Bagian 3

"Sepertinya kelinci sudah masuk ke dalam perangkap."

Eros menutup teleponnya dan menghabiskan birnya dalam sekali tegukan. Ia mengusir para wanita berbaju ketat dari dalam ruangan itu. Hingga tak lama berselang, pintu kembali terbuka dengan bunyi mengerikan.

Wanita itu cepat juga rupanya.

Saat mengangkat kepala, Eros dapat melihat Selena terengah dan berjalan ke arahnya sambil melemparkan sesuatu. Hanya perlu memiringkan kepala, Eros melirik gaun pemberiannya teronggok tak berdaya setelah menabrak kursi di belakangnya.

"Jangan pernah mengirimkan apapun lagi kepadaku. Aku bukan seseorang yang bisa disogok dengan gaun seperti itu," kata Selena tajam. Hendak cepat-cepat pergi dari tempat terkutuk itu namun Eros lebih dulu menahan pintu di hadapannya.

BRAK!

"Beraninya kau."

Tubuh Selena terhimpit di antara tubuh tinggi Eros dan pintu kayu itu. Nada sang pria terdengar begitu murka. Dan Selena bisa merasakan hawa panas di sekitar tengkuknya.

"Kau pikir siapa dirimu?"

Selena muak. Sambil menelan rasa takutnya wanita itu berbalik. Menantang Eros dengan tatapan tajamnya. "Kau benar. Siapa diriku?! Mengapa aku harus berurusan dengan orang sepertimu?! Bukankah sejak dulu kita tidak pernah saling menyapa?! Mengapa sekarang kau melakukan ini padaku?!" Selena tersenyum pahit. "Seolah-olah kita begitu...akrab."

Alih-alih marah, Eros nyatanya malah terkekeh. Lagi dan lagi. Seperti seorang psikopat gila.

"Bukankah ini yang kau inginkan sejak dulu? Berdekatan denganku? Berkencan denganku atau mungkin tidur dengan—"

PLAK!

Air mata Selena jatuh tanpa diminta. Tangan yang ia gunakan untuk menampar wajah Eros bergetar dalam kepalan. Harga dirinya terkoyak.

"Berhentilah berbicara seolah-olah kau sangat mengenal diriku."

Eros cukup terkejut. Ini adalah kali pertama seorang wanita menampar wajahnya. Tidak begitu perih tapi mampu membuat sudut hatinya sedikit tercubit.

Menarik. Menarik sekali.

Tapi harus selalu ada imbalan untuk orang yang telah memperlakukan Eros seenaknya. Secepat kilat ia mendorong Selena ke dinding. Menahan kedua tangannya di atas kepala dan menciumnya dengan kasar. Selena berontak dalam dekapannya, namun menyadari bahwa kekuatan mereka tak akan pernah seimbang.

"Umhh!" Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Sementara air mata terus berjatuhan membasahi pipinya dan mengenai wajah pria itu.

Setelah Selena berhenti memberontak karena pasokan udara yang semakin menipis, Eros melepaskan cengkeramannya. Memeluk tubuh Selena yang hampir merosot ke lantai.

Ia mencium pelipis wanita itu dan berbisik, "inilah akibatnya jika kau melawanku."

Selena menangis tanpa suara. "Kenapa...kau kembali?" tanyanya serak. "Kenapa...harus aku?"

Eros menatap dinding di hadapannya dengan tatapan yang tak terbaca. "Karena kau...adalah Selena."

Bukan Emilia yang selalu tersenyum kepadanya namun diam-diam tersenyum untuk orang lain. Bukan Emilia yang cantik dan memesona namun diam-diam memikat orang lain. Bukan Emilia yang dicintainya namun diam-diam mencintai orang lain.

Selena hanya wanita biasa. Tidak kaya dan tidak begitu populer. Tipe wanita yang tahu diri. Tipe yang tahu pahit getirnya dunia. Eros merasa bahwa wanita itu akan sangat cocok bersanding dengannya. Eros akan memperlihatkan kepada dunia, bahwa ia bisa mengubah wanita biasa seperti Selena menjadi seorang ratu!

Dan membuat Emilia menyesal setengah mati.

***

Selena berjalan terhuyung ke kamar mandi sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Setelah berbincang dengan Sam dan dicecoki berbagai pertanyaan di telepon, Selena memutuskan untuk berendam dengan air hangat.

Tubuhnya perlahan masuk ke dalam bathtub, lalu kepalanya menyusul tenggelam ke dalam air.

"Aku...menyukaimu."

"Menyukaiku? Daripada menyatakan cinta, lebih baik buatlah tampilanmu sedikit lebih menarik."

Blup.

"Tidakkah kau pikir mereka adalah pasangan yang sangat serasi? Eros dan Emilia benar-benar membuatku iri."

"Tampan dan cantik. Sama-sama terlahir dari keluarga konglomerat lagi. Bukankah itu terlalu sempurna?"

Blup.

"Kau lagi. Tidakkah kau merasa lelah? Atau kau buta untuk melihat Emilia yang selalu berdiri di sampingku..."

"...kau bahkan tidak bisa dibandingkan dengannya dari segi manapun."

Blup.

"HAH!"

Selena menghirup udara dengan rakus. Kilas masa lalu yang pahit berputar seperti kaset kusut di kepalanya.

Penolakan cinta. Gadis yang cupu. Eros yang tampan. Semuanya adalah kenangan buruk yang selama ini ia coba kubur dalam-dalam. Namun kembali muncul ketika pria itu datang ke apartemennya setelah sekian lama. Eros berlagak seolah mereka begitu akrab, padahal pria itu telah menolaknya mentah-mentah dan menyuruhnya menjauh sampai pria itu tak bisa melihatnya lagi.

