NAGA HITAM PENGHUNI PUNCAK BULAN

Setelah melakukan perjalanan selama tiga hari tiga malam, akhirnya Alana tiba di hadapan sebuah hutan yang kelam dan penuh misteri. Hutan itu bukan sembarang tempat hutan itu bagaikan lorong menuju dunia lain. Pohon-pohonnya menjulang tinggi seperti tangan raksasa yang ingin mencakar langit, dan dari sela-selanya, kegelapan mengalir seperti kabut maut yang membisikkan ancaman pada siapa pun yang mendekat.

Aura dari hutan itu begitu mencekam gelap, jahat, dan menindas. Tak heran jika banyak orang memilih berbalik arah sebelum benar-benar menginjakkan kaki di dalamnya.

Namun, Alana hanya tersenyum tipis, seolah menikmati tantangan yang dilemparkan oleh alam itu sendiri.

“Pantas saja... Banyak yang takut jika sudah berurusan dengan tempat ini,” gumamnya lirih. Suaranya tenang, namun mengandung kekuatan. “Aura hutan ini benar-benar mengerikan.”

Ia melangkah pelan, memperhatikan sekeliling. Tak ada suara burung, tak ada desir angin. Segalanya sunyi, seperti dunia yang dilupakan oleh cahaya.

Begitu ia memasuki hutan, sinar matahari seketika menghilang, terhalang oleh rimbunnya dedaunan yang saling berkelindan di atas langit-langit hutan. Pepohonan berdiri rapat, seolah ingin menutup jalan pulang. Dari waktu ke waktu, Alana berpapasan dengan makhluk-makhluk iblis. Tapi tak satu pun yang berani menyentuhnya. Mereka hanya memandangi sosoknya dengan mata penuh ketakutan, lalu lari terbirit-birit, kalah oleh aura yang menyelimuti dirinya.

Semakin dalam Alana melangkah, semakin kuat tekanan yang dirasakannya. Udara menjadi berat, setiap tarikan napas seperti menghirup beban seribu kutukan.

“Kau menantangku?” bentaknya pelan, suaranya menggema dan mengguncang udara di sekelilingnya.

Alana lalu melepaskan lima puluh persen dari aura kegelapannya. Tanah bergetar halus, dan angin yang semula diam kini mengamuk, berputar mengitari tubuhnya. Dengan mata yang tajam, ia mencoba menelusuri arah dari mana aura kegelapan itu berasal.

“Sepertinya... dari sana,” ucapnya sembari tersenyum tipis. Senyum yang tidak mengandung kehangatan, melainkan nyala dingin dari kekuatan yang menakutkan.

DIa melesat secepat angin, dan beberapa saat kemudian, Alana tiba di sebuah area terbuka di tengah hutan. Di sanalah, dia melihat sumber aura tersebut.

Seekor naga hitam berdiri megah, tubuhnya besar dan sisiknya berkilauan seperti batu obsidian. Matanya menyala merah, dan dari napasnya mengalir kabut hitam. Makhluk itu menatap tajam ke arah Alana, jelas menyadari kehadiran gadis itu jauh sebelum ia tiba.

“Siapa kau?” tanya naga itu waspada. “Bagaimana mungkin manusia bisa mencapai tempat ini?”

DIa heran. Manusia biasa bahkan tak sanggup menapakkan kaki sejauh ini, karena hutan penuh dengan binatang iblis yang akan mencabik mereka sebelum sempat melihat cahaya matahari terakhir. Tapi gadis ini... bahkan tanpa luka atau goresan sedikit pun, ia melenggang masuk seperti ratu yang pulang ke wilayah kekuasaannya.

Dari aura dan ketenangan gadis itu, naga tahu dia sedang berhadapan dengan entitas yang tak bisa diremehkan. Bahkan, mungkin lebih kuat dari para petarung raja... mungkin, dewa.

Alana tersenyum, lalu berkata, “Hey, apa yang dilakukan makhluk abadi dari Alam Kegelapan di dunia bawah seperti ini?”

Pertanyaan itu membuat naga itu terkejut. dia mundur beberapa langkah , ekornya menyapu tanah yang mengeras.

“Bagaimana kau tahu bahwa aku berasal dari Alam Kegelapan?” tanyanya dengan mata menyipit penuh selidik.

