Kukang

Ellia menggandeng tangan paman Yunus dan berjalan dengan tergesa ke rumah kayunya. Siapapun yang melihatnya saat itu, mungkin akan tertawa. Dirinya dan Ellia terlihat seperti seekor kelinci yang menggandeng seekor beruang. Namun, dibalik hal itu selama perjalanan kembali ke rumah, paman Yunus tak mengatakan sepatah katapun, karena ia tahu saat ini Ellia sedang terbakar emosi.

"Apa yang membuatmu marah Ellia?" Tanya paman setelah keduanya sampai di depan rumah.

Ellia berbalik menatap pamannya dengan mata berkaca-kaca. Ia segera menghambur ke pelukan paman Yunus.

"Apakah paman tidak sakit hati mendengar perkataan tuan muda itu? Padahal paman yang sudah bekerja keras membuat taman yang sangat indah. Bagaimana, paman bisa dianggap seperti serangga yang gak penting?! ... Apakah semua orang kaya seperti itu paman?" Tanya Ellia merasa tak adil. Paman Yunus hanya tersenyum kecil dan mengelus puncak kepala Ellia dengan lembut.

"Paman gak sakit hati Ellia. Ini adalah sebuah kenyataan. Sebaik apapun paman merawat taman, paman hanyalah orang biasa. Cukup dengan kerja keras paman dihargai dan paman mendapat imbalan dari itu. Kalau, kita mamasukkan semua perkataan buruk pada hati kita. Kita sendiri yang akan menderita." Jawab Yunus bijak. Ellia hanya terdiam mendengarnya.

"Jika, kamu sudah lebih dewasa. Kamu pasti akan tahu. Beginilah hidup orang dewasa Ellia. Yang kuat adalah yang berkuasa. Kalau ingin keluar dari kondisi ini, maka kamu harus jadi sukses. Mengerti?"

"Iya paman. Ellia janji akan tumbuh menjadi orang sukses sampai paman akan hidup enak nanti. Paman hanya perlu duduk dan makan." Seru Ellia bersemangat.

"Hahahaha" Tawa paman Yunus menggema mendengar perkataan Ellia.

Bukan meremehkannya, namun ia senang dengan tekad gadis kecil itu. Yang saat ini tinggi Ellia bahkan tidak lebih dari setengah tinggi paman Yunus.

"Baik, paman akan menunggu. Tapi, untuk saat ini tumbuhlah dengan sehat dan kuat. Makan yang banyak, tidur yang nyenyak." Ucap paman Yunus dengan sayang.

Di lain sisi, Gavin dan Clara sudah kembali bergabung di meja makan tempat para ibu berada. Sebelum duduk Gavin menarikkan kursi untuk Clara dengan sopan.

"Apakah kalian menikmati waktu jalan-jalan kalian?" Tanya nyonya Irene pada keduanya sesaat setelah mereka sudah duduk kembali.

"Saya sangat menikmatinya nyonya. Kakak Gavin selalu memperhatikan saya. Menjelaskan beberapa bunga di taman, bahkan menyamakan langkahnya dengan saya." Jawab Clara dengan riang.

"Kakak?" Tanya Siska yang terheran dengan panggilan putrinya pada Gavin.

"Ups ... Maafkan saya. Tadi, tuan Gavin sudah memberi izin pada saya untuk memanggilnya kakak. Jadi, saya terbawa sampai di sini." Seru Clara seperti tak enak hati.

"Kalau Gavin sudah mengizinkannya, maka panggil saja dia kakak seperti tadi. Sangat menyenangkan mendengarnya." Ucap Irene yang terlihat puas. Gavin hanya tersenyum kecil untuk mengiyakan.

Saat ini pikiran Gavin masih tertuju pada Ellia. Bagaimana ia secara impulsif berjalan mendekati gadis kecil itu. Menyuruhnya untuk pergi beristirahat karena wajahnya yang sudah kemerahan karena kepanasan. Bahkan, membiarkannya pergi walaupun kata-katanya cukup tak sopan untuk seorang bawahan pada majikannya.

Namun, karena Gavin tak mau memikirkan sesuatu yang bisa mengganggu aktivitas kesehariannya. Ia berusaha menepis semua itu dan kembali fokus pada obrolan dan aktivitasnya saat itu. Ia harus terlihat sebagai tuan rumah yang sempurna. Sampai, tak akan ada yang mengomentari kekurangannya.

...

Beberapa bulan telah berlalu. Pada hari-hari itu Ellia selalu menepati janjinya untuk membersihkan rumah pohon sesuai apa yang diinginkan oleh Gavin. Namun, semenjak hari itu pula, Gavin belom pernah sekalipun datang ke rumah pohon lagi. Ia mendengar dari kakak-kakak pelayan, kalau belakangan ini Gavin cukup sibuk dengan urusan sekolah dan pekerjaannya. Terlebih tuan mudanya itu sudah memutuskan untuk berkuliah di luar negeri. Sekaligus membuka cabang baru dari perusahannya.

