Chapter 13

Happy Reading

...Hari ini aku langsung 3 chapter ya......

...Oh ya chapter ini mengandung adegan kekeras. jadilah pembaca yang bijak ya. ...

...Hati hati ada typo. ...

...__________________________________...

Nakula menghela napas, tampak ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Aku cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja setelah kemarin," katanya, suaranya pelan namun penuh perhatian. "Kamu tahu, aku merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi."

Alya memandangi Nakula, merasakan hatinya bergetar mendengar kata-kata itu.

Meskipun mereka baru saja melewati situasi yang tegang, ada sesuatu dalam nada suara Nakula yang membuatnya merasa dihargai. "Aku... masih berusaha untuk memahami semuanya, Nakula. Rasa sakit itu belum sepenuhnya hilang," jawabnya, berusaha jujur.

Nakula mengangguk, matanya penuh pengertian. "Aku mengerti. Kita bisa mengambil waktu kita. Aku tidak ingin terburu-buru. Yang penting adalah kamu merasa nyaman," ucapnya, dan Alya merasakan sesuatu yang hangat menjalar di dadanya.

Keinginan untuk melindungi dan menghargai perasaannya.

Namun, sebelum Alya bisa merespons, Azka kembali menginterupsi dari arah belakang. "Eh, Alya! Besok ada acara di sekolah, lo mau ikut? Kayaknya seru!" serunya dengan semangat, mengalihkan perhatian mereka.

Alya menoleh ke arah Azka, merasakan sedikit kebingungan. "Acara apa?" tanyanya, berusaha mengalihkan fokus dari percakapan yang sedang berlangsung dengan Nakula.

Azka menjelaskan tentang acara tersebut, sementara Alya berusaha mengikuti pembicaraan.

Setelah beberapa saat, Nakula memutuskan untuk kembali bersuara. "Kalau Alya ikut, gue juga mau ikut. Kan kita bisa bareng-bareng," katanya, menatap Alya dengan harapan.

"Aku... mungkin akan ikut," jawab Alya, masih berusaha mencari kepastian.

Sementara Azka tersenyum lebar, seolah merasa sukses menarik perhatian gadis yang dia suka.

Bel tanda masuk kelas berbunyi, dan suasana mulai tenang saat guru masuk ke ruangan.

Alya menumpahkan pikirannya ke dalam buku catatan, berusaha untuk fokus pada pelajaran.

Namun, meskipun dia berusaha keras, pikiran tentang Nakula dan Azka terus berputar dalam kepalanya, membingungkan hatinya.

Di akhir pelajaran, Alya merasa sedikit lega saat melihat Nakula tersenyum padanya, seolah mengingatkan bahwa dia tidak sendirian dalam kebingungan ini.

Namun, saat mereka berjalan keluar kelas, Azka kembali menghampiri.

"Alya, mau makan siang bareng? Kita bisa ajak Sasa dan Vian juga," tawar Azka, menampakkan senyum menawannya.

Alya melihat ke arah Nakula yang berdiri di sampingnya, dan dia merasakan tekanan di dalam dadanya. "Um... baiklah," jawabnya, meskipun ada sedikit rasa canggung. "Kita bisa pergi bersama-sama."

"Yess! Ayo!" seru Azka, terlihat sangat bersemangat, dan Alya tidak bisa mengabaikan rasa canggung yang tumbuh di antara mereka.

Ketika mereka bergerak menuju kantin, Alya berusaha menjaga perasaannya tetap tenang.

Dia tahu bahwa kehadiran Azka akan menambah ketegangan antara dirinya dan Nakula.

Sesampainya di kantin, mereka mencari meja yang cukup besar untuk menampung semua.

Sasa, Vian, dan Nakula segera duduk, sementara Azka berlari ke antrian untuk membeli makanan.

Alya duduk di samping Nakula, dan bisa merasakan ketegangan yang melingkupi meja.

"Jadi, Alya, bagaimana tentang acara besok? Apa lo udah memikirkan mau pakai baju apa?" tanya Sasa, berusaha mencairkan suasana.

"Belum, mungkin gue akan mencari baju yang tepat nanti malam," jawab Alya, mencoba menyembunyikan rasa ragu di dalam hatinya.

"Kalau butuh saran, kita bisa belanja bareng!" seru Azka yang baru saja kembali dengan membawa makanan.

'Waduh, kayaknya makin rumit aja nih gue sebagai sahabat yang baik harus membantu Alya nih.' batin Sasa.

"Azka maaf banget sebelumnya, tapi seperti Alya akan pergi dengan Nakula. Soalnya gue sama Vian kebetulan sudah ada bajunya." ucap Sasa mengedipkan mata ke arah Alya.

Alya tersenyum melihat Sasa yang membantunya. "Yang dibilang Sasa benar, Az. Gue mau sama Nakula nanti cari baju."

Vian menyenggol lengan Nakula memberi isyarat untuk berbicara.

