Happy Reading
...----------------------------...
...Hati-hati ada typo...
...Sebelum lanjut like dulu okeiii...
...–––––––––––––––––––––––––...
“Kalau nama kamu siapa?” tanya Alya sekali lagi pada anak itu.
Anak itu lagi-lagi menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Alya menghela nafasnya. “Begitu ya, gimana om sama tante kasih nama mau?”
Anak itu mengangguk dengan semangat. “Mauu, mau hole.”
“Yasudah om sama tante keluar sebentar ya, untuk memikirkan nama yang cocok mu. Kamu tunggu dulu di sini sama om yang satunya.” ucap Alya dengan menarik tangan Nakula untuk keluar dari kamar tamu.
Setelah sudah cukup jauh dari kamar tamu, Alya berbalik dan menghadap ke Nakula.
“Kenapa kamu melakukan semua ini, Nak?” suara Alya bergetar, tetapi ia berusaha terlihat tegas di hadapan lelaki yang hampir ia cintai, kini berubah menjadi monster.
Nakula menyeringai, terlihat senang melihat Alya dalam keadaan terpojok.
“Karena aku mencintaimu, Alya. Dan cinta butuh pengorbanan. Jika itu berarti menggunakan anak ini untuk membuatmu tetap bersamaku, aku akan melakukannya.”
Alya merasa mual, berpikir tentang semua yang sudah terjadi.
“Anak ini tidak ada hubungannya dengan kita, Nak! Dia tidak pantas terjebak dalam permainan gila ini!”
“Permainan?” Nakula tertawa, suaranya dingin dan penuh sarkasme.
“Ini bukan permainan, ini adalah hidupku, hidupmu. Jika kamu mau bertahan, kamu harus belajar beradaptasi dengan keadaan.”
“Adaptasi? Dengan cara menyakiti anak tak berdosa ini? Demi memaksaku untuk tinggal di sini?” Alya merasa amarahnya memuncak. “Aku tidak akan pernah bisa menerima ini!”
“Tapi kamu tidak punya pilihan,” potong Nakula tegas, mengalihkan perhatian Alya sejenak.
“Sama seperti aku tidak punya pilihan saat menginginkanmu di sampingku. Lihatlah anak ini sebagai jaminan. Jika kamu pergi, dia akan menjadi taruhan yang sangat mahal.”
Alya merasakan benang harapan mulai terputus.
Setiap kata Nakula bagai belati yang menusuk jantungnya.
“Baiklah, aku akan tetap di sini dan ada di sampingmu.”ucap Alya, suaranya penuh kepahitan.
“Tapi tidak untuk anak ini. Dia tidak layak menjadi bagian dari rencana gila kamu.”
Nakula menatap Alya dengan tatapan tajam, seolah menilai apakah ia serius atau hanya mengada-ada.
“Lihatlah, Alya. Ini semua demi kita. Kamu tidak mengerti betapa sulitnya mengendalikan segala sesuatu di sekeliling kita. Tanpa anak ini, kamu bisa pergi kapan saja.”
Alya menggigit bibirnya, mencoba mengumpulkan kekuatan.
“Mengapa kamu tidak bisa melihat betapa salahnya semua ini? Menggunakan seorang anak sebagai alat untuk mengendalikan aku hanya akan membuatku semakin menjauh darimu.”
“Jangan berpikir begitu, sayang,” kata Nakula dengan nada menggoda, meski ada ketegangan yang menyelimuti kata-katanya.
“Aku sudah melakukan semua ini untuk kita berdua. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menghalangi mu untuk kembali ke pelukanku.”
Alya menelan ludah, menahan air matanya.
Ia tahu bahwa melawan Nakula tidak akan membawa hasil yang baik.
“Anak ini tidak bersalah. Dia tidak seharusnya terjebak dalam situasi ini.”
Nakula hanya tertawa kecil. “Keberanian mu sangat mengesankan, Alya. Tapi ingatlah,aku yang memegang kendali. Semua orang yang masuk ke dalam hidup kita harus siap menghadapi konsekuensinya.”
Alya merasa hatinya semakin tertekan.
Setiap kata Nakula seolah memotong harapannya menjadi potongan-potongan kecil yang tidak bisa kembali.
“Dan kalau aku menolak?” tantangnya, meski ia tahu jawaban Nakula sudah pasti.
“Kalau kamu menolak….” Nakula mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Alya, “...aku akan memastikan hidupmu dan anak itu menjadi mimpi terburuk. Keluarga yang tidak akan pernah kamu lihat lagi. Mungkin kamu perlu tahu bahwa cinta bisa berakhir dengan sangat menyakitkan.”