Ellia cukup senang, karena tak perlu lagi bertemu dengan Gavin. Hari-harinya terasa tenang dan damai. Bahkan, ia bisa leluasa meminjam rumah pohon itu di akhir pekan untuk belajar dan beristirahat.

Akhir pekan itu seperti biasa, Ellia segera menuju rumah pohon dan membersihkannya. Baru ia berkeliling untuk berburu sayur dan buah liar. Setelah itu ia akan singgah dan beristirahat di rumah pohon sambil belajar. Tak lupa ia juga membawa beberapa buku sekolahnya.

Walaupun, ia menggunakan rumah pohon. Tak pernah satu kalipun ia menggunakan tempat tidur tuan mudanya itu. Ia hanya akan duduk di kursi kayu dan meminjam mejanya. Seperti yang ia lakukan hari ini. Ia tengah mengulas pelajaran untuk persiapan ujian kenaikan kelas. Ellia juga menyalakan instrument musik santai dari ponsel yang di belikan oleh paman Yunus, beberapa bulan yang lalu.

Lagi-lagi Ellia merasa bersyukur dan semakin terpacu untuk menjadi lebih sukses supaya bisa menebus semua kebaikan dari paman Yunus padanya. Jujur saja dengan ponsel ia memang merasa komunikasi dengan teman-temannya semakin baik. Ellia juga jadi lebih mudah mendapatkan informasi apapun.

Beberapa saat kemudian, mata Ellia terasa sangat berat. Akhirnya, ia memutuskan untuk memejamkan sebentar matanya. Ia tidur di kursi dengan berbantalkan tangannya di meja. Semilir angin, suara dedaunan, kicau burung dan instrument menenangkan semakin cepat membuatnya terlelap.

Di lain sisi, saat itu Gavin yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya memutuskan untuk berkunjung ke rumah pohonnya. Selama perjalanan ia bertanya-tanya. Akankah gadis kecil itu akan mematuhi perintahnya untuk membersihkan rumah pohonnya atau tidak.

Ketika jaraknya semakin dekat, samar-samar ia mendengar alunan musik. Gavin mengikuti suara itu dan ia cukup terkejut saat mengetahui kalau suara itu berasal dari rumah pohonnya. Pintu rumah pohon itu terbuka. Di depan pintu ia melihat sekeranjang sayur dan buah yang tampak tak asing di matanya. Di situlah ia tahu, kalau Ellia ada di dalam. Lagi-lagi tanpa Gavin sadari sudut bibirnya kembali terangkat.

Ia berjalan perlahan menaiki anak tangga. Sampailah ia di depan pintu. Di sana ia bisa melihat seorang gadis kecil tengah tidur dengan posisi duduk. Rambut hitam panjangnya tergerai dan sedikit melambai-lambai mengikuti hembusan angin. Gavin semakin melangkah masuk mendekati gadis kecil itu dengan perlahan, ia berusaha tidak mengeluarkan suara dari sepatu dan alas kayu rumah pohon itu.

Ketika ia berada di depan meja Ellia. Ia bisa melihat beberapa buku tergeletak di sana. Begitu juga dengan ponsel yang masih menyala memutar instrument musik. Gavin terus menatap Ellia mengamati wajahnya yang terlelap, tampak tenang seperti bayi.

"Benarkah dia berusia 13 tahun? Tubuh sekecil itu ku rasa aku akan percaya jika dia menyebut usianya masih 10 tahun." Gumam Gavin yang mengamati Ellia.

Saat angin tak sengaja menghembuskan rambut Ellia dan menutupi wajahnya, Gavin mengulurkan tangannya dan dengan lembut membantu menyelipkan rambut Ellia ke belakang telinganya. Agar wajah gadis itu kembali terlihat jelas. Gavin kembali tersenyum melihat itu.

"Dasar kukang ..." Gumam Gavin yang terus mengamati Ellia yang tertidur.

.

.

.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

irie kun 🖤

irie kun 🖤

kukang apaan hewan kah ?

