"Maafkan aku..." Alex memegangi tangan Emilia yang duduk menyandar di kepala ranjang. "Ini semua karena kelalaianku."
Emilia tersenyum lembut sambil menggeleng lemah. "Aku yang mengingkari janjiku, aku mengatakan padamu bahwa aku akan lebih berhati-hati, tapi..." Ia tak melanjutkan perkataannya ketika Alex mengecup punggung tangannya dengan sayang.
"Baiklah, lupakan." Alex menghela napas pelan. "Kau ingin makan atau minum sesuatu?"
Emilia kembali menggeleng. "Bisakah kau kemari dan memelukku?"
Alex mengangguk. Pria itu bergerak ke atas ranjang dan memeluk Emilia. Membungkus tubuh kurus itu dengan tubuhnya yang berisi dan hangat.
"Kau tahu siapa yang menyelamatkanku?" tanya Emilia penasaran. Setidaknya ia harus mengucapkan terima kasih karena seseorang itu telah menyelamatkan nyawanya.
Alex menelan ludah. Ia tidak pernah diajarkan untuk berbohong, tapi pada kenyataannya tidak ada manusia yang tidak pernah berbohong. "Hanya seorang turis biasa, aku sudah berterima kasih padanya untuk mewakilimu."
Emilia mendongak. "Apa tidak apa-apa jika aku tak menemuinya secara langsung?"
"Hotel ini sangat besar, kita tidak tahu apakah orang itu masih disini atau tidak." Alex tersenyum tipis sambil mengecup pucuk kepala Emilia. "Tidak apa-apa, jangan dipikirkan."
***
Selena baru saja kembali dari kamar mandi ketika Eros tiba-tiba saja sudah duduk di tepi ranjang.
"Astaga!" Wanita itu memegangi dadanya karena terkejut. "Bagaimana kau bisa masuk?!"
"Kau lupa siapa yang membayar semua fasilitas ini?" sindir Eros cuek. "Cepat ganti pakaianmu," katanya sambil melirik Selena yang masih mengenakan jubah mandi. Melihat wanita itu tampak mundur beberapa langkah dengan wajah sedikit merona, Eros hanya bisa menghela napas sambil berdiri. "Aku tunggu diluar."
"Memangnya kita mau kemana?"
Eros menoleh sebelum menutup pintu. "Menjenguk calon kakak iparmu."
"Tidak mau."
Pria itu kembali berbalik lalu melangkah mendekati Selena dengan mata menyipit. "Tidak mau?"
Selena mengangguk mantap. "Aku sangat lelah hari ini, jika kau ingin menjenguknya maka pergilah sendiri."
Eros mengernyitkan kening. Pria itu tidak suka ditolak dan ia yakin Selena sangat tahu hal itu. "Kau—"
"Kenapa?" potong Selena cepat. "Kau tidak bisa menemui mereka seorang diri?" Wanita itu tertawa hambar. "Kalau begitu kembalilah ke kamarmu dan beristirahat." Ia hampir saja masuk ke kamar mandi jika Eros tak langsung berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam. "Apalagi?"
"Kau menantangku?" bisik Eros dengan nada rendahnya. "Kau tidak pernah diijinkan untuk menolak semua ucapanku. Kau tahu itu, kan?"
Selena dengan berani menatap kedua mata pria itu. "Aku mulai lelah sekarang," katanya nyaris tanpa emosi. "Setelah dipikir-pikir, aku tidak bisa melakukan semua ini lebih jauh. Kau tahu karena apa?" Wanita itu menahan ucapannya, "karena kau masih sangat mencintainya."
"Aku tidak."
"Jangan berbohong," sahut Selena tersenyum pahit. "Jika kau masih ingin melanjutkan semua permainan ini maka carilah wanita lain, oke?"
Eros dengan cepat membalikkan posisi. Pria itu sangat suka sekali membuat Selena tersudut seolah ia adalah kelinci kecil dan pria itu adalah seekor singa besar yang siap melahapnya kapanpun. Tapi itulah cara Eros mengintimidasi targetnya. Menyudutkannya, mengancamnya hingga orang itu tunduk pada perintahnya.
"Jika kau berani pergi, aku tak akan segan-segan membuat karirmu hancur—bahkan hidupmu jika perlu."
"Hidupku sudah hancur," telunjuk Selena menekan sebelah dada pria itu dan ia kembali tertawa miris. "Apalagi yang ingin kau hancurkan?"
Eros merasa dadanya sesak, entah karena alasan apa, ia sendiri tak mengerti. Ada amarah di dalam kedua mata Selena, namun sisanya adalah kepedihan. Apa ini hanya sebuah simpati?
Tidak. Eros tidak pernah bersimpati pada siapapun.
"Aku anggap kediamanmu itu sebagai persetujuan."
"Apa?!" Eros buru-buru mencegat tubuh Selena ketika wanita itu mencoba lepas dari kungkungan tubuhnya. "Kau tak akan kemana-mana."