"Aku...mencintaimu, Eros."

"Sayang sekali aku hanya mencintai Emilia."

Selena menutup kedua telinganya dan mendesah frustasi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini..."

"Hanya perlu satu jentikkan jari untuk menghancurkan karir modelmu. Kau cukup menuruti semua perintahku dan aku akan memberikan segalanya untukmu."

Pria itu benar-benar tak memberikan ia pilihan!

***

Meski desas-desus tentang pernikahannya masih menjadi perbincangan utama di seantero negeri, Emilia melangkah dengan percaya diri ke dalam gedung yang menjadi tempat reuni.

Gaun merah muda mencapai lutut membungkus tubuh idealnya dengan sempurna. Tak salah jika semua orang menjulukinya sebagai wanita yang melambangkan musim semi. Namun, reputasinya sedikit cacat ketika hubungannya dengan Eros berakhir dan ia malah mengencani kakak mantan kekasihnya itu. Tak sedikit yang mencibir bahwa Emilia telah menjalin hubungan gelap dengan Alex sebelumnya.

"Hei, kau datang sendiri?" Leo dan Steve adalah dua orang yang pertama kali menyambutnya. Mereka kompak mengenakan tuksedo hitam dan menyisir rambut mereka ke belakang.

"Yeah. Kau bisa lihat sendiri." Emilia memberikan perhatian lebih kepada Leo. "Long time no see. Akhir-akhir ini kita jarang sekali bertemu, Leo."

Pria itu mengangguk cepat. "Sebagai pewaris tunggal memang apa yang bisa kulakukan?" Ia melirik Steve dengan kedua alis terangkat. "Terkadang aku merindukan masa-masa sekolah."

Emilia memutar matanya malas. "Lalu berdoalah agar kau tidak pernah tumbuh dewasa."

"Sayang sekali aku sudah cukup dewasa sekarang."

"Kalau begitu nikmatilah, menyesal pun tiada guna."

"Ya. Kuharap kau tidak merasakan sebuah penyesalan dalam hidupmu."

Kegiatan berbincang mereka kemudian terganggu oleh suara bising dari orang-orang yang tiba-tiba berkerumun di pintu masuk.

Emilia mengernyit, sementara Steve dan Leo diam-diam menyeringai.

Show time!

"Apakah itu Eros?"

"Dia membawa pasangan!"

Emilia melirik dua wanita yang terbirit melewatinya, menuju kerumunan sambil mengucapkan sesuatu yang membuatnya membatu di tempat.

Eros? Tidak mungkin. Selama ini pria itu sedang menyelesaikan studi S2-nya di Oxford dan tak pernah tertarik dengan acara reuni.

Emilia melirik Leo dan Steve yang tampak tak terpengaruh dengan keributan itu. Gestur mereka justru terlihat sangat santai, seperti sudah mengetahui sesuatu.

"Aa. Tamu spesial kita sudah datang."

Setelah ucapan Leo, Emilia buru-buru berbalik. Waktu seakan berjalan lambat. Pria yang pernah mengisi hari-harinya tampak menggandeng lengan seorang wanita yang tak dikenal. Setelah sekian lama...pria itu semakin terlihat menawan dan tinggi.

Mantan terindahnya, William Eros. Pria yang sebentar lagi akan menjadi adik iparnya.

Pemandangan langka itu disaksikan oleh semua orang. Eros yang tiba-tiba datang di acara reuni dan menggandeng seorang wanita selain Emilia. Dan Emilia yang tampak tenang meski perutnya terasa melilit karena bertemu dengan Eros di situasi yang tak terduga.

Benar-benar sebuah reuni yang tak akan pernah terlupakan.

"Hai, Eros."

Steve dan Leo yang paling merasa terkesan saat Emilia menampilkan senyum cerah tanpa merasa terintimidasi sedikit pun. Semua orang tahu bagaimana Eros menampilkan ekspresi tak bersahabat kepada Emilia.

Namun yang lebih mengejutkan adalah ketika Eros mengulurkan tangannya ke arah wanita itu. "Lama tak bertemu, Emilia."

Emilia mengerjap pelan. Disambutnya tangan itu meski hatinya penuh dengan keraguan—setengah tak yakin bahwa Eros menyambutnya dengan baik. Atau mungkin saja pria itu tengah mempersiapkan sesuatu dibalik keramahannya malam ini. Sebab sejak berakhirnya hubungan mereka, Eros selalu menatapnya dengan kebencian yang begitu besar.

Disisi lain, Selena hanya mampu mengalihkan pandangannya ke lantai. Seingatnya, Eros, Leo, Steve dan Emilia adalah teman dekat. Mereka selalu bersama, kadang terlihat sudah seperti saudara. Dan Selena, hanyalah manusia yang dimanfaatkan oleh Eros. Seseorang yang selalu bersembunyi dibalik bayangan. Orang asing.

"Kebetulan sekali, aku ingin memperkenalkan seseorang." Eros tersenyum congkak sambil melingkarkan tangannya di sekeliling bahu Selena yang terbuka. Secara otomatis semua mata tertuju pada wanita itu. "Kekasihku, Hermia Selena."

Terpopuler

Comments

ig: monalisa_n28

ig: monalisa_n28

Like thor

2020-10-01

0

Yuni

Yuni

sumpah keren bnget karya mu thour, aku harap heppi ending ya thour

2020-09-30

0

ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ

ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ

Smangat

2020-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!