentan. Seorang anak harus tumbuh dengan banyak cinta agar bisa tumbuh menjadi orang yang hebat.

Ellia sudah merasakannya sendiri. Saat orang tuanya meninggal, Ellia merasa ada lubang besar yang menganga dalam hatinya. Lalu lubang itu justru semakin membesar saat ia tinggal bersama paman Tevin dulu.

Namun, Ellia sangat beruntung karena bisa mengenal paman Yunus dan semua orang-orang yang menyanyanginya di rumah susun Adhitama. Karena, cinta dan kasih sayang merekalah perlahan lubang itu sembuh. Dan karena itulah Ellia juga ingin menjadi sosok yang mengulurkan tangannya pada anak-anak saat mereka membutuhkan sosok penyelamat.

Sedangkan Ares mengambil jurusan ilmu bedah mengikuti jejak sang ayah. Ares sendiri juga murid yang cukup pintar dan masih pria yang populer sampai sekarang. Hanya saja, bertahun-tahun ini Ares tak pernah terlibat hubungan romantis dengan gadis manapun. Sepertinya, sudah ada gadis yang terpatri di hatinya. Orang itu tak lain adalah Ellia.

Namun, Ares masih belum berani mengungkapkan perasannya. Hal ini karena, ia tahu bahwa fokus Ellia saat ini adalah untuk menyelesaikan study dan persiapan karirnya. Untuk saat ini Ares sudah merasa cukup dan puas dengan selalu di dekat Ellia dan mensupport apapun pilihan Ellia. Nanti, di waktu yang tepat pasti ia akan segera menyatakan perasaannya dan kalau bisa ia akan langsung melamarnya.

...

Sepulang kuliah sesuai dengan janji sebelumnya Ellia pulang bersama Ares. Dan sesuai keinginan Ellia juga, mereka singgah di sebuah cafe khusus yang mejual ice cream dan dessert. Ellia segera memesan dua ice cream dengan cone untuknya dan Ares.

"Kamu mau rasa vanilla seperti biasa Res?" Tanya Ellia saat melihat menu Ice Cream di etalase. Ares mengangguk mengiyakan. Sedangkan Ellia sendiri memilih rasa coklat kesukaannya.

Setelah pesanan mereka jadi, mereka berdua duduk di teras cafe dengan santai sambil menikmati ice cream mereka.

"Akhir pekan ini kamu gak kemana-mana kan? Aku main di rumahmu ya. Aku mau mencari suasana baru untuk mengerjakan tugasku." Tanya Ares pada Ellia.

Memang, semenjak Ellia kuliah. Kurang lebih tiga tahunan ini, sudah cukup sering Ares main ke rumahnya. Tentu saja ini sudah atas izin dari kepala pelayan dan nyonya Irene. Ini kemurahan hati nyonya Irene, karena tau prestasi yang sudah didapatkan Ellia. Namun, tetap dengan syarat seperti biasa. Jangan sampai teman Ellia mengganggu pekerjaan dan keteraturan di kediaman Adhitama.

"Gak kemana-mana sih. Harusnya boleh saja, tapi aku akan bertanya dulu pada paman yaa ..." Jawab Ellia yang tak berani memutuskan. Walaupun, sudah lama ia tinggal bersama paman Yunus, namun tetap saja Ellia merasa pamam Yunuslah yang berhak untuk memutuskan.

"Oke. Nanti kabari aku ... Dan, kamu ini masih saja seperti anak kecil. Liat, makan ice cream aja masih banyak belepotannya gitu." Seru Ares sambil membersihkan ice cream di sudut bibir Ellia.

Ellia hanya diam dengan patuh saat Ares membersihkan belepotannya. Sedangkan Ares cukup canggung saat tangannya menyentuh bibir Ellia yang terasa lembut dan ranum itu, membuat pikiran Ares sempat kemana-mana. Tanpa sadar ia mimikirkan bagaimana kalau ia mencium bibir gadis itu.

"Res!" Panggil Ellia membuyarkan lamunannya. Sebelumnya ia semakin canggung ketika Ares terdiam dengan masih menyentuh bibirnya.

"Maaf-maaf ..."

"Res, kamu gak lagi berpikiran kotor kan? Sepertinya benar kata paman Yunus, kalau semua pria itu sama saja. Apa aku coba jurus andalan yang diajarkan paman Yunus padamu ya?" Ancam Ellia dengan sorot mata tajam pada Ares.

"Enggak! Aku gak berpikir apapun. Ampuni aku nenek sihir!" Seru Ares takut.

"Apa?! Nenek sihir?! Apa aku sejelek itu?" Murka Ellia.

