Bab 12 Kartu Undangan Pernikahan

    Sauza tidak habis pikir dengan apa yang diungkapkan bosnya itu. Selama ini bosnya begitu baik dan selalu perhatian padanya. Tapi jika bosnya mengungkapkan perasaan suka padanya, sungguh itu di luar dugaan.

    "Kenapa Pak Kendra justru menyukaiku? Apa yang harus aku lakukan? Aku masih baru berstatus janda, itupun atas bantuan beliau. Apakah aku harus membalas kebaikannya dengan menerima perasaan sukanya padaku? Sementara aku hanya menganggap dia Bos, bahkan pantasnya Pak Kendra menjadi seorang ayah bagiku." Sauza terus berpikir dengan keras mengapa bosnya itu mengungkapkan perasaannya disaat dirinya baru saja menyandang status janda?

    "Sauza, boleh saya masuk?" Suara bariton yang baru tadi mengungkapkan perasaan cinta padanya, kini terdengar kembali, meminta ijin untuk masuk ke dalam ruangan yang biasanya tanpa harus minta ijin sudah dimasukinya. Tapi, kali ini berbeda, lelaki matang berusia 50 tahun itu, terdengar segan memasuki ruangan Sauza.

    Sauza menoleh pelan, dia seakan belum siap untuk bertatap lagi dengan lelaki penuh kharisma dan memiliki senyuman ramah itu. Tapi, bagaimanapun dia adalah bos di restoran ini, mau tidak mau Sauza tetap menyambutnya dengan sopan.

    "Silahkan, Pak, masuk," persilahkan Sauza merunduk sopan.

    "Za, ayolah, jangan bersikap kaku seperti itu. Saya datang ke sini untuk minta maaf atas kelancangan saya tadi sama kamu. Seharusnya saya tidak mengungkapkan hal gila yang tidak semestinya saya ungkapkan disaat kamu baru saja menyandang status baru. Sudah, jangan dipikirkan, ya. Saya minta maaf," ujar Pak Kendra meminta maaf atas ungkapannya tadi yang dinilai telah lancang terhadap Sauza.

    "Tidak apa-apa, Pak. Justru saya yang meminta maaf sama Bapak, sebab saya sudah banyak merepotkan Bapak," balas Sauza merasa tidak enak.

    Pak Kendra duduk di depan meja Sauza, ia menatap Sauza sejenak.

    "Minggu depan saya harus ke Bandung, untuk menghadiri pernikahan anak saya. Terpaksa saya harus tinggalkan dulu restoran ini. Kamu baik-baik di sini, ya. Kalau ada apa-apa, segera hubungi saya. Kemungkinan saya akan beberapa hari berada di Bandung sekalian menyambangi perusahaan properti saya di sana."

    Pak Kendra meletakkan sebuah kartu di atas meja Sauza, sepertinya itu merupakan kartu undangan pernikahan.

    "Oh, ya? Anak Bapak baru menikah? Memangnya Bapak memiliki anak berapa, dan anak ke berapa yang menikah nanti?" Sauza penasaran.

    "Anak saya sebetulnya ada dua, yang pertama laki-laki dan yang bungsu perempuan. Sayangnya anak pertama saya yang laki-laki sudah meninggal sejak usia empat tahun karena mengalami kebocoran jantung," terang Pak Kendra menjadi sedih.

    "Maafkan saya, Pak. Saya jadi mengingatkan tentang anak laki-laki Bapak yang sudah tiada, sekali lagi saya minta maaf," ucap Sauza merasa menyesal.

    "Tidak apa-apa, Za. Itu sudah berlalu. Lagipula saya sudah ikhlas merelakan anak laki-laki saya yang kini sudah bahagia di surga bersama mamanya. Saya sudah mengikhlaskan keduanya," jelas Pak Kendra mengenang kembali kenangan indah bersama mendiang anak laki-laki dan istrinya.

