Matahari mulai menampakkan dirnya meski masih malu malu , sinarnya yang keemasan menembus celah dedaunan, menerangi sosok seorang gadis cantik yang duduk bersila dengan mata terpejam. DIa terlihat begitu tenang, namun di sekeliling tubuhnya berputar aura hitam pekat yang meliuk-liuk seperti kabut kelam. Jika diperhatikan lebih saksama, ada semburat cahaya emas yang samar-samar berpendar di dalamnya, seolah berusaha menerangi kegelapan yang mengelilingi tubuhnya.
Perlahan, gadis itu membuka matanya dan menghela napas panjang. "Pantas saja tubuh ini tidak bisa berkultivasi. Ada sesuatu yang mengikat akar spiritualnya, menghambat aliran energi Qi," gumamnya dengan nada berat. Alana, gadis itu, mengerutkan kening, mencoba mencari cara untuk melepaskan belenggu yang mengekang dirinya, sesuatu yang tidak dia pahami asal muasalnya.
"Ah, benar! Bukankah Raja Zeus pernah mengatakan bahwa di dalam cincin ini terdapat sesuatu yang kubutuhkan? Baiklah, aku akan mencarinya!" ucapnya mantap.
dia kembali memejamkan mata, membiarkan kesadarannya tenggelam ke dalam dimensi yang asing. Saat dia membuka mata di alam tersebut, yang terlihat hanyalah hamparan luas dengan pohon-pohon rindang serta bangunan megah menjulang tinggi.
"Dimana ini? Apakah ini alam dimensi pribadiku? Ah, daripada pusing memikirkannya, lebih baik aku segera mencari apa yang kubutuhkan di sini," bisiknya seraya melangkah mendekati salah satu bangunan yang tampak paling mencolok.
Saat memasuki ruangan itu, yang pertama menyambutnya adalah deretan rak tinggi berisi tumpukan buku yang tertata rapi. Aroma khas kertas tua bercampur dengan udara sejuk dalam ruangan itu, menciptakan suasana yang mendamaikan.
"Wow... Apakah ini akan menjadi perpustakaan pribadiku?" Mata Alana berbinar penuh antusias. karena di kehidupan sebelumnya, ia memang sangat gemar membaca.
Saat sedang menikmati pemandangan buku-buku tersebut, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku tua yang terletak di tengah rak. DIa meraih buku itu dan membaca judulnya dengan suara lirih. "Segel Mawar Hitam..."
alana membuka halaman demi halaman, menyelami isi buku tersebut. "Ini dia! Kasus yang dijelaskan di sini persis seperti kondisi akar spiritualku!" Serunya penuh harap. Menurut buku itu, belenggu yang mengikat akar spiritualnya hanya bisa dilepaskan dengan meminum pil khusus bernama Pil Dua Warna.
"Baiklah, aku harus menemukannya."
Setelah menelusuri beberapa gedung, akhirnya Alana tiba di sebuah bangunan yang memiliki aroma khas tanaman herbal. "Sepertinya yang kucari ada di dalam sini," katanya seraya melangkah masuk.
Di dalamnya, yang terlihat adalah rak-rak berisi berbagai jenis pil yang tersusun rapi dalam jumlah yang tak terhitung. Kilauan cahaya dari butiran pil-pil itu menciptakan suasana magis yang memukau.
"Banyak sekali..." Alana berusaha menghitung jumlahnya, namun menyerah karena terlalu banyak.
Setelah mencari dengan cermat, akhirnya ia menemukan sebutir pil dengan warna dan corak yang sama seperti yang dijelaskan dalam buku. Dengan hati-hati, ia mengambilnya. Namun, sebelum melangkah keluar, matanya kembali tertarik pada sebuah tumpukan pil berwarna biru muda.
"Bukankah itu Pil Pembersih Tubuh?" bisiknya. DIa masih ingat karena sebelumnya sempat membaca beberapa buku tentang pil-pil spiritual.
Senyum merekah di wajahnya. "Tidak ada salahnya mengambil satu." Ia mengambil satu butir pil itu, lalu kembali ke kesadarannya.
Saat membuka mata, di tangannya kini tergenggam dua butir pil dengan warna berbeda. Tanpa ragu, ia segera menelannya dan kembali bermeditasi, membiarkan esensi pil meresap ke dalam tubuhnya.
