Terjebak Bersama Sang Iblis

Terjebak Bersama Sang Iblis

Bagian 1

"Senang melihatmu telah kembali."

Eros hanya mengangguk singkat sambil memasuki lamborghini hitam dan duduk angkuh di bangku penumpang.

Steve tersenyum simpul. Pria berambut hitam yang telah dikenalnya sejak memasuki sekolah dasar adalah pria yang tidak pernah berubah. Ia duduk di bangku kemudi tanpa berkata apapun lagi. Mengantarkan Eros pada pemandangan tempat kelahirannya yang justru banyak berubah meski hanya lima tahun ditinggalkan.

"Kebetulan sekali, dua hari lagi akan diadakan reuni. Kau sudah menerima undangannya?"

"Hn. Mereka menerbangkannya langsung ke Oxford."

Sebelah alis Steve terangkat. "Kupikir hanya lewat email saja."

Eros mengibas. Melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil. "Meskipun tidak pernah datang, mereka tetap mengirimkan benda tak berguna seperti itu."

Steve terkekeh. "Kalau begitu lusa kau harus datang." Ada sesuatu yang tersirat dalam ucapannya, "barangkali kau ingin mendengar mantan kekasihmu mengumumkan pesta pernikahannya..."

Steve sebenarnya hanya bergurau ketika mengatakan itu. Tapi Eros dengan tenang dan tanpa emosi menjawab, "kalau begitu persiapkan sebuah tuksedo dari rumah mode Valentino untuk acara reuni nanti."

"Kau serius?"

"Apa aku perlu mengatakannya dua kali?"

Steve bungkam. Rasa-rasanya ia menyesal telah bergurau perihal mantan kekasihnya tadi.

Eros kembali memalingkan wajahnya ke luar jendela dan bertopang dagu. Persis ketika mobil melewati sebuah billboard besar yang menampilkan potret seorang pria dan wanita yang berpose dengan cukup intim. Wanita bergaun merah itu duduk dipangkuan seorang pria berambut kuning keemasan. Eros kenal pria itu—Leorge Smith—atau lebih sering disapa Leo. Seorang putra tunggal dari Keluarga Smith yang terkenal karena perkebunan anggur dan peternakan kudanya. Teman masa kecilnya dan juga rivalnya dalam bermain basket sewaktu sekolah menengah atas.

Lalu wanita yang duduk dipangkuan Leo adalah...Eros tidak yakin, tapi ia merasa tidak asing dengan sosok tersebut.

***

"Seriusan. Aku tidak tahu kalau kita sekolah di SMA yang sama."

Selena hanya mengangkat bahu sambil bersiap untuk menutup pintu mobil. "Well. Lupakan saja." Senyumnya hambar. "Terimakasih karena sudah mau repot-repot mengantarku pulang."

"Nah, aku tidak merasa direpotkan." Leo tersenyum ramah. "Mau menjadi pasanganku untuk acara reuni nanti?"

Selena tak terkejut dengan sikap blak-blakan Leo yang tidak pernah berubah sejak jaman sekolah. Pria itu memang terkenal ramah pada siapapun. Sayangnya Selena tak tertarik meski Leo termasuk dalam salah satu daftar pria yang paling ingin dikencani oleh wanita diseantero negeri.

Ia cukup tahu diri.

"Tidak, terima kasih. Aku tidak pernah mendapatkan undangan secara resmi."

Leo tampak terkejut. "Benarkah?"

"Begitulah." Selena mengedikkan kepala. "Aku harus masuk. Selamat malam."

Leo mengangguk cepat dan tersenyum tipis. Sedikit melambaikan tangannya ketika Selena menutup pintu. "Selamat malam." Ia melihat wanita itu buru-buru menaiki tangga apartemen tanpa menoleh lagi. Jelas sekali kalau Selena terlihat tidak nyaman. Padahal ia berharap dapat mengenal wanita itu lebih jauh setelah terlibat pemotretan untuk produk parfum keluaran terbaru dari perusahaannya sendiri.

Dan siapa sangka kalau Selena ternyata pernah satu sekolah dengannya, bahkan satu kelas.

Mungkinkah wanita itu sakit hati karena Leo tidak mengenalinya sama sekali?

Semoga saja dugaannya salah.

Drrt!

Drrt!

Getar ponsel dalam saku celananya mengalihkan perhatian Leo. Layar ponselnya berkedip-kedip menampilkan sebuah nomor tanpa nama.

Trek.

"Halo?"

Hanya terdengar sebuah suara bising untuk beberapa detik, sebelum suara berat itu sampai di telinganya. "Ini aku."

***

Ketiga gelas kristal itu beradu. Menimbulkan dentingan yang cukup nyaring di dalam ruangan kedap suara sebuah kelab malam. Ruangan VVIP. Eros tak pernah mau minum langsung dari tangan bartender atau menari di lantai dansa. Pria itu lebih memilih untuk memesan sebuah ruangan khusus dan dilayani langsung oleh pemilik kelab itu sendiri.

