Kenzo dan Flo sudah tiba di restorant milik Driel.
Flo menarik nafas panjang sebelum turun dari mobil Kenzo.
Sesuai saran dari Kenzo dan Zhia, Flo akan meminta penjelasan mendetail tentang alasan Driel yang tiba-tiba meninggalkan Flo dan memilih untuk menikah dengan gadis yang baru ia kenal.
Flo masuk ke resto tersebut dan Kenzo mengekor di belakang Flo.
Saat baru tiba di dalam resto, Flo langsung bisa melihat Driel yang sedang berdiri di dekat meja kasir.
Driel tentu saja terkejut dengan kedatangan Flo yang tiba-tiba. Sesaat pandangan Flo dan Driel bertemu. Flo kembali harus menarik nafas panjang demi menahan sesak yang ada di dadanya.
"Flo," sapa Driel yang kini sudah mendekat ke arah Flo.
Netra Driel juga melihat Kenzo yang sedari tadi mengekor di belakang Flo.
"Apa kau ada waktu, Driel? Aku ingin bicara," ucap Flo dengan suara bergetar. Gadis itu sekuat tenaga menahan airmatanya agar tidak kembali jatuh. Mata Flo sudah benar-benar panas sekarang.
"Tentu saja. Ayo duduk!" Ajak Driel pada Flo dan seorang pria asing yang terus saja mengekori Flo.
Siapa pria ini?
Tiga orang itu duduk mengeliling sebuah meja bulat kecil yang ada di salah satu sudut restorant.
"Aku akan duduk di meja lain saja, Flo," ujar Ken yang tidak ingin menjadi obat nyamuk di antara Flo dan Driel. Pria itu sudah beranjak dari duduknya.
"Tidak, Ken! Tetaplah di sini! Di dekatku," sergah Flo dengan nada memohon.
Kenzo mengurungkan niatnya dan kembali duduk di kursinya yang ada di samping Flo.
"Oh ya, Driel. Kenalkan ini Kenzo, sahabatku," Flo memperkenalkan Kenzo pada Driel.
Dua pria itupun segera berjabat tangan dan menyebutkan nama masing-masing seraya melempar tatapan tajam.
"Aku ingin sebuah penjelasan," ucap Flo memulai pembicaraan. Gadis itu menatap tajam pada Driel.
Driel terlihat menghela nafas panjang,
"Aku benar-benar minta maaf, Flo," lirih Driel dengan nada bersalah.
"Aku hanya jatuh cinta," imbuh Driel masih lirih.
"Tapi kita sudah berpacaran selama tiga tahun, Driel. Apa selama itu kamu tidak pernah jatuh cinta kepadaku?" Sergah Flo mulai emosi.
"Aku hanya bingung, Flo! Dulu saat kita hanya berstatus sebagai teman. Aku merasa nyaman bersamamu. Tapi sejak kita berganti status menjadi pacar, aku merasa ada yang salah dengan hubungan kita," tutur Driel yang langsung membuat Flo dan Kenzo mengernyit bersamaan.
"Apanya yang salah, Driel? Kita saling mencintai," sangkal Flo cepat.
Driel menggeleng,
"Kita selalu bertengkar karena hal-hal kecil. Kau ingat?" Driel masih berusaha mencari alasan.
"Tapi bukankah itu hal wajar dalam sebuah hubungan?" Sahut Flo yang juga memaparkan teorinya sendiri.
"Perasaanku kepadamu mulai memudar setahun belakangan, Flo. Aku merasa aku tidak akan bisa jika kita harus melanjutkan hubungan kita ke jenjang pernikahan. Belum lagi mama yang selalu menekankanku untuk segera menikah denganmu, entahlah aku bingung," Driel menyugar rambutnya dengan kasar dan mengusap wajahnya berulang kali.
"Jadi maksudmu, kamu memang tidak ada lagi perasaan apapun kepadaku setahun belakangan ini? Lalu kenapa kamu masih saja bersikap mesra dan manis kepadaku?" Cecar Flo tak mengerti.
"Sebelum berpacaran kita memang sudah bersikap mesra, Flo. Aku hanya lebih nyaman menjadi temanmu ketimbang menjadi pacar atau suamimu," sahut Driel yang masih berusaha menyangkal.
Flo menghela nafas kecewa. Gadis itu meneguk minuman yang ada di hadapannya.
Dasar pria brengsek!
Terus saja mencari alasan dan pembenaran.
Kenzo yang sedari tadi menyaksikan perdebatan antara Flo dan Driel hanya bisa menggeram kesal sambil terus menggerutu dalam hati.
"Kapan kau mengenal calon istrimu..." Flo menjeda kalimatnya untuk mengingat-ingat siapa nama calon istri Driel. Flo sudah membaca sekilas undangan pernikahan Driel kemarin.
"Rhea. Namanya Rhea," timpal Driel cepat.
"Iya, Rhea. Kau sudah lama mengenalnya?" Tanya Flo menyelidik.
Driel mengendikkan bahu,
"Baru satu tahun belakangan. Tapi satu bulan kemarin kami baru mulai menjalin hubungan serius," jawab Driel seraya tertunduk.