Tiba-tiba, rasa sakit luar biasa menyerang tubuhnya. Alana menggigit bibir, mencoba menahan jeritan yang hampir meluncur dari tenggorokannya. Seakan ada ribuan jarum yang menusuk setiap inci tubuhnya, membuat keringat deras mengalir membasahi wajahnya. Ia hampir kehilangan kesadaran
"Sungguh... ini sangat menyakitkan!"
Namun, dengan tekad yang kuat, dia bertahan. alana tau , ini adalah ujian yang harus dilalui. Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, rasa sakit itu perlahan menghilang. Sebuah energi hangat mulai mengalir di dalam tubuhnya, memenuhi dantiannya dengan kemurnian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dengan napas teratur, Alana membiarkan energi itu berputar, menyatu dengan jiwanya. Malam itu, di bawah cahaya rembulan yang menembus dedaunan, sebuah transformasi telah dimulai sebuah awal dari kebangkitan yang kelak akan mengguncang dunia.
beralih ke sebuah bangunan megah di Klan King, terlihat seorang gadis cantik tengah mondar-mandir gelisah di dalam kamarnya. Matanya yang tajam menyiratkan kecemasan yang samar, namun bibirnya tetap terkatup rapat seolah menahan gejolak di dalam hatinya. Tak lama, ketukan pelan terdengar dari balik pintu. Dengan sigap, ia membukanya, memperlihatkan seorang pelayan yang berdiri membungkuk hormat di hadapannya.
"Bagaimana? Apa kau sudah memberikan makanan itu pada sampah tak berguna itu?" tanya King Yuna, putri dari penatua kedua, dengan nada penuh kesombongan. Dialah dalang di balik racun yang diberikan pada Alana.
"Sudah, Nona. Saya melihatnya sendiri dengan mata kepala saya. Sampah itu telah memakan makanan yang Anda racuni," balas pelayan itu dengan suara rendah.
King Yuna tersenyum puas, seulas kejahatan yang terselip dalam ekspresinya. "Bagus. Sekarang kau boleh pergi."
Saat pintu tertutup, tawa lirih namun penuh kebencian keluar dari bibirnya. "Hahaha… Alana, sampah sepertimu hanyalah aib bagi Klan King ini. Seharusnya kau sudah mati sejak lama."
Dari kecil, King Yuna selalu mengganggu Alana. Tak terhitung berapa kali ia mencoba menyingkirkan gadis itu, namun entah bagaimana, Alana selalu lolos dari maut. Kini, ia yakin racun yang ia berikan akan mengakhiri hidup gadis itu selamanya.
"Dengan begini, akulah satu-satunya wanita tercantik dan terkuat di Klan King ini," bisiknya penuh kemenangan, tak menyadari bahwa kenyataan akan segera mengejutkannya.
Tiga hari telah berlalu sejak Alana mulai bermeditasi. Di tempat yang sunyi dan tersembunyi, gadis itu duduk bersila, dikelilingi aura hitam yang pekat, namun di baliknya, cahaya keemasan samar mulai mendominasi. Dalam waktu singkat, ia telah mengumpulkan lima ribu lingkaran energi alam. Sebuah pencapaian yang luar biasa, mengingat orang biasa membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai hal yang sama.
"Sepertinya aku akan menerobos ke tingkat berikutnya…" gumam Alana saat merasakan kekuatan bergejolak dalam dirinya. Matanya terpejam rapat, fokus sepenuhnya pada aliran energi yang berputar liar di dalam tubuhnya.
Sekejap kemudian, ledakan energi kecil terjadi, mengguncang tanah di sekitarnya. Namun, itu hanya permulaan. Ledakan demi ledakan terus terjadi, semakin kuat, semakin dahsyat. Alam seakan bergemuruh menyaksikan kebangkitan sosok luar biasa.
Hingga akhirnya, Alana membuka matanya. Sorot tajam yang terpancar dari kedua bola matanya bagaikan kilatan petir yang mengoyak langit malam. Ia merasakan tubuhnya jauh lebih ringan, lebih kuat, lebih tak terbendung.
"Hah, hanya sampai di tingkat ini saja?" gumamnya dengan nada kecewa. Padahal, kini ia telah mencapai tingkat Petarung Raja tingkat lima, sebuah pencapaian yang setara dengan para pemimpin klan. Jika orang lain mendengarnya, mereka pasti akan muntah darah mendengar betapa meremehkan nada suaranya.
Namun, bagi Alana, ini barulah permulaan. Badai telah bangkit. Dan dunia belum siap menghadapi kebangkitannya.
