Bertolak Belakang

Ellia menggeliat sebelum ia benar-benar terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan tubuh dan menguap untuk memgumpulkan kembali kesadarannya. Sampai ketika ia menoleh ke arah tempat tidur. Di situlah Ellia merasa sangat terkejut dengan seseorang yang ada di sana. Matanya segera terbelalak lebar seakan tak percaya apa yang ada di depannya. Ia melihat Gavin sedang duduk bersadar di atas tempat tidur sambil bermain ponsel.

"Tu-Tuan muda?" Gumamnya takut-takut. Gavin yang semula sedang bermain ponsel menghentikan aktivitasnya dan menatap Ellia dengan tajam.

"Sudah, jadi putri tidurnya?" Sindir Gavin yang masih menatap Ellia dengan tajam. Mendengar suara rendah Gavin, barulah Ellia tersadar bahwa itu bukan mimpi.

"Maafkan saya tuan. Saya tak sengaja tertidur. Tapi, saya sudah membersihkan semuanya tuan. Tidak ada debu sama sekali." Seru Ellia yang langsung berdiri dari duduknya.

Setelah ia menjelaskan pada Gavin, ia segera menundukkan kepalanya takut-takut. Dalam hati, Ellia merutuki Gavin yang tiba-tiba muncul juga murutuki kebodohannya karena bisa tertidur begitu pulas di sarang harimau.

Gavin tak merespon dan terus menghujani Ellia dengan tatapan tajam. Sampai Ellia tak berani mengangkat kepalanya.

"Jangan-jangan selama aku tidak kemari, kamu menganggap kalau rumah pohon ini milikmu ya? Sepertinya kamu juga pernah tidur di kasurku." Tuduh Gavin pada Ellia yang ketakutan.

"Ti-Tidak tuan! Sungguh saya hanya meminjam kursi dan meja itu. Itupun, kalau sudah saya gunakan, pasti akan saya bersihkan lagi. Dan hari ini pertama kalinya saya tertidur di sini tuan. Sungguh!" Jelas Ellia sambil menatap Gavin. Berharap tuan muda itu segera melepaskannya.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Tanya Gavin sembari berdiri dan berjalan mendekati Ellia. Ellia tak bisa menjwab, karena ia juga tak punya bukti, ia cukup kebingungan.

"Maafkan saya tuan." Ucap Ellia lirih saat Gavin sudah ada di hadapannya. Gavin tak menjawab dan semakin mendekati Ellia.

Ellia yang merasa terancam tanpa sadar berjalan mundur dan menghindar sampai tubuhnya membentur dinding. Ia ketakutan melihat Gavin yang berada tepat di depannya. Kemudaian, Gavin menundukkan kepalanya. Ellia tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa memejamkan matanya ketakutan.

"Hmm, kurasa memang benar kamu tidak tidur di kasurku. Kasurku berbau wangi." Ucap Gavin tepat di samping telinga Ellia.

Di situlah Ellia langsung membuka matanya. Ia sudah melihat Gavin menjauh dan kini duduk di kursi yang ia pakai tadi. Ellia merasa malu juga geram mendengar ucapan Gavin. Ellia mengartikan kalau ucapan Gavin tadi itu tidak langsung sudah mengejeknya bau. Gavin yang melihat wajah Ellia berubah merah karena marah sedikit menyunggingkan senyum mengejek.

Ellia berusaha sekuat mungkin untuk tidak meledakkan amarahnya. Ia tetap diam di tempat dan mengamati Gavin. Bisa ia lihat tuan mudanya itu kini tengah membolak-balik bukunya. Kemudian, ia mengambil ponsel Ellia yang masih tergeletak di sana.

"Tuan muda ... Itu milik saya. Bukankah tidak sopan melihat ponsel orang lain tuan?" Seru Ellia saat melihat Gavin mengambil ponselnya.

Namun, Gavin tak mendengarkan ia tetap menyalakan ponsel Ellia dan mengetikkan sesuatu di sana. Ellia merasa amarahnya semakin memuncak melihat itu. Ia segera berjalan mendekat dan akan mengambil ponselnya walaupun dengan paksa. Namun, saat ia sudah di depan Gavin, tanpa ia paksa tuan muda itu sudah langsung memberikan ponselnya.

Ellia segera melihat apa yang diketikkan Gavin tadi. Ternyata ia sedang mengetik sebuah nomor.

"Simpan nomorku baik-baik. Karena, aku akan segera ke luar negeri. Aku tak akan bisa mengawasimu secara langsung. Aku akan menghubungimu sewaktu-waktu. Awas saja kalau kamu tidak menerimanya." Ancam Gavin santai. Walaupun kesal, akhirnya Ellia menyimpan nomor Gavin.

"Coba hubungi aku." Perintah Gavin lagi. Dan Ellia hanya bisa menurut. Dengan itu Gavin juga sudah memiliki nomor Ellia.