Flo tersenyum kecut,
"Jadi itu alasanmu pergi ke luar kota satu bulan kemarin?" Tebak Flo cepat.
"Aku benar-benar minta maaf, Flo," lirih Driel dengan nada bersalah.
Ck
Kenzo berdecak kesal.
Flo dan Driel serempak menoleh ke arah Kenzo.
"Kenapa tidak bilang saja kalau kau sudah bosan pada Flo, Driel? Kenapa harus bertele-tele dan menggunakan segala macam alasan untuk membela dirimu sendiri?" Sahut Kenzo kesal.
Driel mengernyit bingung,
"Apa maksudmu, Ken?" Tanya Driel yang mulai terpancing emosinya.
"Maksudku adalah, kau itu pria brengsek!" Kenzo menuding ke arah Driel.
"Ken, sudah!" Flo mencoba melerai Kenzo dan Driel sebelum terjadi adu pukul karena sepertinya Driel mulai terpancing emosinya setelah mendengar kata-kata pedas dari Kenzo.
"Jangan ikut campur! Kau hanya orang asing!" Sergah Driel seakan mengingatkan posisi Kenzo.
"Aku calon suami Flo jika kau belum tahu!" Sahut Kenzo yang ikut-ikutan emosi.
"Apa?" Driel dan Flo terkejut bersamaan.
"Ken! Jangan mengarang!" Protes Flo seakan tak terima.
Terang saja hal itu langsung membuat Driel tersenyum mengejek ke arah Kenzo.
"Aku memang calon suamimu, Flo!" Kenzo masih bersikeras.
"Sudah cukup! Aku sedang tidak mau berdebat denganmu, Ken!" Flo mengangkat tangannya ke arah Kenzo sebagai isyarat agar pria itu tidak ikut campur lagi dengan pembicaraan antara Flo dan Driel.
"Terserah saja!" Sahut Kenzo kesal. Pria itu meneguk kopi di hadapannya dalam satu tegukan besar untuk meluapkan kekesalannya.
"Jadi, apa kau sungguh tidak pernah mencintaiku, Driel?" Flo bertanya sekali lagi pada Driel seakan masih berharap kalau Driel akan kembali kepadanya.
'Astaga, Flo! Kau tidak perlu mengemis cinta pada pria brengsek ini!' Kenzo bergumam kesal dalam hati.
"Aku menyayangimu, Flo. Kamu temanku, kamu sahabatku." Tegas Driel sekali lagi.
Flo kembali menarik nafas panjang karena dadanya kembali terasa sesak sekarang.
"Flo, kamu gadis yang baik, aku yakin kamu akan bertemu pria yang baik. Dan pria itu bukan aku," ucap Driel seraya menggenggam tangan Flo.
"Cih! Kata-kata klasik seorang pria brengsek pada mantannya saat sudah mendapatkan kekasih yang baru," Kenzo bergumam kesal.
Namun gumaman Kenzo barusan cukup keras untuk bisa di dengar oleh Flo dan Driel.
"Kau benar, Ken! Aku memang pria brengsek," sahut Driel yang ikut-ikutan kesal.
"Baguslah, kalau akhirnya kau sadar." Timpal Kenzo tanpa nemandang ke arah Driel.
"Dia sendiri yang bilang, Flo kalau dia pria brengsek. Jadi aku rasa kau tak perlu lagi menangis atau mengemis cinta kepadanya," imbuh Kenzo lagi dengan nada sinis.
Kali ini Kenzo menatap pada Flo yang sepertinya akan menangis lagi.
Driel hanya berdecak dan menahan geram di hatinya.
Flo melepaskan tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Driel.
"Aku tidak sedang mengemis cinta, Ken! Aku hanya sedang bertanya pada Driel tentang perasaannya kepadaku. Kenapa kamu ikut campur dan sok tahu begitu?" Sergah Flo yang sepertinya ikut-ikutan kesal dengan sikap Kenzo.
"Aku bukan sok tahu ataupun ikut campur. Bukannya tadi kamu sendiri yang memintaku untuk menemanimu bertemu pria brengsek ini?" Sahut Kenzo membela diri.
"Iya. Aku memang memintamu untuk menemaniku. Tapi aku tidak meminta pendapatmu. Jadi diamlah!" Tukas Flo yang mulai emosi.
Ada apa sebenarnya dengan pria bernama Kenzo ini?
Kemarin di kantor sikapnya begitu manis dan bijak. Tapi hari ini kenapa dia begitu menyebalkan?
"Baiklah kalau begitu. Aku akan pergi. Silahkan kalian berdua mengobrol dan mengenang masa pacaran sebelum salah satu dari kalian menikah dengan orang lain," ujar Kenzo sinis seraya beranjak dari duduknya.
Pria itu keluar begitu saja dari restorant Driel dan berjalan cepat menuju ke arah parkiran.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir hari ini.
Jangan lupa like, komen, dan vote 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
MandaSeptriani
anaknya elena bukan thor
2022-01-21
0
🥀Novie🥀
uluh-uluh-uluh ada yg ngambek 😆😆😆😆
2021-06-19
1
Kustri
keren ini
2020-11-19
1