    "Anak Bapak yang perempuan baru akan menikah di Bandung, kenapa tidak menikah di sini, bukankah Pak Kendra, eum maaf, sudah hidup sendirian sejak ditinggal almarhumah istri? Apakah Bapak tidak merasa sedih hidup berjauhan dengan anak perempuan yang kini semata wayang? Maaf bukan saya ikut campur." Sauza merasa penasaran dengan anak perempuan Pak Kendra yang tidak tinggal dengan papanya.

    "Sejak mamanya meninggal beberapa tahun setelah anak laki-laki saya dipanggil duluan oleh sang Khalik, anak perempuan saya lebih memilih tinggal bersama neneknya di Bandung. Ia sangat terpukul saat ditinggalkan mamanya." Pak Kendra terlihat sangat sedih, tatap matanya kosong ke depan.

    "Eummm, sekali lagi saya minta maaf karena sudah mengingatkan Bapak pada hal-hal yang berhubungan dengan orang-orang tersayang Bapak," ulang Sauza meminta maaf karena merasa sudah mengingatkan bosnya pada orang-orang tersayangnya yang sudah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa.

    "Sudah, tidak apa-apa. Jangan pikirkan itu. Saya datang ke ruangan kamu hanya untuk memberitahu kepergian saya satu minggu kemudian ke Bandung," ujar Pak Kendra.

    Sauza sedikit lega mendengar ucapan Pak Kendra barusan.

    "Sebetulnya anak saya sudah menikah, sebulan yang lalu. Dia meminta saya datang saat resepsi pernikahan yang diselenggarakan Minggu depan," tutur Pak Kendra tanpa ditanya.

"Oh, ya?"

    Sauza tergugu, ia merasa terharu sekaligus sedih mendengar cerita anak perempuan bosnya yang sudah ditinggalkan ibunya sejak kecil menghadap sang Khalik untuk selamanya.

    "Sekali lagi saya turut sedih dan berduka cita atas duka yang dialami Bapak dan anak perempuan Bapak, meskipun kejadiannya sudah bertahun yang lalu, saya ikut terharu," respon Sauza kemudian.

    Pak Kendra tersenyum ikhlas, ia sudah mengikhlaskan anak dan istrinya bahagia di alam abadi. "Tidak apa-apa, Za. Saya sudah katakan bahwa saya sudah ikhlas. Baiklah, kalau begitu saya keluar dulu, ya. Jangan lupa makan siang kamu, Za. Kali ini saya tidak bisa makan siang bareng sama kamu, sebab saya ada janji dengan seorang rekan bisnis dari luar kota. Kami ada kerja sama dalam perusahaan," tutur Pak Kendra seraya bangkit dan berpamitan dari ruangan Sauza, lalu keluar dari ruangan itu.

    Sauza menatap kepergian Pak Kendra dari kursi kebesarannya. Melihat pria matang itu berjalan, Sauza seolah merasakan kehampaan yang dalam yang saat ini sedang dirasakan bosnya itu. Akan tetapi pria berusia matang itu, berusaha menyembunyikan semua. Sauza kembali menduduki kursinya, matanya mengarah ke atas mejanya.

    "Kartu undangan milik Pak Kendra, sepertinya Pak Kendra lupa dan meninggalkannya. Aku harus segera mengejarnya dan mengembalikan pada Pak Kendra," putus Sauza seraya bangkit dan meraih kartu undangan mewah itu dari atas mejanya.

    Sejenak Sauza menatap lekat kartu undangan itu sembari iseng melihat siapa nama kedua mempelai.

    "Mira Almaira dan Bima Remasol?" gumamnya saat membaca nama kedua mempelai di dalam kartu undangan itu. Sauza berdiri mematung, ia seakan tidak asing dengan kedua nama itu.

    Sauza melanjutkan kembali membaca tulisan di dalam kartu undangan mewah itu untuk menghilangkan rasa penasarannya. Apakah Mira memang anaknya Pak Kendra, bosnya.