Sementara untuk tingkatan kekuatan ada beberapa yaitu
- petarung perunggu
( di bagi menjadi tiga tingkatan)
- petarung perak
( di bagi menjadi tiga tingkatan)
- petarung junior
(di bagi menjadi tiga tingkatan)
- petarung senior
( di bagi menjadi empat tingkatan)
- petarung raja
( di bagi menjadi sembilan tingkatan )
- petarung dewa
( di bagi menjadi sembilan tingkatan)
- dan petarung misteri
( di bagi menjadi lima tingkatan )
untuk tingkatan misteri tidak semua orang dapat mencapainya bahkan para kultivator ya ada di alam dewa dan alam neraka saja hanya bisa mencapai petarung dewa tingkat lima
dan untuk di dunia bawah yg saat ini alana tinggali hanya petarung raja tingkat tujuh itupun hanya ada dua orang yaitu kaisar yan pemimpin kekaisaran ling dan kaisar zo lang kekaisaran liu
" Sepertinya aku harus berlatih lebih keras lagi agar bisa menjadi lebih kuat dari ini. Namun, sebelum itu, aku harus mandi terlebih dahulu "
pikir Alana sambil menatap tubuhnya yang dipenuhi keringat dan cairan hitam yang menjijikkan. Mungkin itu adalah efek dari Pil Pembersih Tubuh yang telah bereaksi, mengeluarkan semua kotoran dan racun dari dalam dirinya.
Setelah selesai membersihkan diri, dia mengenakan pakaian yang menurutnya sangat kuno. Namun, saat melihat bayangannya di cermin, matanya melebar tak percaya.
"Tunggu… apakah ini aku?" bisiknya dengan nada takjub.
alana membolak-balikkan wajahnya di depan cermin. Mata sipit yang tajam, hidung mancung sempurna, bibir tipis nan indah, dan kulit sehalus batu giok yang bercahaya di bawah sinar lentera. Wajahnya yang baru ini bahkan jauh lebih cantik dibanding kehidupannya sebelumnya.
"Apakah ini efek dari Pil Pembersih Tubuh? Atau memang sejak awal aku sudah secantik ini?" gumamnya dengan seringai kecil, memandangi refleksi dirinya dengan penuh kekaguman.
Mengingat sesuatu, Alana tersentak.
"Ah! Bukankah hari ini adalah hari kepulangan Ayah setelah menyelesaikan misi klan? Sebelum menemuinya, aku ingin berjalan-jalan dan melihat bagaimana suasana di Klan king ini," ucapnya dengan senyum manis senyum yang menyimpan sesuatu yang menyeramkan.
Namun, sebelum itu, dia menyembunyikan aura dan tingkat kultivasinya. Salah satu keistimewaan dari Cincin Penguasa adalah kemampuannya untuk menyamarkan hawa pembunuh serta level kultivasi pemiliknya.
"Baiklah, saatnya keluar dan menghirup udara segar!" ujar Alana penuh semangat.
Namun, saat membuka pintu, alana terkejut mendapati pelayannya berdiri di depan kamar dengan wajah cemas.
"Apa yang Bibi lakukan di depan kamar saya?" tanya Alana dengan alis sedikit terangkat.
"M-maaf, Nona… Saya hanya khawatir dengan kondisi Nona, karena selama tiga hari ini, Nona selalu mengurung diri di kamar dan bahkan tidak makan sama sekali," jawab Bibi Ming jujur.
Sebagai seorang kultivator, tidak makan selama tiga hari memang bukan masalah besar. Bahkan, ada yang mampu bertahan hingga sebulan tanpa makan, tergantung tingkat kultivasinya.
"Bukankah Bibi bisa melihat sendiri? Aku baik-baik saja. Oh iya, aku ingin keluar sebentar untuk berjalan-jalan di sekitar klan. Tolong siapkan sarapan," kata Alana santai.
"Baiklah, Nona Alana. Saya akan segera menyiapkan sarapan untuk Nona."
Saat keluar dari paviliun tempat tinggalnya, dia merasakan tatapan merendahkan dari orang-orang di sekelilingnya. Mereka memandangnya seakan-akan dirinya adalah sampah tak berguna. Namun, Alana tidak peduli. DIa terus melangkah dengan tenang, angin membelai rambut panjangnya yang kini tampak lebih berkilau dan sehat.