2025-02-13

1

lihat semua
Episodes
1 Anak-Anak yang Malang
2 Kabur
3 Pahlawan Berseragam
4 Akankah Diusir Lagi?
5 Paman Yunus
6 Orang-Orang Baik
7 Keluarga Adhitama
8 Si Narsis
9 Teman
10 Bertemu
11 Tuan Sempurna
12 Dunia yang Berbeda
13 Kukang
14 Bertolak Belakang
15 Upik Abu
16 Berpisah
17 Desiran Aneh
18 Rencana Ares
19 Pesona Pria Matang
20 Dia Kembali
21 Hukuman Apa?
22 Kencan Buta
23 Gadis yang Berpengaruh
24 Perubahan yang Akan Datang
25 Dorongan Aneh
26 Sudah Diputuskan
27 Aturan Tuan Muda
28 Bukan Milik Anda
29 Tekad Ares
30 Menjelajah Hutan
31 Kamu Membuatku Gila!
32 Dorongan Impulsif
33 Kepanikan Paman Yunus
34 Bibit Obsesi
35 Menghindar
36 Undangan Pesta
37 Peri Hutan
38 Aku Menginginkannya
39 Dansa Bersama
40 Sikap Tuan Muda
41 Merenggang
42 Teriakan Tanpa Suara
43 Rasa Haus yang Candu
44 Kesungguhan Ares
45 Tak Ingin Disentuh
46 Hati atau Logika?
47 Pernyataan Cinta
48 Usaha Ares
49 Penguntit yang Terpesona
50 Kebencian
51 Kebahagiaan Ares
52 Pertemuan Keluarga
53 Hyena yang Mengintai
54 Kejadian Tak Terduga
55 Tawaran Bantuan
56 Retak
57 Petir di Siang Hari
58 Kehangatan Saat Hujan
59 Terbongkar
60 Tak Bisa Pulih
61 Jangan Menangis
62 Rutinitas Baru
63 Keluarga Impian
64 Seperti Kencan?
65 Pelampiasan
66 Imbalan Bantuan
67 Simpanan?
68 Perawatan
69 Mulai Curiga
70 Kamu Sangat Cantik
71 Lipstik Merah
72 Tawa yang Menghangatkan
73 Tawa yang Hilang
74 Memanfaatkan Keadaan
75 Pengorbanan
76 Berangkat Penyembuhan
77 Ingin kabur
78 Mengambil Pembayaran
79 Kepuasan Tuan Muda (21+)
80 Tamu Tak Diundang
81 Kue Strawberry
82 Mengubah Panggilan (21+)
83 Kerinduan
84 Cara Membuatmu Bahagia (21+)
85 Kepulangan yang Tak Terduga
86 Pesuruh
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Anak-Anak yang Malang
2
Kabur
3
Pahlawan Berseragam
4
Akankah Diusir Lagi?
5
Paman Yunus
6
Orang-Orang Baik
7
Keluarga Adhitama
8
Si Narsis
9
Teman
10
Bertemu
11
Tuan Sempurna
12
Dunia yang Berbeda
13
Kukang
14
Bertolak Belakang
15
Upik Abu
16
Berpisah
17
Desiran Aneh
18
Rencana Ares
19
Pesona Pria Matang
20
Dia Kembali
21
Hukuman Apa?
22
Kencan Buta
23
Gadis yang Berpengaruh
24
Perubahan yang Akan Datang
25
Dorongan Aneh
26
Sudah Diputuskan
27
Aturan Tuan Muda
28
Bukan Milik Anda
29
Tekad Ares
30
Menjelajah Hutan
31
Kamu Membuatku Gila!
32
Dorongan Impulsif
33
Kepanikan Paman Yunus
34
Bibit Obsesi
35
Menghindar
36
Undangan Pesta
37
Peri Hutan
38
Aku Menginginkannya
39
Dansa Bersama
40
Sikap Tuan Muda
41
Merenggang
42
Teriakan Tanpa Suara
43
Rasa Haus yang Candu
44
Kesungguhan Ares
45
Tak Ingin Disentuh
46
Hati atau Logika?
47
Pernyataan Cinta
48
Usaha Ares
49
Penguntit yang Terpesona
50
Kebencian
51
Kebahagiaan Ares
52
Pertemuan Keluarga
53
Hyena yang Mengintai
54
Kejadian Tak Terduga
55
Tawaran Bantuan
56
Retak
57
Petir di Siang Hari
58
Kehangatan Saat Hujan
59
Terbongkar
60
Tak Bisa Pulih
61
Jangan Menangis
62
Rutinitas Baru
63
Keluarga Impian
64
Seperti Kencan?
65
Pelampiasan
66
Imbalan Bantuan
67
Simpanan?
68
Perawatan
69
Mulai Curiga
70
Kamu Sangat Cantik
71
Lipstik Merah
72
Tawa yang Menghangatkan
73
Tawa yang Hilang
74
Memanfaatkan Keadaan
75
Pengorbanan
76
Berangkat Penyembuhan
77
Ingin kabur
78
Mengambil Pembayaran
79
Kepuasan Tuan Muda (21+)
80
Tamu Tak Diundang
81
Kue Strawberry
82
Mengubah Panggilan (21+)
83
Kerinduan
84
Cara Membuatmu Bahagia (21+)
85
Kepulangan yang Tak Terduga
86
Pesuruh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!