    "Mira Almaira anak dari Bapak Kendra Kafeela dan almarhumah Ibu Sely. Ternyata benar, Mira di sini merupakan anak dari Pak Kendra, tidak lain Mira mantan sahabatku yang kini sudah menjadi pengkhianat dalam hidupku," gumam Sauza lagi lirih.

    "Mira dan Mas Bima, kalian benar-benar pengkhianat. Kini, apa yang menjadi angan-angan kalian akhirnya tercapai," desis Sauza seketika sedih sekaligus marah.

    Keberadaan kartu undangan yang ternyata milik Bima dan Mira, mantan sahabatnya, membuat Sauza sedih dan kembali menangis. Bagaimana tidak, kenangan buruk kembali membayang dalam kepalanya tanpa bisa dicegah. Meskipun Sauza sudah merelakan Bima, akan tetapi rasa sakit itu akan terus ada selama bayang-bayang pengkhianatan keduanya masih muncul dalam pelupuk matanya.

    Kadang, dalam benak Sauza terlintas ingin balas dendam, tapi dia tidak mau melibatkan tangan dan anggota tubuhnya. Lantas balas dendam seperti apa yang dimaksud Sauza, yang tanpa melibatkan tangan dan anggota tubuhnya itu? Sauza berpikir keras sehingga sebuah ide gila tiba-tiba muncul dalam kepalanya.

Terpopuler

Comments

Sunaryati

Sunaryati

Bagaimana ya jika Pak Kendra tahu jika yang merusak rumah tangga Sauza,putrinya sendiri, apa mau mendukung? Jadi penasaran deh, reaksinya