Alana hanya mengangkat bahu, lalu dengan lembut ia melepaskan kembali aura kegelapannya. Namun kali ini berbeda—dari tubuhnya memancar cahaya hitam keemasan, aura yang bahkan mampu mengguncang jiwa. Aura itu bukan hanya milik makhluk kegelapan biasa. Itu adalah aura darah kerajaan... darah dari para penguasa alam kegelapan

Melihat itu, sang naga langsung bersujud. Kepala dan tubuhnya menunduk sedalam mungkin.

“Maafkan yang rendahan ini, Ratu…” suaranya gemetar, penuh ketakutan dan penghormatan. Ia tak menyangka bahwa penyamarannya akan terbongkar bukan oleh pasukan istana, melainkan oleh penerus tahta itu sendiri.

Alana berjalan mendekat, rambutnya tertiup angin yang berputar mengelilinginya. Ia tampak tenang, tapi auranya mencengkeram langit dan bumi.

“Sudahlah, Paman Naga. Aku tak mempermasalahkan itu,” ucapnya lembut, namun tetap berwibawa. “Tapi, katakan padaku. Apa yang menyebabkan makhluk abadi sepertimu meninggalkan Alam Kegelapan dan datang ke dunia bawah ini?”

Sang naga menelan ludah, lalu perlahan mengangkat wajahnya. Di hadapan gadis itu, dia tidak bisa berbohong. Di matanya, terpancar bayangan sang penguasa lama... dan kini, pewarisnya telah berdiri di sini.

Setelah menatap Alana sejenak, naga hitam itu pun menundukkan kepala dan menghela napas panjang, seakan ingin melepaskan beban berat dari dalam dadanya. Suaranya lirih dan dalam, menggema seperti riuh angin di lembah sunyi.

"Aku… tidak bermaksud turun ke dunia bawah. Semua ini berawal dari kesalahan yang tak pernah kuharapkan."

Mata sang naga tampak sayu, pancaran nyala hitamnya meredup seperti bara yang kelelahan diterpa angin malam.

"Aku hanya ingin memberi pelajaran pada salah satu menteri istana yang sombong. Tapi… seranganku terlalu kuat. Aku kehilangan kendali, dan dia tewas seketika. Raja Zeus murka. Tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan, aku dihukum pengasingan selama seribu tahun."

Alana menatapnya dalam diam. Dalam sorot matanya, ada rasa iba tersembunyi, tapi tak ditampakkannya secara gamblang.

“Seribu tahun…” gumam Alana pelan, seperti menyelami hening yang menggulung cerita kelam naga itu.

“Namun aku tahu pengasingan itu akan menjadi penjara sepi yang membusuk perlahan. Jadi sebelum hari penghukumanku, aku melarikan diri. Terbang jauh… ke dunia bawah ini.”

Hening sesaat membungkus percakapan itu, sebelum akhirnya Alana kembali bersuara.

“Lalu, kenapa kau menebar teror pada orang-orang yang ingin masuk hutan ini?” tanyanya, suaranya tenang, namun tajam seperti angin dingin pagi hari.

Naga itubMokuzo menunduk dalam, tubuh besarnya bergetar kecil karena rasa malu.

“Maafkan saya, Ratu. Saya hanya… ingin menjaga agar tak ada keributan di dunia bawah. Jika banyak orang tahu ada makhluk abadi sepertiku di sini, mereka akan berperang, mencoba menangkapku, menyiksaku, memperdagangkanku seperti harta karun.”

Alana terdiam. Senyum tipis terbit di wajahnya, senyum yang tak dapat diartikan sebagai tawa atau iba.

“Sebenarnya, aku hanya penasaran saja. Hutan ini disebut-sebut sebagai tempat kutukan. Banyak yang mati atau menghilang saat mencobanya. Tapi ternyata… yang mereka takuti hanya kau.” Nada suaranya menggoda, seperti desir air sungai yang mengalir di antara bebatuan.

Mokuzo menunduk malu, meski sulit dipercaya makhluk sebesar itu bisa menunjukkan rasa canggung seperti manusia.

“Maafkan saya, Ratu…” ucapnya lagi, nyaris berbisik.

“Panggil aku Alana saja. Aku belum punya istana di dunia bawah ini, dan tak perlu ada yang tahu siapa aku sebenarnya.”

Mata sang naga berbinar sedikit. “Kalau begitu… izinkan aku menjadi pengikutmu, nona . Hidup dalam kesunyian ribuan tahun di hutan ini sangatlah menyiksa. Aku ingin mengabdi padamu. Aku ingin punya tujuan.”