"Haha, iya-iya kamu cantik seperti ibu peri, jadi maafkan aku yaa." Bujuk Ares dengan sedikit memohon. Ellia tak menjawab dan memalingkan wajahnya dari Ares.

"Besok saat aku ke rumahmu, akan aku bawakan cookies coklat buatan mamaku, oke?" Rayu Ares.

Ares tahu, kalau cookies buatan mamanya adalah favorite Ellia. Sudah beberapa kali juga Ellia datang berkunjung ke rumah Ares. Dan respon orang tuanya cukup baik pada Ellia, walaupun mereka sudah mengetahui latar belakang Ellia.

Dan setiap kali berkunjung, hal yang paling Ellia nantikan adalah belajar memasak dengan mamanya Ares, salah satunya adalah membuat cookies. Namun, memang semenjak kuliah ini Ellia hampir tak bisa ke rumah Ares lagi karena banyaknya tugas dan kesibukan lainnya.

"Baiklah. Kali ini akan aku maafkan. Tapi, tidak untuk kedua kalinya." Ucap Ellia yang masih memalingkan wajah. Namun, senyum sudah menghiasi wajah cantiknya. Ares hanya bisa menahahan tawa melihat itu.

...

Keesokan harinya, Ares dengan segera menuju ke rumah Ellia. Ia memarkirkan motornya di bawah pohon dekat jalan setapak yang akan langsung membawanya ke rumah kayu Ellia.

Malam sebelumnya Ellia sudah meminta izin pada paman Yunus kalau hari ini Ares akan main ke rumah, seperti biasa. Walaupun menggerutu, paman Yunus tetap mengiyakan.

Ketika jaraknya sudah dekat dengan rumah Ellia, ia melihat pintu rumah gadis itu sudah terbuka. Dengan segera Ares mempercepat langkah kakinya. Sesampainya ia di depan pintu. Ares segera mengetuk pintu kayu itu terlebih dulu sebelum masuk.

Tok .. Tok ... Tok

"El ..." Panggil Ares sambil mengamati keadaan rumah.

"Masuk saja Res. Duduklah dulu, aku masih berganti pakain." Teriak Ellia dari dalam kamar.

Mendengar itu, Ares sampai tak bisa berkata-kata. Ellia sangat tidak waspada. Bagaimana bisa ia memberitahu seorang pria kalau ia sedang berganti pakaian, sedangkan ia di rumah seorang diri?! Karena merasa tak enak. Ares memilih duduk di teras sampai Ellia selesai.

"Kenapa gak tunggu aku di dalam?" Tanya Ellia yang sudah selesai berganti pakaian dan menghampiri Ares di teras. Ares segera bangkit dari duduknya dan dengan gerakan cepat menyentil dahi Ellia.

Ctakk!!

"Awww!! Sakit Res! Kenapa lagi sih?" Keluh Ellia sambil memegangi dahinya.

"Kenapa kamu ceroboh sekali?! Bagaimana bisa kamu dengan santainya memberitahu kalau sedang berganti pakaian kepada seorang pria, sedangkan gak ada lagi orang di rumah?" Omel Ares kesal.

"Tapi, itu kan kamu Res ..."

"Aku juga seorang pria El. Kamu harus mewaspadaiku juga. Untung saja karakterku baik, kalau tidak mungkin aku sudah menerobos masuk ke kamarmu." Ucap Ares dengan penuh penekanan.

"Baiklah, lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi." Jawab Ellia yang merasa perkataan Ares ada benarnya juga.

"Yasudah ... Apa kamu gak ingin menyuruhku masuk lagi? Kita gak akan segera memulai belajar kalau hanya mengobrol."

"Hehe. Cookiesnya?" Tanya Ellia sebelum menyuruh Ares masuk ke dalam rumah lagi. Ares semakin gemas dibuatnya.

"Nih ..." Ucap Ares sambil mengulurkan paper bag berisi cookies yang sangat banyak.

"Wah, makasih Res. Sampaikan salamku pada tante juga yaa." Ujar Ellia kegirangan. Kemudian, mereka segera masuk dan mulai belajarnya.

.

.

.

Bersambung ...