Barulah saat itu Gavin bersiap untuk kembali ke rumah utama karena waktu sudah semakin larut.

"Kamu akan tidur di sini?" Seru Gavin saat sudah di depan pintu.

"Tidak tuan. Saya akan segera ke sana." Jawab Ellia sambil segera membereskan buku-bukunya. Baru kemudian ia berlari ke arah pintu. Tak lupa ia mengunci pintu dan membawa keranjangnya juga. Ia melihat Gavin yang masih menatapnya.

"Saya memungutnya lagi tuan. He. He. He ... Apa anda mau?" Tanya Ellia dengan senyum kikuk. Gavin tak menjawab dan berlalu pergi meninggalkan Ellia.

"Argghhhhh!!!"

Saat sosok Gavin sudah tak lagi terlihat oleh matanya, Ellia pun berteriak kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Dan ternyata Gavin masih bisa mendengar teriakan frustasi Ellia itu dari kejauhan.

"Gadis bodoh." Gumam Gavin dengan senyum puas di wajahnya.

...

Beberapa waktu berlalu. Hari keberangkatan Gavin sudah semakin dekat. Rumah utama terlihat cukup sibuk karena banyak yang disiapkan. Malam itu juga akan di adakan makan malam perpisahan untuk melepaskan dan mendo'akan Gavin dengan beberapa keluarga terpandang. Salah satunya yang mendapat undangan adalah keluarga Wijaya.

Dari siang Clara dan ibunya sudah sampai. Namun, sayangnya Gavin siang itu masih di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan terakhir sebelum ia tinggalkan. Alhasil, Clara merasa sangat jenuh dan bosan terjebak di obrolan orang dewasa. Akhirnya, ia meminta izin untuk berjalan-jalan di taman belakang.

Di sana ia tak sengaja melihat Ellia yang sedang menyiram tanaman. Clara ingat Ellia adalah gadis yang ia temui terakhir kali bersama Gavin. Ia juga ingat, kalau Ellia adalah gadis yang cukup kurang sopan pada majikannya. Akhirnya, Clara berinisiatif mendekati Ellia.

"Hallo, kita bertemu lagi." Sapa Clara ramah pada Ellia. Ellia menatap Clara dan teringat bahwa ia adalah gadis yang bersama tuan mudanya terakhir kali.

"Ada yang bisa syaa bantu nona?" Tanya Ellia sopan. Ia segera meletakkan selang air yang ia pegang.

"Kau sedang sibuk? Aku sedang bosan. Bisakah kau menemaniku berkeliling?" Tanya Clara yang seperti memerintah. Mana mungkin juga ada opsi bagi Ellia untuk menolak.

"Dengan senang hati nona." Jawab Ellia ramah. Kemudian, ia segera menghampiri Clara.

"Hm, sepertinya kau sudah lama berada di sana. Pakaianmu penuh dengan tanah." Kata Clara sambil menatap penampilan Ellia yang lusuh. Lengkap dengan tanah dimana-mana.

"Maafkan saya nona. Saya akan berjalan di belakang anda." Ucap Ellia yang reflek menjaga jaraknya dengan Clara. Clara tersenyum puas melihat itu.

Kemudian, kedua gadis itu berjalan menyusuri taman dan tepian danau. Terkadang, Clara mencoba mengajak mengobrol Ellia namun ujung dari obrolan itu selalu kata-kata indah yang berbalut merendahkan Ellia. Ellia tak bisa marah dan mengeluh. Karena, ia tahu posisinya saat itu adalah hiburan bagi nona muda yang sedang bosan.

Tak terasa hari semakin sore, Clara segera berjalan menuju kembali ke rumah utama untuk persiapan acara. Di taman dekat dengan pintu rumah utama, Clara bisa melihat Gavin serta beberapa temannya sudah ada di sana. Clara pun semakin mempercepat langkahnya diikuti Ellia di belakang.

"Kakak Gavin!" Panggil Clara setelah jarak mereka tak jauh lagi.

Gavin menoleh dan melihat Clara yang datang diikuti oleh Ellia dibelakangnya. Tampilan ke dua gadis itu sangat bertolak belakang. Ia menatap Ellia tajam, seakan berkata kenapa dia ada di sana? Dan tatapan itu tak sengaja dilihat oleh Ellia. Melihat tatapan itu, perasaan Ellia semakin sakit.

Begitu menjijikkannya kah aku?

.

.

.

Bersambung ...