Alana memandangnya, menilai kesungguhan dalam suara dan tatapannya. “Kau yakin?”

“Aku bersumpah demi jiwa naga, aku sungguh-sungguh.”

“Baiklah, Mokuzo. Tapi ingat, di dunia bawah ini… kita harus hidup dalam diam. Jangan panggil aku ‘ratu’. Panggil aku Alana saja.”

Tanpa menunggu lebih lama, Alana mengangkat tangan kanannya dan cincin penguasa di jarinya bersinar lembut. Dalam sekejap, Mokuzo berubah menjadi cahaya dan terserap ke dalam cincin itu.

“Kau akan tinggal di dalam sini. Saat aku memanggilmu, datanglah.”

Dari dalam cincin, Mokuzo melihat sekelilingnyangunungan emas, barang-barang langka, dan cahaya magis yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Sepertinya Ratu… maksudku, nona alana … lebih kaya dari Raja Zeus,” ucapnya geli sambil tertawa kecil.

Di sisi lain dunia, di Klan King, suasana jauh berbeda. King Yuna yang telah pulih dari luka batinnya sedang duduk bersama sekelompok orang berpakaian serba hitam. Wajah mereka tertutup, hanya mata mereka yang tampak tajam dan penuh siasat.

“Kau memanggil kami, Kalajengking Hitam. Apa tujuanmu?” tanya salah satu dari mereka, pemimpinnya, dengan suara parau seperti guruh yang tertahan.

“Aku ingin gadis itu mati,” jawab Yuna datar, tapi sorot matanya menyimpan dendam yang membara.

“Gadis siapa?”

“Anak dari ketua pertama. Saat ini, King Kenzo sedang menjalankan misi jauh. Tak ada yang bisa melindunginya. Waktu kalian untuk membunuhnya… adalah malam ini.”

Para pembunuh itu saling pandang.

“Apa yang membuatmu yakin kami akan melakukannya?”

Yuna hanya tersenyum. Dari balik jubahnya, ia mengeluarkan kantung kain berisi 500 koin emas, lalu melemparkannya ke tengah meja. Dentingan logam mengisi ruangan, dan mata para pembunuh berkilat rakus.

“Baiklah,” ucap pemimpinnya. “Walau tak ada masalah pribadi, kami akan pastikan dia tak akan melihat matahari esok hari.”

Mereka pun melesat menuju kediaman ketua pertama. Malam menggulung bumi dalam selimut hitam, dan bayang-bayang menjadi teman setia para pembunuh.

“Apakah ini rumahnya?” tanya salah satu dari mereka, melihat bangunan tua di ujung hutan kecil.

“Sepertinya benar,” jawab rekannya.

Seorang dari mereka maju untuk mengecek. Namun saat langkahnya memasuki gerbang, tubuhnya langsung membeku dan terbakar dalam waktu yang sama. Mata terbelalak, tubuh kaku, bibir mengatup bisu. Di satu sisi, kulitnya biru membeku, di sisi lain merah menyala dengan asap tipis mengepul.

“Celaka…” ucap salah satu dari mereka, mendekat dan menelan ludah melihat kondisi rekannya yang mengerikan.

Setengah tubuh terbakar, setengah lagi membeku. Kematian yang tidak wajar penghalang ini bukan sembarang pelindung.

Dia menyeret mayat rekannya keluar dengan tangan yang mulai terasa panas dan dingin dalam waktu bersamaan, walau sudah dilapisi energi qi.

“Kita kembali ke markas,” ucap pemimpinnya datar.

“Bagaimana dengan misinya? Kita sudah ambil uangnya…” protes salah satu.

“Tak masalah. Dia hanya gadis biasa. Dia tak akan menuntut kembali uangnya.”

Namun dalam hati, pemimpin itu menyimpan tanya yang dalam—Siapa sebenarnya gadis itu?