Alya mengerutkan dahi, ingin melawan ketakutan yang merayap dalam dirinya. “Tapi ini bukan cinta, Nak! Ini adalah kekuasaan. Kamu menggunakan anak ini untuk memperdaya aku.”
Nakula tersenyum tipis, tidak tersinggung dengan pernyataan Alya. “Begitu memang. Namun, percayalah, semua yang aku lakukan adalah demi kebaikan kita. Dengan anak ini di sini, aku tahu kamu tidak akan pergi jauh.”
Alya menatap Nakula dengan tajam. “Mungkin kamu bisa memaksa aku untuk tinggal, tapi kamu tidak akan pernah bisa memaksaku untuk mencintaimu seperti dulu.”
“Ah, Alya…” Nakula mendesah, terlihat tak terpengaruh oleh ancaman kata-katanya. “Memangnya kamu dulu mencintaiku?? Cinta itu beradaptasi. Dan kamu akan belajar untuk mencintaiku lagi, perlahan. Sementara itu, kita memiliki ‘teman kecil’ kita di sini. Dia akan menjaga kamu tetap di sisi ku.”
Alya memberanikan diri untuk menatap wajah Nakula.
“Bawa anak itu pergi dari sini, Nak,” suara Alya melunak, berusaha mengingatkan lelaki itu bahwa masih ada harapan untuk membebaskan mereka berdua dari cengkeraman kekuasaan yang kejam ini.
“Tidak, Alya. Ini adalah bagian dari rencanaku. Dia akan jadi pengingat bahwa kamu tidak sendirian. Dan setiap saat, jika kamu berpikir untuk pergi, aku akan berada di sini untuk memastikan dia aman…atau tidak.”
Kedua mata Nakula berkilau dengan determinasi, dan Alya merasa dunia di sekelilingnya semakin gelap.
Dia tahu, semua ini adalah permainan berbahaya yang bisa berakhir dengan sangat menyedihkan.
“Jadi, bagaimana?” tanya Nakula, suaranya mengandung nada menantang.
“Apakah kamu akan bersikap baik dan melakukan apa yang diminta, atau kamu ingin melihat apa yang bisa terjadi jika kamu tidak?”
Alya menundukkan kepala, merasakan beban di dadanya semakin berat.
Setiap keputusan yang harus ia ambil terasa seperti langkah di atas es yang tipis.
Dia tidak ingin melihat anak itu menderita akibat dari keputusannya.
“Baiklah, aku akan melakukannya,” akhirnya Alya berkata dengan pelan.
“Sekarang kamu akan menamai dia siapa, Nak?” tanya Alya dengan berat hati.
Nakula berpikir sejenak. “Bagaimana Sadewa Alvino Vagastia lalu nama panggilannya Sadewa?”
Alya mengangguk pelan, meski hatinya berat menerima kenyataan ini.
Nama "Sadewa Alvino Vagastia" terdengar begitu asing, namun kini seolah menjadi bagian dari hidupnya dengan terpaksa.
“Sadewa....” gumam Alya lirih, mencoba membiasakan diri dengan nama yang dipilih Nakula.
Nakula tersenyum puas, melihat Alya mulai menerima skenario yang ia buat. “Bagus, kamu mulai mengerti posisimu sekarang. Sadewa akan menjadi 'pengikat' kita, Alya. Jadi berhenti berpikir untuk kabur lagi.”
Alya menatap Nakula dengan penuh kebencian, namun ia tahu bahwa tidak ada pilihan lain.
Demi keselamatan anak itu, ia harus bertahan.
"“Aku akan melakukan apa yang kamu inginkan, Nakula...,” ucap Alya, suaranya hampir berbisik.
“Tapi jangan sampai aku melihatmu menyakiti Sadewa, atau aku bersumpah akan melakukan apa saja untuk melindunginya."
Nakula tertawa kecil, seolah menganggap ancaman Alya sebagai lelucon.
“Tenang saja, sayang. Aku punya rencana besar untuk kita. Dengan Sadewa di sini, kamu akan benar-benar menjadi bagian dari hidupku dalam setiap aspek.”
Alya hanya bisa menundukkan kepala, menahan kesedihan yang terus membuncah di dadanya.
“Ayo kita kembali ke kamar tamu, mereka sudah menunggu.” ucap Nakula mengulurkan tangannya. Dengan terpaksa Alya menerima uluran tangan itu.
...πππ...
...Maaf jika ada typo ya....
...Lopyuu all....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments