Bab 20 Nekad

Dalton bersandar malas di dinding elevator, memainkan ponselnya tanpa minat. Saat Ruby berbicara, ia hanya mendengus pelan, sesekali meliriknya dengan mata bosan.

"Keluarga Dagger?" Dalton mendecak sambil memasukkan ponsel ke saku. "Aku sama sekali tidak pernah mendengar nama keluarga itu. Lagipula, kenapa aku harus terlibat dalam hal menjengkelkan seperti ini? Ada atau tidak adanya keluarga Dagger tidak akan berpengaruh apa pun pada hidupku."

Ruby memutar bola matanya, lalu bersedekap. "Sampai kapan kau akan terus bermain-main, Dalton? Ingatlah, sebentar lagi Phoenix Vanguard akan menjadi milikmu seutuhnya. Kau harus membiasakan diri dengan ini. Perusahaan itu adalah salah satu aset besar keluarga kita, meski sayangnya, saat ini masih berada di bawah kendali paman bodoh kita."

Dalton hanya mengangkat bahu, tidak peduli. Saat pintu elevator terbuka, mereka melangkah keluar menuju lantai tempat Sophia berada. Beberapa staf kantor menunduk sopan, namun Dalton hanya melirik mereka dengan tatapan jemu.

Ruby terus berbicara. "Kita bisa mencari-cari kesalahan di Phoenix Vanguard untuk disampaikan pada kakek saat pertemuan, Dalton. Aku yakin sesempurna apa pun perusahaan ini, pasti ada celah untuk bisa mengorek kebusukannya. Dan dari masalah keluarga Dagger inilah kita mulai."

Dalton menggaruk rambutnya yang tidak gatal, pandangannya berkeliaran tanpa fokus. Semua yang dilihatnya di lantai itu tampak membosankan, meja, kursi, dokumen, dan orang-orang yang menurutnya hanya sekadar robot yang bekerja tanpa gairah. Namun, langkahnya terhenti ketika ia menangkap sosok seorang wanita cantik melintas di lorong samping bersama seorang pegawai.

"Siapa wanita itu?" tanyanya dengan nada serius untuk pertama kalinya, matanya memindai Evelyn dari kepala hingga kaki. "Aku harus tidur dengannya malam ini."

Ruby yang semula tidak peduli akhirnya menghentikan langkah, mengikuti pandangan Dalton. "Ada apa?" Ia menatap Evelyn dengan curiga. "Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya di sini."

Evelyn dan Grace keluar dari lorong, langkah mereka terhenti saat menyadari Dalton dan Ruby memperhatikan mereka. Grace segera membungkuk sopan.

"Tuan Dalton, Nona Ruby. Apa Anda ingin bertemu dengan Nona Sophia?" tanya Grace.

Dalton mengabaikan pertanyaan itu. "Siapa wanita cantik di sampingmu?" tanyanya dengan nada yang menggoda, tatapannya kembali mengamati Evelyn dengan intens.

Evelyn merasa tidak nyaman dengan tatapan Dalton, yang tampak seperti pemangsa mengincar mangsanya. Ia mundur selangkah, bersembunyi di balik Grace.

Evelyn melirik Grace dengan tatapan terkejut. Apa mungkin ia tidak salah mendengar? Apa benar dia seorang tamu kehormatan? Ini pasti ada sesuatu yang salah. Grace sama sekali tidak menjelaskan hal ini padanya sebelumnya.

"Dia adalah Nona Evelyn, tamu kehormatan yang berkunjung ke gedung ini. Aku diperintahkan untuk mengajaknya berkeliling," jelas Grace dengan tenang.

"Grace," panggil Evelyn dengan suara kecil.

"Tamu kehormatan?" Ruby mencibir. "Aku belum pernah melihat wajahmu di sini, dan kenapa kau bisa disebut tamu kehormatan? Dari mana kau berasal?"

"Aku dari keluarga Voss," jawab Evelyn sedikit gugup. la berusaha memberi senyum terbaiknya meski agak tidak nyaman dengan tatapan Dalton dan Ruby.

"Keluarga Voss?" Ruby tertawa sinis, menyilangkan tangan di depan dada. "Aku tidak pernah mendengar nama keluargamu. Itu berarti kau bukan dari keluarga yang setara dengan keluarga Ashcroft."

"Keluarga Ashcroft?" Evelyn terkejut ketika mengetahui hal itu. Keluarga Voss sangat jauh berada di bawah keluarga Ashcroft. Untuk pertama kalinya, ia bisa bertemu dengan mereka.

"Bagaimana mungkin kau bisa menjadi tamu kehormatan di sini? Kau benar-benar mencurigakan. Siapa kau sebenarnya?" Ruby menatap ketus. "Jika ada kunjungan dari tamu kehormatan, aku dan Dalton pasti akan diberitahu lebih dulu."

Evelyn melirik Grace, berusaha tenang sebelum menjawab. Saat bibirnya baru saja terbuka, tiba-tiba saja Ruby berbicara dengan nada menghina.