Episodes
1 Anak-Anak yang Malang
2 Kabur
3 Pahlawan Berseragam
4 Akankah Diusir Lagi?
5 Paman Yunus
6 Orang-Orang Baik
7 Keluarga Adhitama
8 Si Narsis
9 Teman
10 Bertemu
11 Tuan Sempurna
12 Dunia yang Berbeda
13 Kukang
14 Bertolak Belakang
15 Upik Abu
16 Berpisah
17 Desiran Aneh
18 Rencana Ares
19 Pesona Pria Matang
20 Dia Kembali
21 Hukuman Apa?
22 Kencan Buta
23 Gadis yang Berpengaruh
24 Perubahan yang Akan Datang
25 Dorongan Aneh
26 Sudah Diputuskan
27 Aturan Tuan Muda
28 Bukan Milik Anda
29 Tekad Ares
30 Menjelajah Hutan
31 Kamu Membuatku Gila!
32 Dorongan Impulsif
33 Kepanikan Paman Yunus
34 Bibit Obsesi
35 Menghindar
36 Undangan Pesta
37 Peri Hutan
38 Aku Menginginkannya
39 Dansa Bersama
40 Sikap Tuan Muda
41 Merenggang
42 Teriakan Tanpa Suara
43 Rasa Haus yang Candu
44 Kesungguhan Ares
45 Tak Ingin Disentuh
46 Hati atau Logika?
47 Pernyataan Cinta
48 Usaha Ares
49 Penguntit yang Terpesona
50 Kebencian
51 Kebahagiaan Ares
52 Pertemuan Keluarga
53 Hyena yang Mengintai
54 Kejadian Tak Terduga
55 Tawaran Bantuan
56 Retak
57 Petir di Siang Hari
58 Kehangatan Saat Hujan
59 Terbongkar
60 Tak Bisa Pulih
61 Jangan Menangis
62 Rutinitas Baru
63 Keluarga Impian
64 Seperti Kencan?
65 Pelampiasan
66 Imbalan Bantuan
67 Simpanan?
68 Perawatan
69 Mulai Curiga
70 Kamu Sangat Cantik
71 Lipstik Merah
72 Tawa yang Menghangatkan
73 Tawa yang Hilang
74 Memanfaatkan Keadaan
75 Pengorbanan
76 Berangkat Penyembuhan
77 Ingin kabur
78 Mengambil Pembayaran
79 Kepuasan Tuan Muda (21+)
80 Tamu Tak Diundang
81 Kue Strawberry
82 Mengubah Panggilan (21+)
83 Kerinduan
84 Cara Membuatmu Bahagia (21+)
85 Kepulangan yang Tak Terduga
86 Pesuruh
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Anak-Anak yang Malang
2
Kabur
3
Pahlawan Berseragam
4
Akankah Diusir Lagi?
5
Paman Yunus
6
Orang-Orang Baik
7
Keluarga Adhitama
8
Si Narsis
9
Teman
10
Bertemu
11
Tuan Sempurna
12
Dunia yang Berbeda
13
Kukang
14
Bertolak Belakang
15
Upik Abu
16
Berpisah
17
Desiran Aneh
18
Rencana Ares
19
Pesona Pria Matang
20
Dia Kembali
21
Hukuman Apa?
22
Kencan Buta
23
Gadis yang Berpengaruh
24
Perubahan yang Akan Datang
25
Dorongan Aneh
26
Sudah Diputuskan
27
Aturan Tuan Muda
28
Bukan Milik Anda
29
Tekad Ares
30
Menjelajah Hutan
31
Kamu Membuatku Gila!
32
Dorongan Impulsif
33
Kepanikan Paman Yunus
34
Bibit Obsesi
35
Menghindar
36
Undangan Pesta
37
Peri Hutan
38
Aku Menginginkannya
39
Dansa Bersama
40
Sikap Tuan Muda
41
Merenggang
42
Teriakan Tanpa Suara
43
Rasa Haus yang Candu
44
Kesungguhan Ares
45
Tak Ingin Disentuh
46
Hati atau Logika?
47
Pernyataan Cinta
48
Usaha Ares
49
Penguntit yang Terpesona
50
Kebencian
51
Kebahagiaan Ares
52
Pertemuan Keluarga
53
Hyena yang Mengintai
54
Kejadian Tak Terduga
55
Tawaran Bantuan
56
Retak
57
Petir di Siang Hari
58
Kehangatan Saat Hujan
59
Terbongkar
60
Tak Bisa Pulih
61
Jangan Menangis
62
Rutinitas Baru
63
Keluarga Impian
64
Seperti Kencan?
65
Pelampiasan
66
Imbalan Bantuan
67
Simpanan?
68
Perawatan
69
Mulai Curiga
70
Kamu Sangat Cantik
71
Lipstik Merah
72
Tawa yang Menghangatkan
73
Tawa yang Hilang
74
Memanfaatkan Keadaan
75
Pengorbanan
76
Berangkat Penyembuhan
77
Ingin kabur
78
Mengambil Pembayaran
79
Kepuasan Tuan Muda (21+)
80
Tamu Tak Diundang
81
Kue Strawberry
82
Mengubah Panggilan (21+)
83
Kerinduan
84
Cara Membuatmu Bahagia (21+)
85
Kepulangan yang Tak Terduga
86
Pesuruh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!