"Cukup mengejutkan," Leo berkomentar setelah menyesap anggur merahnya. "Seharusnya kita membuat pesta untuk kedatanganmu."

Steve tersenyum, mengejek. "Jangan samakan dia dengan dirimu, Smith."

"Berhentilah memanggil nama belakangku." Leo memutar mata bosan.

Steve terkekeh. Menepuk sebelah pundak Eros yang terlihat khidmat menyesap anggurnya. "Eros yang akan membuat kejutan. Dia akan hadir untuk acara reuni tahun ini."

Leo nyaris tersedak. Tak percaya. "Kenapa? Tiba-tiba sekali..." Matanya menyipit ke arah Eros yang bergeming. "Kau tidak merencanakan sesuatu, kan?"

Eros meletakkan gelasnya dengan tenang. Ekspresinya tak terbaca. Dan lagi-lagi pria itu memilih bungkam.

"Oh man..." Leo mendesah gusar. "Kurasa aku tahu isi kepalamu."

Steve menggeleng. "Jangan coba-coba untuk menebak."

Eros mengeluarkan sepuntung rokok dari dalam sakunya dan membakarnya dengan pemantik. "Omong-omong, wanita yang duduk di pangkuanmu itu cukup menarik."

Leo dan Steve saling berpandangan. Tidak mengerti.

Eros menghembuskan asap dari mulutnya ke udara dengan gerakan santai. Lalu melirik Leo dengan mata berkilat penuh arti. "Wanita bergaun merah...bisakah kau mengenalkannya padaku?"

Leo mengerjap. Dalam kepalanya hanya ada satu nama, Selena. Pria itu menggeleng pelan, "aku harap kau tidak akan melibatkannya dalam masalah apapun."

Untuk pertama kalinya, Steve dan Leo melihat Eros tersenyum—menyeringai.

***

"Kau belum bertemu dengan adikmu?"

Alex mengangkat kepala sambil mengiris panekuk yang sebelumnya telah disiram saus maple. Tatapannya bersirobok dengan ibunya, Nyonya William. Sebelum kembali menundukkan kepala dan menjawab, "aku tidak tahu kalau dia sudah kembali."

Nyonya William menghela napas, meski tak sampai menimbulkan suara. "Dia sudah berhenti menghubungimu?"

Alex mengusap sudut bibirnya dengan serbet. "Aku selesai." Pria itu bangkit dari kursi dan menunduk pelan sebelum meninggalkan meja makan. Menolak untuk berbincang lebih jauh dengan ibunya.

"Alex."

Yang dipanggil tampak menghentikan langkah, namun tak berniat untuk membalikan tubuh. "Apakah aku terlihat seperti orang jahat?" kata Alex kemudian.

Nyonya William tampak menggeleng pelan, meski mustahil bahwa Alex akan melihatnya.

"Aku tidak pernah merebut apapun darinya. Ibu tahu itu, kan?" Alex menelan ludah. "Meskipun dia membenciku, Ibu tahu bahwa aku tidak pernah membencinya. Jadi..." ia menahan ucapannya, "...biarkan kami yang menyelesaikan masalah ini."

"Tuan Alex?" Seorang pria berjas hitam tampak berjalan tergesa ke arahnya dan menunduk sebentar. "Nona Emilia sudah menunggu Anda di depan."

Alex mengangguk pelan. Sempat melirik ibunya sebentar dan bergumam, "tolong jangan hancurkan pernikahan kami."

***

Selena menggeram pelan sambil menenggelamkan kepalanya di bantal. Suara bel apartemennya berbunyi di pagi buta. Dan ia bersumpah, akan mengutuk siapapun yang telah membangunkannya dengan terus menekan bel seperti orang kesetanan.

Sedikit tertatih, Selena dengan gaun tidurnya berjalan menuju pintu. Sudah siap melancarkan segala serapah saat tangannya menyentuh kenop pintu.

Klek.

Namun yang terjadi, mulut Selena hanya terbuka tanpa suara. Matanya tak berkedip menatap sesosok pria tinggi dengan rambut hitam dan mata setajam elang. Berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada dan secara terang-terangan menatap tubuhnya yang hanya berbalut gaun tidur hitam tipis.

"Apa kau Selena?"

Wanita itu berkedip. Masih berusaha mencerna siapa sosok berwajah datar yang berbicara dengan nada angkuh itu.

Seperti...tidak asing.

Ya. Seperti suara...

"Aku Eros."

Selena terbelalak. Lututnya melemas seketika dan pria itu dengan cepat menangkap tubuhnya. Aroma ini...

Tidak salah lagi.

Christoper William Eros.

Cinta pertamanya saat SMA!

Terpopuler

Comments

✨Susanti✨

✨Susanti✨

nungguin qm terus AQ

2021-03-21

0

✨Susanti✨

✨Susanti✨

Thor... qm kemana?

2021-03-21

0

✨Susanti✨

✨Susanti✨

sehat terus Thor 😘,, AQ selalu menunggu karyamu

2021-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!