Bab 2 Membuntuti Mobil Bima

    Mobil Bima meluncur dengan kecepatan sedang. Kurang lebih satu kilo meter jarak tempuh, mobil Bima tiba-tiba belok ke kiri menuju sebuah jalan pemukiman penduduk yang tidak asing bagi Sauza.

    "Mau apa Mas Bima belok ke sini?" batin Sauza bertanya penasaran.

    "Neng, apakah kita ikuti saja mobil itu?"

    "Ikuti saja Pak," titah Sauza sembari tubuhnya mendongak melihat ke arah depan. Mobil Bima berjalan perlahan, sebab dari arah berlawanan ada mobil lain yang akan lewat juga. Berhubung ini jalan ke sebuah kampung, otomatis jalannya hanya muat untuk dua mobil saja, itupun saat bertemu, salah satu mobil harus berhenti dan menepi dahulu.

    Mobil Bima terus melaju masuk ke jalan itu. Sauza tahu jalan ini merupakan jalan menuju rumah salah satu sahabat dekatnya, yaitu Mira. Bukan rumah Mira sebetulnya, melainkan rumah neneknya. Sejak mamanya Mira meninggal, Mira lebih memilih tinggal dengan sang nenek dari pihak mamanya.

    Sauza jadi kangen dengan Mira, seandainya saat ini dia sedang tidak ada misi mengikuti Bima, suaminya, ingin rasanya mampir saja ke rumah Mira dan bercengkrama dengannya.

    "Rindu rasanya dengan Mira, sudah enam bulan kita tidak bertemu. Tapi, Mira kan wanita karir, sibuk bekerja sih," batin Sauza sembari mengingat kebersamaannya dengan Mira dulu.

    "Neng, mobil itu sudah berbalik arah lagi. Itu lihat di depan." Suara Pak Supir cukup mengagetkan Sauza, sayang sekali dia tadi terlalu larut dalam lamunan saat mengenang kebersamaannya dengan Mira, sampai dia lupa tengah mengamati Bima.

    "Aduh, Pak, bagaimana ini?" Sauza kalang kabut sendiri. Untung saja dia duduk di jok tengah sehingga tidak perlu menunduk untuk menghindari Bima. Buru-buru Sauza meraih kaca mata hitam dan maskernya dari dalam tas lalu segera memakainya. Sauza kini bisa leluasa menatap keluar jendela kaca mobil tanpa takut dikenali Bima.

    Tepat saat mobil bertemu, grab yang ditumpangi Sauza mengalah dan menepi. Sauza sekilas melihat ke dalam mobil Bima, di sana Bima sudah tidak sendiri lagi, melainkan berdua dengan seorang perempuan yang usianya sekitar 24 sampai 25, tidak jauh darinya. Namun sayang, perempuan di dalam mobil Bima itu memakai masker dan kaca mata hitam juga.

    Siapa dia? Sayang sekali perempuan itu memakai masker dan kaca mata hitam, sama seperti dirinya yang kini memakai kedua benda itu untuk menyamarkan dirinya dari Bima, sang suami.

    Pikiran buruk mulai muncul di kepala Sauza. Jantungnya mendadak berdebar kencang tak karuan, dan tubuhnya seakan lemas. Padahal Sauza belum tahu siapa perempuan di dalam mobil bersama suaminya tadi.

    "Putar balik, Pak. Tetap ikuti mobil tadi," pinta Sauza lemah. Pak Supir setengah abad itu nampak prihatin, sepertinya dia memahami gelagat Sauza yang saat ini sedang mengintai suaminya.

    "Mobil tadi berhenti sebentar di sini dan putar balik di sini." Pak Supir memberitahu tanpa diminta.

    "Lalu?" Sauza penasaran.

    "Ada seorang perempuan sebaya dengan Eneng masuk ke dalam mobil, dia menggunakan masker dan kaca mata hitam," ujar Supir itu lagi.

    "Apa? Putar balik, Pak. Jangan sampai tertinggal. Saya harus mengikuti mobil itu. Kalaupun jaraknya jauh, ikuti saja. Saya akan bayar ongkosnya." Sauza memberi perintah dengan nada risau.

    Supir itu segera putar balik sama persis seperti mobil yang Bima jalankan tadi. Sauza menatap tajam ke arah sebrang rumah di bahu kanan jalan, yang merupakan rumah neneknya Mira, di mana Mira tinggal.

    "Apakah perempuan tadi Mira?" tanyanya dalam hati yang tiba-tiba sedih. Mata Sauza mulai berkaca-kaca. Bagaimana tidak, setelah penemuannya tadi dengan sebuah struk pembayaran penginapan hotel, kini dia menemukan fakta bahwa Bima telah menjemput seorang perempuan yang diduga seumuran dengannya tepat di depan rumah nenek sahabatnya.