Langkahnya membawanya ke sebuah bangunan megah dengan pilar kokoh berukiran naga Perpustakaan Klan Kim. Rasa penasaran menyelimutinya, mendorongnya untuk melangkah mendekat.
Namun, sebelum ia bisa memasuki gedung tersebut, dua penjaga di depan pintu segera menghalanginya. Alana menaikkan satu alis.
"Bukankah ini tempat umum? Aku juga bagian dari Klan King. Kenapa aku dilarang masuk?" tanyanya dengan suara dingin dan tatapan tajam.
Salah satu penjaga terkekeh meremehkan. "Nona Muda Yuna dan Tuan Muda Xian sedang ada di dalam. Orang rendah seperti kau tidak pantas duduk satu atap dengan mereka. Sebaiknya kau kembali ke kediamanmu."
Mereka berani berkata seperti itu karena tahu bahwa Alana adalah seseorang yang tidak bisa berkultivasi. Namun, mereka tidak sadar bahwa Alana yang sekarang bukanlah Alana yang dulu.
Amarah membakar dalam dirinya. Tanpa ragu, dia melepaskan sedikit aura kegelapan miliknya. Seketika, kedua penjaga itu berlutut, tubuh mereka bergetar hebat.
"Orang rendahan seperti kalian tak pantas berbicara seperti itu di hadapanku." Suara Alana terdengar dingin, menusuk hingga ke sumsum tulang belakang.
Dengan gerakan cepat, alana mengayunkan tangannya, menghempaskan kedua penjaga itu masuk ke dalam ruangan. Tubuh mereka membentur dinding dengan keras, terdengar suara tulang yang retak.
Di dalam perpustakaan, King Yuna dan King Xian yang sedang membaca segera berlari keluar, mengira ada serangan dari musuh. Namun, yang mereka temui hanyalah Alana yang berdiri dengan tenang, menatap mereka dengan senyum yang mencurigakan.
Mata King Yuna membelalak tak percaya.
"Bukankah… seharusnya dia sudah mati?" gumamnya tak percaya.
"Selamat siang, Yuna Jeje. Lama tidak bertemu," sapa Alana dengan senyum manis yang justru terlihat mengerikan di mata Yuna.
"Kau… sampah sepertimu berani memanggilku Jeje?!" King Yuna menggertakkan giginya, tubuhnya gemetar bukan hanya karena marah, tetapi juga karena tatapan tajam Alana yang menusuk jiwanya.
King Xian yang berdiri di samping Yuna ikut angkat bicara. "Kau berani membuat keributan dengan menyerang penjaga perpustakaan klan?!"
Alana hanya tertawa kecil. "Mereka menghalangiku masuk. Apa aku salah?"
King Yuna yang geram langsung melesat menyerangnya. Namun, Alana dengan mudah menghindar.
"Pukulan seperti itu tidak akan bisa menyentuhku."
Dengan satu pukulan ringan, Alana menghantam King Yuna, membuatnya terpental ke belakang dan menabrak dinding. Darah mengalir dari hidungnya.
King Yuna terengah-engah, tak percaya bahwa seseorang yang ia anggap sampah mampu menjatuhkannya hanya dengan satu serangan.
Keributan ini menarik perhatian para murid klan. Mereka berbondong-bondong datang, penasaran dengan apa yang terjadi.
"Bukankah itu Senior Yuna? Apa yang terjadi padanya?"
"Dan lihatlah… anak sampah dari Ketua Pertama! Kenapa dia ada di sana?!"
King Xian yang marah segera mengeluarkan pedang biru dari Cincin Semestanya dan bersiap menyerang.
"Aku akan membayar apa yang telah kau lakukan pada sepupuku. Sampah sepertimu sama saja dengan ayahmu itu!"
Mendengar ayahnya dihina, ekspresi Alana berubah dingin.
"Jangan berani-berani menghina ayahku." Suaranya berat, auranya menekan hingga beberapa murid yang melihatnya jatuh pingsan.
King Xian menyerang dengan cepat. Namun, Alana dengan mudah menghindar dan membalas dengan satu pukulan ke perutnya. Tubuh King Xian terpental ke belakang, jatuh tak sadarkan diri.
Ketua Keempat yang sejak tadi mengamati, kini turun tangan. "Kau berani sekali melukai muridku!" teriaknya, melepaskan aura Raja Tingkat Satu.
Namun, ketika Alana mengungkapkan kekuatan sejatinya, semua orang terkejut.