Episodes
1 Anak-Anak yang Malang
2 Kabur
3 Pahlawan Berseragam
4 Akankah Diusir Lagi?
5 Paman Yunus
6 Orang-Orang Baik
7 Keluarga Adhitama
8 Si Narsis
9 Teman
10 Bertemu
11 Tuan Sempurna
12 Dunia yang Berbeda
13 Kukang
14 Bertolak Belakang
15 Upik Abu
16 Berpisah
17 Desiran Aneh
18 Rencana Ares
19 Pesona Pria Matang
20 Dia Kembali
21 Hukuman Apa?
22 Kencan Buta
23 Gadis yang Berpengaruh
24 Perubahan yang Akan Datang
25 Dorongan Aneh
26 Sudah Diputuskan
27 Aturan Tuan Muda
28 Bukan Milik Anda
29 Tekad Ares
30 Menjelajah Hutan
31 Kamu Membuatku Gila!
32 Dorongan Impulsif
33 Kepanikan Paman Yunus
34 Bibit Obsesi
35 Menghindar
36 Undangan Pesta
37 Peri Hutan
38 Aku Menginginkannya
39 Dansa Bersama
40 Sikap Tuan Muda
41 Merenggang
42 Teriakan Tanpa Suara
43 Rasa Haus yang Candu
44 Kesungguhan Ares
45 Tak Ingin Disentuh
46 Hati atau Logika?
47 Pernyataan Cinta
48 Usaha Ares
49 Penguntit yang Terpesona
50 Kebencian
51 Kebahagiaan Ares
52 Pertemuan Keluarga
53 Hyena yang Mengintai
54 Kejadian Tak Terduga
55 Tawaran Bantuan
56 Retak
57 Petir di Siang Hari
58 Kehangatan Saat Hujan
59 Terbongkar
60 Tak Bisa Pulih
61 Jangan Menangis
62 Rutinitas Baru
63 Keluarga Impian
64 Seperti Kencan?
65 Pelampiasan
66 Imbalan Bantuan
67 Simpanan?
68 Perawatan
69 Mulai Curiga
70 Kamu Sangat Cantik
71 Lipstik Merah
72 Tawa yang Menghangatkan
73 Tawa yang Hilang
74 Memanfaatkan Keadaan
75 Pengorbanan
76 Berangkat Penyembuhan
77 Ingin kabur
78 Mengambil Pembayaran
79 Kepuasan Tuan Muda (21+)
80 Tamu Tak Diundang
81 Kue Strawberry
82 Mengubah Panggilan (21+)
83 Kerinduan
84 Cara Membuatmu Bahagia (21+)
85 Kepulangan yang Tak Terduga
86 Pesuruh
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Anak-Anak yang Malang
2
Kabur
3
Pahlawan Berseragam
4
Akankah Diusir Lagi?
5
Paman Yunus
6
Orang-Orang Baik
7
Keluarga Adhitama
8
Si Narsis
9
Teman
10
Bertemu
11
Tuan Sempurna
12
Dunia yang Berbeda
13
Kukang
14
Bertolak Belakang
15
Upik Abu
16
Berpisah
17
Desiran Aneh
18
Rencana Ares
19
Pesona Pria Matang
20
Dia Kembali
21
Hukuman Apa?
22
Kencan Buta
23
Gadis yang Berpengaruh
24
Perubahan yang Akan Datang
25
Dorongan Aneh
26
Sudah Diputuskan
27
Aturan Tuan Muda
28
Bukan Milik Anda
29
Tekad Ares
30
Menjelajah Hutan
31
Kamu Membuatku Gila!
32
Dorongan Impulsif
33
Kepanikan Paman Yunus
34
Bibit Obsesi
35
Menghindar
36
Undangan Pesta
37
Peri Hutan
38
Aku Menginginkannya
39
Dansa Bersama
40
Sikap Tuan Muda
41
Merenggang
42
Teriakan Tanpa Suara
43
Rasa Haus yang Candu
44
Kesungguhan Ares
45
Tak Ingin Disentuh
46
Hati atau Logika?
47
Pernyataan Cinta
48
Usaha Ares
49
Penguntit yang Terpesona
50
Kebencian
51
Kebahagiaan Ares
52
Pertemuan Keluarga
53
Hyena yang Mengintai
54
Kejadian Tak Terduga
55
Tawaran Bantuan
56
Retak
57
Petir di Siang Hari
58
Kehangatan Saat Hujan
59
Terbongkar
60
Tak Bisa Pulih
61
Jangan Menangis
62
Rutinitas Baru
63
Keluarga Impian
64
Seperti Kencan?
65
Pelampiasan
66
Imbalan Bantuan
67
Simpanan?
68
Perawatan
69
Mulai Curiga
70
Kamu Sangat Cantik
71
Lipstik Merah
72
Tawa yang Menghangatkan
73
Tawa yang Hilang
74
Memanfaatkan Keadaan
75
Pengorbanan
76
Berangkat Penyembuhan
77
Ingin kabur
78
Mengambil Pembayaran
79
Kepuasan Tuan Muda (21+)
80
Tamu Tak Diundang
81
Kue Strawberry
82
Mengubah Panggilan (21+)
83
Kerinduan
84
Cara Membuatmu Bahagia (21+)
85
Kepulangan yang Tak Terduga
86
Pesuruh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!