    Meskipun perempuan yang dilihatnya belum jelas siapa-siapanya, hati Sauza cukup sedih dan terluka. Terlebih gelagat Bima bulan-bulan ini memang berbeda, tidak sehangat dulu.

    "Tenang, Neng. Saya akan ikuti mobil itu dengan jarak aman dan tidak mencurigakan," balas Pak Supir sambil fokus dengan kemudinya dan tetap tujuannya adalah mobil Bima di depannya.

    "Iya, Pak terimakasih."

    Sauza mengarahkan pandangannya ke depan, tapi kabur karena bulir bening itu mulai keluar dan menetes. Sesekali ia mengusap bulir itu di pipinya dengan ujung kardigan.

    Dua bulan yang lalu, Sauza teringat kembali pertengkarannya dengan sang suami, disaksikan mama mertuanya, Bu Jeny.

    "Aku hanya ingin anak, apakah aku salah? Kamu ini sepertinya mandul dan tidak bisa memberikan aku anak. Buktinya ...." Kalimat kemarahan Bima yang terputus itu menimbulkan pertanyaan dalam benak Sauza. Dia merasa ganjil dengan kalimat buktinya. Sauza menduga, Bima menuduhnya mandul, sedangkan dirinya sempat diperiksa ke Dokter kandungan bahwa rahimnya bagus dan produktif. Bahkan saat itu Bima yang mengantar ke Dokter.

    "Aku tidak mandul, Mas. Bukankah kita berdua pernah diperiksa dan Dokter yang memeriksa kita, bilang bahwa kita sehat? Itu artinya aku tidak mandul. Mungkin saja belum saatnya kita diberi kepercayaan. Toh pernikahan kita juga baru akan berjalan tiga tahun, itu bukan waktu yang harus ditakutkan. Sebab masih banyak perempuan lain yang menantikan momongan sementara pernikahan mereka lebih lama dari kita," sergah Sauza kala itu dengan air mata yang berlinang.

    Pertengkarannya berakhir, kala mamanya Bima menengahi. Bima memilih pergi kala itu untuk menghindari Sauza, bukan meminta maaf atau meraih hatinya supaya jangan bersedih. Gelagat seperti itu, awal mula keraguan di dalam hati Sauza terhadap suaminya. Sebab sikap Bima, sejak itu mulai berubah.

    Dua jam perjalanan, akhirnya mobil Bima tiba di sebuah hotel. Hotel yang sama yang tertera di struk pembayaran yang Sauza temukan tadi di ranjang. Mata Sauza menatap tajam ke dalam halaman hotel ternama itu. Jantung Sauza kembali berdebar, tubuhnya seakan lemas. Tapi dia harus menguatkan hati, sebab hari ini juga jika benar dugaannya, maka Sauza harus meminta penjelasan dari Bima.

    Mobil Bima mulai parkir.

    "Neng, apakah mobilnya dimasukkan saja?" Supir itu bertanya menyentak Sauza yang tengah fokus ke dalam halaman hotel.

    "Iya, Pak, masuk. Tapi tunggu penumpang di dalam mobil itu keluar." Pak Supir mengangguk patuh.

    Beberapa saat kemudian, pintu mobil itu mulai terbuka. Bima keluar duluan, lalu memutar tubuhnya ke depan mobil dan membuka pintu kiri mobil. Dengan perlahan tapi pasti seseorang dari pintu itu keluar, tangannya disambut Bima dengan mesra. Hati Sauza mulai panas, jantungnya berdetak kencang dan air matanya mulai turun.

    Terdengar isak tangis, tapi mata Sauza tetap fokus pada mobil Bima yang kini mulai ditutup kembali pintunya. "Apakah perempuan itu Mira, kalau iya, kenapa dia begitu tega?"

    "Yang kuat Neng, walau saya tidak tahu masalahnya apa. Tapi disaat begini Eneng harus berusaha kuat, apalagi kalau Eneng mau menghampirinya. Apakah Eneng mau menghampiri atau tidak jadi?" Pak Supir merasa iba, dia hanya bisa memberikan kata-kata yang bisa menguatkan Sauza, sebab ia pun sama memiliki anak perempuan, jika hal yang sama terjadi pada anak perempuannya, tentu saja ia pun akan bersedih.

    "Masuk, Pak. Saya akan berusaha kuat," titah Sauza yang segera dipatuhi Pak Supir. Sebelum Bima dan perempuan itu memasuki ruang resepsionis, Sauza segera turun dari grab dan berlari mencegat Bima dan perempuan yang bersama Bima.

    "Oh, jadi ini yang kamu bilang keluar kota itu?" cetus Sauza sembari menarik masker dan kaca mata perempuan itu secara bersamaan. Bima dan perempuan itu terkejut bukan main.

    Sauza pun tidak kalah terkejutnya, saat ia melihat dengan jelas siapa sesungguhnya perempuan yang digandeng mesra oleh Bima, suaminya.

    "Kamu?" Sauza membelalakkan matanya hampir keluar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!