Dan angin malam pun berhembus lembut, menyimpan rahasia dan bisikan kematian yang tertunda…

" setelah ini kau pasti akan mati alana" ucap nya dengan senyum jahat yuna sangat yakin dengan lima orang sewaan nya itu ya tapi kenyataan nya apa yang dia inginkan tidak terwujud ke lima orang yang dia sewa itu jangankan membunuh melangkah ke halaman nya saja sudah mati

hallo semua selamat membaca 😍😍😍

Episodes
1 AWAL
2 IDENTITAS BARU
3 MULAI PELATIHAN
4 ORGANISASI KALAJENGKING HITAM
5 puncak bulan
6 SILUMAN API
7 NAGA HITAM PENGHUNI PUNCAK BULAN
8 BUKAN GADIS BIASA
9 kematian ketua sin kalajengking hitam
10 KEMBALI KE KLAN
11 PETARUNG DEWA TAHAP AWAL
12 TAK SEBANDING
13 PERTEMUAN KLAN kematian pemimpin klan
14 MENJADI SAUDARA
15 pendaftaran murid baru
16 LAGI LAGI BANDIT LAUT
17 PANGERAN YANG SOMBONG
18 UJIAN TAHAP 1 ( warna yang alana capai)
19 SILUMAN GORILLA
20 UJIAN TAHAP 2
21 pemuda dari alam neraka
22 orang aneh
23 PETUNJUK TENTANG IBU
24 KEKACAUAN
25 RENCANA KAISAR
26 JANGAN MACAM MACAM DENGAN KU
27 KEMARAHAN ALANA
28 KEMATIAN KAISAR LONG DAN IBLIS GRASELA
29 KEBENARAN
30 UJIAN TAHAP KE 3 bagian 1
31 ujian tahap 3 bagian 2
32 ujian tahap 3 bagian 3
33 Rencana weiheng ( kepala keluarga gong)
34 PEDANG SALJU
35 memulai rencana
36 BERSELISIH TEGANG
37 kalian ingin berperang dengan ku
38 keputusan alana
39 PEPERANGAN #1
40 PEPERANGAN #2
41 KEDATANGAN SEKUTU
42 kekalahan bangsawan gong dan kekaisaran
43 KEKOSONGAN POSISI
44 PENYUSUP
45 jalan jalan
46 pelantikan
47 dilema
48 rencana pemimpin klan fu
49 malaikat maut berwajah bidadari
50 Rencana yang tersembunyi
51 kehangatan keluarga
52 memulai aksi
53 keributan kecil
54 manusia iblis bertanduk
55 akhir dari pemimpin klan fu
Episodes

Updated 55 Episodes

1
AWAL
2
IDENTITAS BARU
3
MULAI PELATIHAN
4
ORGANISASI KALAJENGKING HITAM
5
puncak bulan
6
SILUMAN API
7
NAGA HITAM PENGHUNI PUNCAK BULAN
8
BUKAN GADIS BIASA
9
kematian ketua sin kalajengking hitam
10
KEMBALI KE KLAN
11
PETARUNG DEWA TAHAP AWAL
12
TAK SEBANDING
13
PERTEMUAN KLAN kematian pemimpin klan
14
MENJADI SAUDARA
15
pendaftaran murid baru
16
LAGI LAGI BANDIT LAUT
17
PANGERAN YANG SOMBONG
18
UJIAN TAHAP 1 ( warna yang alana capai)
19
SILUMAN GORILLA
20
UJIAN TAHAP 2
21
pemuda dari alam neraka
22
orang aneh
23
PETUNJUK TENTANG IBU
24
KEKACAUAN
25
RENCANA KAISAR
26
JANGAN MACAM MACAM DENGAN KU
27
KEMARAHAN ALANA
28
KEMATIAN KAISAR LONG DAN IBLIS GRASELA
29
KEBENARAN
30
UJIAN TAHAP KE 3 bagian 1
31
ujian tahap 3 bagian 2
32
ujian tahap 3 bagian 3
33
Rencana weiheng ( kepala keluarga gong)
34
PEDANG SALJU
35
memulai rencana
36
BERSELISIH TEGANG
37
kalian ingin berperang dengan ku
38
keputusan alana
39
PEPERANGAN #1
40
PEPERANGAN #2
41
KEDATANGAN SEKUTU
42
kekalahan bangsawan gong dan kekaisaran
43
KEKOSONGAN POSISI
44
PENYUSUP
45
jalan jalan
46
pelantikan
47
dilema
48
rencana pemimpin klan fu
49
malaikat maut berwajah bidadari
50
Rencana yang tersembunyi
51
kehangatan keluarga
52
memulai aksi
53
keributan kecil
54
manusia iblis bertanduk
55
akhir dari pemimpin klan fu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!