"Petarung Raja Tingkat Lima?!"
Ketua Keempat menatapnya dengan mata penuh ketakutan. Namun, pedangnya sudah terhunus, siap menyerang…
Melihat hal itu, Alana tidak mau kalah. DIa menghunus pedang hitamnya, yang seolah-olah menghirup kepekatan malam, lalu menerjang Ketua Keempat dengan kekuatan yang mengguncangkan udara.
Aura kematian merambat dari bilah pedangnya, menciptakan ketakutan yang menusuk sanubari setiap orang di sekitarnya. Kedua murid penjaga perpustakaan, yang kini telah sadar, hanya bisa meneguk ludah, wajah mereka pucat pasi.
"Seharusnya kita tidak menyinggung Nona Alana..."
"Semoga Nona Alana mau memaafkan kita..."
Benturan pedang mereka menghasilkan dentuman dahsyat, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang ruangan. Dalam sekejap, pedang Ketua Keempat patah menjadi dua, terpental dan menabrak tembok, membuat pemiliknya muntah darah.
DIa memandang Alana dengan gemetar, seolah melihat sosok Ratu Kegelapan yang turun ke dunia fana.
"Hari ini, jangan kalian pikir Alana akan diam saja saat direndahkan dan diganggu. Dan lagi, jangan membuat masalah denganku... atau kepala kalian akan lepas dari badan," ucap Alana dengan suara dingin sebelum berbalik meninggalkan tempat itu.
"Apakah dia benar-benar Alana?" gumam King Sin, tak percaya.
"Sebaiknya kita tidak lagi mengganggu Nona Alana," sahut yang lain dengan nada penuh ketakutan.
"Iya... lebih baik begitu..."
Mereka pun membubarkan diri, meninggalkan area yang kini dipenuhi ketegangan. Kini, hanya tersisa King Xian, Ketua Keempat, dan King Yuna yang masih tak sadarkan diri.
"Guru, apakah Guru baik-baik saja?" tanya King Xian dengan cemas.
"Aku tidak apa-apa. Lebih baik kita segera membawa Yuna ke ruang kesehatan," jawab Ketua Keempat dengan suara lemah.
Sementara itu, Alana telah tiba di paviliun ayahnya. Begitu ia melangkah masuk, pelayan setianya, Bibi Ming, segera menyambutnya dengan penuh hormat.
"Apakah Ayah sudah kembali?" tanya Alana, suaranya terdengar lembut namun tetap penuh kewibawaan.
"Belum, Nona. Mungkin Tuan akan datang malam nanti," jawab Bibi Ming dengan sopan.
"Oh iya, Nona, sarapan yang Anda pesan sudah siap di ruang makan."
Alana menghela napas. "Ah, Bibi, sepertinya aku ingin beristirahat sebentar. Aku lelah."
Ia kemudian melangkah menuju kamarnya tanpa menunggu jawaban, meninggalkan Bibi Ming yang hanya bisa menggelengkan kepala.
"Sejak insiden itu, rasanya seperti melihat orang lain dalam diri Nona Alana..."
Di dalam kamarnya, Alana duduk bersila dan memejamkan matanya. Sebuah senyum tipis namun mengerikan menghiasi bibirnya. "Ini baru permulaan... dan untuk ke depannya, aku akan memperlihatkan siapa Alana yang sesungguhnya, terutama padamu, Pemimpin Klan..."
Ia mulai bermeditasi, merasakan energi murni mengalir dalam tubuhnya, mengukir jalur kekuatan yang semakin kokoh.
Di luar sana, kegemparan telah menyebar seperti api yang menjilat hutan kering. Seluruh klan dikejutkan oleh kenyataan bahwa Alana, gadis yang selama ini mereka anggap sampah, telah berhasil mengalahkan King Yuna, King Sin, bahkan Ketua Keempat. Yang lebih mengejutkan, ia kini telah mencapai tingkat Petarung Raja Tingkat Lima.
"Hei, apa kau serius? Sepertinya kau kurang tidur. Bagaimana mungkin sampah itu bisa menjadi kuat dan mengalahkan mereka bertiga?" ucap seseorang dengan nada tak percaya.
"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Kalau tidak percaya, ya sudah!" jawab yang lain dengan kesal, lalu berlalu pergi, meninggalkan rekan-rekannya yang masih terpaku dalam kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Libny Aylin Rodríguez
Kagum!
2025-01-23
1