Bagian 20

"Jadi...apa yang sudah terjadi selama ini?" Sam duduk di samping kursi yang ditempati Selena dengan membawa dua botol minuman bersoda.

Menuju musim panas, hujan menjadi lebih sering turun. Selena menikmati setiap cipratan air yang sesekali tertiup angin dan menyentuh kulitnya. "Kurasa kau bisa menebak apa yang terjadi."

Sam membuka kaleng sodanya dan mengangkat alis. "Memangnya aku cenayang?" Pria itu meneguk sodanya sebentar. "Tapi pria itu tak macam-macam, kan?"

"Macam-macam seperti apa?"

Sam mendesah. "Seperti—menyentuhmu."

Selena mendelik. Sedetik kemudian, ia kembali memalingkan wajah dengan pipi yang merona. Pikirannya melayang pada kejadian dimana Eros menciumnya dengan paksa dan itu adalah ciuman pertamanya.

"Hei." Sam mengibas di depan wajah Selena. "Kau...tidak mungkin." Pria itu menggeleng pelan saat menyadari wajah Selena yang merona.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan," sanggah Selena cepat.

"Memang apa yang kupikirkan?"

Selena mengibas. "Sudahlah, jangan dibahas." Ia membuka kaleng soda dan meneguknya untuk mengalihkan perhatian Sam yang masih menatapnya dengan curiga. "Apalagi?" tanya Selena sewot.

Sam mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Kau masih memiliki perasaan padanya?"

Selena tersedak. Soda berperisa jeruk tampak sedikit tumpah mengenai pakaiannya. "Apa maksudmu?!"

Sam mengerling. "Kau masih mencintai pria itu, kan? Setiap kali aku mengingat perlakuannya padamu, aku heran kenapa kau masih mau membantunya. Padahal biarkan saja dia mat—"

"Sam," potong Selena penuh peringatan. "Aku tidak sama seperti Eros."

Sam menghela napas. "Tentu saja, aku tahu hal itu. Maksudku, tak adil bagimu jika kau masih mempedulikannya."

Selena terdiam. Memilih untuk tak menjawab dan meneguk sodanya kembali. Ia tidak bisa. Sungguh tidak bisa membalaskan rasa sakitnya. Bagaimanapun, membalas dendam itu tak pernah dibenarkan.

***

Eros duduk menyandar di kepala ranjang sambil menatap air hujan yang membasahi jendela kamar inapnya. Ia sudah dipindahkan ke ruang VVIP.

Beberapa menit lalu ia masih terlelap dan terbangun tanpa ada satupun orang yang menemaninya disana. Tapi Eros tahu, bahwa Alex menatapnya penuh khawatir dari balik jendela buram, bersama Emilia yang terus mengusap bahunya berulang kali.

Alex akan selalu memiliki orang yang menyayanginya. Ayahnya, ibunya, bahkan Emilia. Siapa yang tak akan terpikat dengan Alex? Tampan, berkarisma, cerdas, tenang dan dewasa. Mungkin karena itulah Alex selalu mendapatkan apa yang sebenarnya tidak pernah ia minta. Karena orang-orang akan selalu melihat ke arahnya tanpa Alex perlu mengemis perhatian mereka.

Eros menghela napas pelan. Ia melirik pada nakas yang terletak di samping ranjang dan berniat untuk meraih air dalam gelas. Namun perhatiannya malah teralihkan pada sebuah cincin berwarna perak dan ponselnya yang tergeletak—sudah retak dibeberapa bagian.

Lalu Eros melirik jemarinya sendiri, cincin itu masih tersemat apik di jari manisnya. Ia tersenyum pahit, rupanya Selena benar-benar membuktikan ucapannya. Wanita itu pergi. Menolak terlibat lebih jauh dengannya.

Tapi mengapa Selena masih mau menolongnya? Bersikap seolah-olah membenci tapi selalu berlagak seperti pahlawan?

Eros meraih cincin milik Selena dan menatap setiap pahatannya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk memusnahkannya karena benda itu terbuat dari bahan terbaik dan berkualitas. Benar kata Selena, mengapa untuk sebuah sandiwara ia sampai berlebihan seperti itu? Ia bisa membeli satu pusat perbelanjaan dengan cincin itu.

Mengapa? Eros yakin Selena tahu bahwa ia adalah pria dengan harga diri dan ego yang tinggi. Tapi bukan itu.

Sesungguhnya Selena juga tahu bahwa Eros tidak ingin kalah dari kakaknya sendiri—juga Emilia.

Tapi Eros tak pernah sebaik itu, ia tak akan membiarkan sesuatu yang telah digenggamnya lepas lagi. Tidak untuk yang kesekian kali. Bagaimanapun caranya.

***

Leo bergegas ke kantor Eros ketika ia mendengar bahwa pria itu kecelakaan. Didapatinya Steve yang berada di ruangan Eros dengan beberapa lembar kertas dan bolpoin.

"Kau sudah tahu?!" katanya sambil menghampiri pria itu.

Steve mengangkat kepala sejenak dan kembali kembali pada kertas-kertasnya. "Kau pikir kenapa aku duduk di kursinya?"

"Kenapa kau tidak menghubungiku?"

"Aku tahu kau sibuk, Smith."

Leo menghela napas. "Baiklah, cepat selesaikan pekerjaanmu dan kita ke rumah sakit setelah ini."

Goresan tinta di kertas putih itu terhenti. Steve kembali mengangkat kepala dan menatap Leo.

"Apa?"

"Sebaiknya kau tidak usah ke rumah sakit lebih dulu."

Leo mengernyit. "Kenapa?"

Steve meraih tablet yang terletak diujung meja dan menyerahkannya pada Leo. "Apa yang sudah kau lakukan bersamanya?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.

Leo mengerjap. "Ini..."

BREAKING NEWS: PENYEBAB KECELAKAAN EROS WILLIAM KARENA TUNANGANNYA BERSELINGKUH DENGAN LEORGE SMITH?

Judul yang memakai huruf kapital itu dilengkapi dengan foto Leo bersama Selena beberapa waktu lalu.

"Apa ini?!" Leo tertawa kering.

Steve mengambil tabletnya kembali dan menghela napas. "Aksi heroikmu kali ini malah berujung petaka."

Rahang Leo mengeras. "Apa Eros yang melakukannya?"

"Dia tak akan mempermalukan dirinya untuk yang kedua kali setelah dicampakkan Emilia yang menikah dengan Alex."

Leo tersenyum kecut. Ia bisa menebak arti tatapan Steve padanya. "Semakin merepotkan saja, ya."

Terpopuler

Comments

Vida Kasim

Vida Kasim

hehehehe. ..di dunia nyata taw di dunia halu yg namanya gosip pasti ga menyenangkan.
leo Cian banget

2020-09-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!