Kesabaran Selena habis, tapi ia terlalu bosan untuk menangis. Air matanya terlalu berharga bagi pria seperti Eros. "Dengar, balas dendamu itu hanyalah sebatas kecemburuan pada kakakmu sendiri. Kau ingin menghancurkan hubungan mereka? Setelah itu apa? Merebut Emilia kembali dari tangan kakakmu?" kata Selena berapi-api. "Semua yang kau lakukan saat ini hanyalah cara untuk menghancurkan dirimu sendiri, kau tahu kenapa? Karena bagaimanapun, pada akhirnya Emilia akan selalu mencintai Alex. Bukan kau."
Selena terengah. Ia pikir Eros akan melayangkan tamparan padanya setelah mengatakan kalimat-kalimat yang menyakitkan itu. Tapi pria itu hanya terdiam sambil tetap menatapnya.
Lalu Eros tiba-tiba membisikan sesuatu yang membuat Selena tak bisa berkutik. "Mau kuberi tahu satu rahasia?" Wanita itu menelan ludah. Tidak siap untuk mengetahui kebenaran lain yang mungkin saja lebih buruk dari kenyataan bahwa Eros masih mencintai kakak iparnya.
"Emilia dan Alex telah membunuh anakku."
Mata Selena membulat. Apa...yang baru saja pria itu katakan?
***
Selena tidak mengerti mengapa setelah perdebatan yang menguras emosi itu ia masih saja mau menjenguk Emilia. Sementara Eros sedang menghabiskan rokoknya di luar, ia mendapati Emilia seorang diri di kamar. Tampaknya wanita itu tidak terluka parah karena masih sanggup berjalan untuk membuka pintu.
"Apa aku mengganggu?" Ini adalah kali pertama Selena berbicara langsung pada Emilia sejak ia mengenal wanita itu.
Emilia tampak terkejut tapi ia masih bisa mengulas senyum, meskipun terlihat begitu canggung. "Tidak. Ayo masuk."
Sekarang Selena mengerti mengapa banyak orang yang mengagumi Emilia. Selain karena paras dan status sosialnya, wanita itu mempunyai tatakrama yang baik. Itu pasti karena Emilia tumbuh di keluarga yang baik pula.
Wanita itu menuntunnya pada dua buah kursi yang terletak tak jauh dari tempat tidur. Menawarkan minuman, namun Selena menolak dengan tegas.
"Kemana Alex?" Selena berusaha mencairkan suasana meskipun sebenarnya ia tak peduli tentang keberadaan pria itu.
"Alex sedang mandi."
Selena mengangguk. "Bagaimana keadaanmu?"
Yang ditemukan Selena kemudian adalah raut wajah Emilia yang terlihat bingung. "Kau tahu aku tenggelam tadi?"
Selena mengerjap. "Tentu saja, Eros yang sudah menyelamatkanmu." Menyadari Emilia yang hanya terdiam dengan ekspresi kaget ia melanjutkan, "apa...Alex tidak memberitahumu?"
Emilia hanya tetap terdiam, sementara sebelah tangannya meremas ujung piyama tidurnya. Beberapa hari yang lalu ia membohongi Alex dan sekarang Alex yang membohonginya. Betapa Eros adalah ancaman yang nyata. Mereka berdua bahkan sama-sama tidak ingin berkata jujur jika itu sesuatu yang menyangkut tentang Eros.
Selena angkat bahu, percakapan ini tak bisa dilanjutkan. "Kurasa kau perlu istirahat," katanya sambil berdiri. "Maaf sudah mengganggu waktumu."
"Selena," panggil Emilia kemudian ketika Selena sudah bersiap untuk membuka pintu. "Apa kau benar-benar mencintai Eros?"
Selena berbalik. Tak menyangka bahwa Emilia yang lemah lembut itu bisa berkata blak-blakan. "Sejauh mana kau tahu diriku?"
"Aku selalu membaca setiap surat yang kau kirimkan untuk Eros."
"Lalu? Kenapa kau tiba-tiba membahas hal ini?" tanya Selena tak mengerti.
"Aku..." Emilia tampak ragu namun tetap melanjutkan, "aku tahu siapa Eros dan bagaimana...perasaannya."
Selena terkekeh. "Perasaannya pasti hancur bukan?" Ia tidak bermaksud untuk menyindir, tapi itulah kenyataannya. Emilia tahu bahwa Eros sangat mencintainya tapi pada akhirnya tetap menikah dengan Alex. "Aku mengerti tentang kekhawatiranmu." Hubungannya dengan Eros pasti terlalu mencurigakan bagi semua orang, termasuk Emilia. Apalagi wanita itu tahu bahwa Eros pernah menolaknya mentah-mentah.
"Aku tahu perlakuanku padanya mungkin tidak bisa dimaafkan, tapi kau juga mengerti kan bahwa aku hanya ingin bahagia dengan orang yang aku cintai?"
Bahagia dengan orang yang dicintai...
Emilia beruntung karena ia mencintai Alex yang mencintainya juga, karena itulah mereka mencoba mempertahankan hubungan mereka. Mengejar apa yang orang-orang sebut sebagai 'kebahagiaan'.
Selena menarik napas dan mengangguk. "Kau harus bersyukur," katanya sambil tersenyum hambar, "karena tidak pernah merasakan bagaimana pahitnya cinta sepihak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Vida Kasim
ga sreg ma eros
2020-09-16
0
Virna Putri
Semangat lanjut.. semakin menarik kak..💪😊
2020-09-06
2