"Iya, lagi pula kita mau berduaan. yakan cantik?"

Azka mendengar itu menatap Alya dengan raut wajah kebingungan. "Cantik? kalian ada hubungan?"

"Iya kita udah pacaran dari 2 tahun lalu." jawab Nakula.

Azka terdiam mendengar jawaban Nakula. "2 tahun lalu?"

"Iya, gue pindah kesini karena ingin bertemu dengan pacar kesayangan gue." lagi-lagi jawaban Nakula membuat Azka tidak bisa berkata apa-apalagi.

Alya merasa dadanya sesak, mendengar kata-kata Nakula yang begitu tiba-tiba.

Tatapan Azka yang biasanya penuh canda kini tampak terkejut dan terluka.

Azka terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum lemah.

"Wah, jadi kalian sudah pacaran selama ini?" tanyanya, berusaha menutupi rasa kecewa yang jelas-jelas terpancar dari matanya.

Alya merasa tak enak hati.

Di satu sisi, dia mengerti mengapa Nakula mengatakan itu, mungkin sebagai upaya untuk melindungi hubungan mereka dari Azka yang semakin mendekatinya.

Namun, disisi lain, dia tak bisa menahan perasaan bersalah melihat reaksi Azka yang terkejut.

"Iya, Nakula memang sangat protektif sama aku," jawab Alya akhirnya, berusaha mengimbangi pernyataan Nakula meskipun hatinya ragu.

Dia tahu ini mungkin akan semakin mempersulit hubungan mereka bertiga, tapi entah kenapa, dia tak bisa langsung menyangkal.

Azka tertawa kecil, meskipun jelas ada kekecewaan di balik tawanya. "Kalau begitu, selamat ya, kalian. Gue enggak tahu sebelumnya, maaf kalau gue terlalu ganggu."

"Enggak kok, Azka. Lo nggak ganggu," Alya buru-buru menambahkan.

Azka berdiri dari kursinya, tersenyum tipis. "Yaudah, gue balik ke kelas duluan. Sampai nanti ya, Alya." Dengan itu, dia berjalan pergi, meninggalkan Alya dengan rasa bersalah yang semakin dalam.

Setelah Azka pergi, Nakula memandang Alya dengan sorot mata yang tak terbaca.

"Aku cuma mau melindungi kamu, Alya. Aku tahu dia semakin dekat sama kamu, dan aku enggak mau kehilangan kamu lagi," ucapnya pelan.

"Alya kali ini gue setuju dengan ucapan Nakula." ujar Sasa menyetujui yang dikatakan Nakula.

Alya terdiam, mencoba mencerna semua yang terjadi.

Setelah itu Nakula lebih banyak diam, namun Alya bisa merasakan kemarahan yang coba dia tahan.

Tiba-tiba Nakula menarik tangan Alya meninggalkan Sasa dan Vian.

"Woy lo mau bawa kemana Alya!" teriak Sasa, namun Nakula tak memperdulikan teriakan Sasa.

Sementara Alya yang tidak tahu harus berbuat apa, hanya diam saja.

Nakula membawa Alya menjauh dari keramaian kantin, ke sudut sekolah yang lebih sepi.

Tangan Alya masih digenggam erat, dan dia bisa merasakan ketegangan di tubuh Nakula.

Setibanya di tempat yang tenang, Nakula berhenti dan melepaskan genggamannya, menatap Alya dengan wajah yang sulit terbaca.

"Alya, aku nggak bisa terus kayak gini," ucap Nakula dengan nada yang lebih keras dari biasanya.

"Aku tahu kita belum benar-benar bicara tentang hubungan kita, tapi ketika aku lihat Azka semakin dekat denganmu, aku nggak tahan lagi."

Alya, yang masih mencoba menenangkan pikirannya, merasa semakin tertekan dengan situasi ini.

"Nakula, aku juga bingung. Aku nggak mau terburu-buru mengambil keputusan, tapi aku nggak bisa berpura-pura kalau perasaan ini mudah."

"Perasaan mudah?" Nakula mendekat, ekspresinya berubah antara kecewa dan marah.

"Jadi semua ini cuma permainan buat kamu, Alya? Aku serius dengan kamu, tapi kamu malah bingung dengan Azka? Kita sudah bersama selama ini, apa itu belum cukup?"

Alya terkejut mendengar kata-kata Nakula yang keras.

"Bukan begitu, Nakula! Aku nggak pernah bilang ini permainan. Aku hanya butuh waktu. Semua ini terlalu cepat dan aku masih mencoba memahami perasaanku sendiri."

Suasana di antara mereka tegang, dan Alya bisa merasakan ada luka yang dalam di balik kata-kata Nakula.

"Jadi selama ini kamu menganggap aku apa, Alya? kamu menganggap aku sebagai pembunuh atau orang yang paling kamu benci, Alya?" pertanyaan Nakula membuat Alya membeku.

...×××...

...TBC ...

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...Maaf kalau ada typo ya ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!