2025-02-02

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

menikah dengan papa nya Mira 😅

2025-02-02

1

💜⃞⃟𝓛 ˢ⍣⃟ₛ Emohdimaru 💃

💜⃞⃟𝓛 ˢ⍣⃟ₛ Emohdimaru 💃

trima saja cinta pak Kendra za

2025-02-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Penemuan Struk Penginapan
2 Bab 2 Membuntuti Mobil Bima
3 Bab 3 Kepergok Akan Cek In
4 Bab 4 Aku Tidak Akan Menceraikanmu
5 Bab 5 Bima Mencari Sauza
6 Bab 6 Jabatan Bima Dicopot
7 Bab 7 Meminta Cerai
8 Bab 8 Mendapat Pekerjaan
9 Bab 9 Mulai Bekerja
10 Bab 10 Bercerai
11 Bab 11 Ungkapan Hati Sang Bos
12 Bab 12 Kartu Undangan Pernikahan
13 Bab 13 Keponakan Pak Kendra
14 Bab 14 Pernikahan Bima dan Mira
15 Bab 15 Hadiah Spesial dari Bos
16 Bab 16 Pelukan yang Tidak Diduga
17 Bab 17 Apakah Kamu Mau Menikah Dengan Saya?
18 Bab 18 Fitting Baju Pengantin
19 Bab 19 Kedatangan Mira
20 Bab 20 Pernikahan Sauza dan Pak Kendra
21 Bab 21 Kedatangan Mira dan Bima
22 Bab 22 Panggilan Mesra
23 Bab 23 Sarapan Pagi Bersama
24 Bab 24 Ada Yang Cemburu
25 Bab 25 Kelakuan Mira
26 Bab 26 Sauza Kecebur Kolam Renang
27 Bab 27 Dibongkar
28 Bab 28 Mira dan Bima Diusir
29 Bab 29 Kenyataan Tentang Pak Kendra
30 Bab 30 CEO Kendra Corporation Yang Baru
31 Bab 31 Kedatangan Orang dari Masa Lalu
32 Bab 32 Seorang Istri CEO
33 Bab 33 Sauza Berbohong
34 Bab 34 Seperti Ada Yang Hilang
35 Bab 35 Perdebatan Yang Bocor
36 Bab 36 Jamal Ketinggalan HP
37 Bab 37 Mantan Besan dan Mantan Mertua
38 Bab 38 Mirip Sauza
39 Bab 39 Pertemuan Kembali Bima dan Sauza
40 Bab 40 Kepulangan Bima ke Bandung
41 Bab 41 Harapan Jamal
42 Bab 42 Kedatangan Mira
43 Bab 43 Perkelahian Sauza dan Mira
44 Bab 44 Hikmah Kelalaian Sarah
45 Bab 45 Kemarahan Pak Kendra Terhadap Mira
46 Bab 46 Meeting Dadakan
47 Bab 47 Menjebloskan Mira ke Dalam Penjara
48 Bab 48 Muak Dengan Mira
49 Bab 49 Diam-Diam Berobat
50 Bab 50 Pak Kendra Ke Australia
51 Bab 51 Tiba-tiba Pak Kendra Mendatangi Jamal
52 Bab 52 Kabar Duka Pak Kendra
53 Bab 53 Jamal Bercerita
54 Bab 54 Menjumpai Sauza
55 Bab 55 Bukti-Bukti Kuat Di Dalam Berkas
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Penemuan Struk Penginapan
2
Bab 2 Membuntuti Mobil Bima
3
Bab 3 Kepergok Akan Cek In
4
Bab 4 Aku Tidak Akan Menceraikanmu
5
Bab 5 Bima Mencari Sauza
6
Bab 6 Jabatan Bima Dicopot
7
Bab 7 Meminta Cerai
8
Bab 8 Mendapat Pekerjaan
9
Bab 9 Mulai Bekerja
10
Bab 10 Bercerai
11
Bab 11 Ungkapan Hati Sang Bos
12
Bab 12 Kartu Undangan Pernikahan
13
Bab 13 Keponakan Pak Kendra
14
Bab 14 Pernikahan Bima dan Mira
15
Bab 15 Hadiah Spesial dari Bos
16
Bab 16 Pelukan yang Tidak Diduga
17
Bab 17 Apakah Kamu Mau Menikah Dengan Saya?
18
Bab 18 Fitting Baju Pengantin
19
Bab 19 Kedatangan Mira
20
Bab 20 Pernikahan Sauza dan Pak Kendra
21
Bab 21 Kedatangan Mira dan Bima
22
Bab 22 Panggilan Mesra
23
Bab 23 Sarapan Pagi Bersama
24
Bab 24 Ada Yang Cemburu
25
Bab 25 Kelakuan Mira
26
Bab 26 Sauza Kecebur Kolam Renang
27
Bab 27 Dibongkar
28
Bab 28 Mira dan Bima Diusir
29
Bab 29 Kenyataan Tentang Pak Kendra
30
Bab 30 CEO Kendra Corporation Yang Baru
31
Bab 31 Kedatangan Orang dari Masa Lalu
32
Bab 32 Seorang Istri CEO
33
Bab 33 Sauza Berbohong
34
Bab 34 Seperti Ada Yang Hilang
35
Bab 35 Perdebatan Yang Bocor
36
Bab 36 Jamal Ketinggalan HP
37
Bab 37 Mantan Besan dan Mantan Mertua
38
Bab 38 Mirip Sauza
39
Bab 39 Pertemuan Kembali Bima dan Sauza
40
Bab 40 Kepulangan Bima ke Bandung
41
Bab 41 Harapan Jamal
42
Bab 42 Kedatangan Mira
43
Bab 43 Perkelahian Sauza dan Mira
44
Bab 44 Hikmah Kelalaian Sarah
45
Bab 45 Kemarahan Pak Kendra Terhadap Mira
46
Bab 46 Meeting Dadakan
47
Bab 47 Menjebloskan Mira ke Dalam Penjara
48
Bab 48 Muak Dengan Mira
49
Bab 49 Diam-Diam Berobat
50
Bab 50 Pak Kendra Ke Australia
51
Bab 51 Tiba-tiba Pak Kendra Mendatangi Jamal
52
Bab 52 Kabar Duka Pak Kendra
53
Bab 53 Jamal Bercerita
54
Bab 54 Menjumpai Sauza
55
Bab 55 Bukti-Bukti Kuat Di Dalam Berkas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!