"Siapa kau sebenarnya? Jangan-jangan kau simpanan paman bodohku."

"Simpanan?" Evelyn maju selangkah, meski senyum masih menghiasi wajahnya, sorot matanya berubah tegas. "Maaf, Nona, tapi saya sama sekali tidak bertindak seperti yang Anda tuduhkan. Kehadiran saya di sini atas arahan Grace."

Ruby mendengus, tatapannya tidak melunak sedikit pun. "Aku sudah sering mendengar alasan seperti itu dari wanita-wanita yang hanya mengincar harta. Kau pasti simpanan paman bodohku."

Evelyn mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. "Nona, saya hanya menemani teman saya. Soal status saya sebagai tamu kehormatan, saya sama sekali tidak tahu. Anda bisa bertanya langsung kepada Grace."

"Berani sekali kau menatapku dengan tatapan seperti itu." Ruby memelotot tajam. "Aku bisa melakukan apa pun padamu dengan tindakan yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya."

Ruby menyipitkan mata, hendak membalas, tetapi Dalton maju, mendekati Evelyn dengan senyuman penuh maksud. "Hentikan, Ruby," ujarnya lembut. "Sebagai tamu kehormatan, bukankah kita harus menyambutnya dengan baik?"

Ruby mendengus kesal. "Dia sudah berani melawan, Dalton. Mana mungkin aku akan bersikap ramah."

Dalton tidak mendengarkan Ruby lagi. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Evelyn, berbisik pelan, "Kau benar-benar cantik, Nona. Katakan saja apa yang kau inginkan. Aku akan memberikannya padamu tepat di atas ranjang bercinta kita malam ini."

Evelyn menatap Dalton dengan pandangan tajam, sorot matanya penuh ketegasan dan kemarahan. "Tolong perhatikan ucapan Anda, Tuan," ucapnya dingin namun tegas. Ia mengambil langkah maju, mendorong bahu Dalton dengan kekuatan yang cukup untuk membuatnya terhuyung kecil. "Maaf, aku harus pergi sekarang juga."

Tanpa menunggu jawaban, Evelyn melangkah cepat melewati Dalton dan Ruby. Dagunya terangkat tinggi, menunjukkan bahwa ia tidak akan membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu. "Maaf, aku bukan wanita murahan," gumamnya.

Ruby yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa mendengus kesal. "Dasar sombong!" geramnya, tinjunya mengepal. "Aku pasti akan membalasmu suatu saat nanti!"

Dalton, sebaliknya, tertawa lebar, menyentuh bahunya yang didorong Evelyn dengan wajah penuh ketertarikan. "Wanita itu menarik. Semakin sulit, semakin aku menginginkannya. Dia pasti jadi selimut tidurku malam ini."

Ruby memutar bola matanya dengan jijik. "Kau benar-benar menjijikkan, Dalton." Ia menatap tajam Dalton.

Di sisi lain, Grace yang masih berdiri terpaku, dengan cepat memanggil Evelyn. "Nona Evelyn, tunggu!" Ia melangkah terburu-buru untuk mengejar, tetapi sebelum sempat melangkah jauh, Ruby menangkap pergelangan tangannya dengan cengkeraman kuat.

"Siapa yang memerintahkanmu untuk mengajak wanita sombong itu berkeliling? Cepat katakan!" suara Ruby menggelegar, penuh kemarahan.

Grace menggigit bibirnya, menunduk takut. "Aku hanya menjalankan perintah dari atasanku, Nona," jawabnya dengan suara kecil.

Ruby melepaskan cengkeramannya dengan kasar, bahkan menepuk-nepuk tangannya seperti baru saja menyentuh sesuatu yang menjijikkan. Tatapannya beralih ke arah ruangan Sophia, penuh kemarahan dan rasa tidak percaya. "Ini pasti ulah Sophia," gumamnya, menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Kenapa dalam beberapa hari terakhir, gedung ini menjadi sangat aneh? Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran wanita itu atau paman bodoh itu?"

Dalton menginterupsi kemarahan Ruby dengan menunjuk Grace. "Kau," ujarnya dengan nada perintah yang dingin, "bawa wanita bernama Evelyn ke ruanganku secepat mungkin. Kau pasti tidak akan suka jika aku sampai menunggu terlalu lama."

Grace, yang tampak ketakutan, segera berlari mengejar Evelyn. Saat ia berlari, tangannya sibuk mengetik pesan singkat kepada Sophia, memberi tahu tentang kejadian yang baru saja terjadi.

Govin yang berada di samping Xander segera mengeluarkan ponselnya saat notifikasi pesan masuk terdengar. Ia membaca pesan dari Sophia dengan wajah terkejut. "Tuan Xander," katanya dengan suara serius, "sepertinya ada hal penting yang harus saya tunjukkan kepada Anda."

Tanpa membuang waktu, Govin memijat remote, mengganti tayangan pada layar besar di ruangan itu menampilkan sebuah lorong di mana Evelyn, Dalton, Ruby, dan Grace berada. Govin menunjuk ke layar. "Tuan Dalton dan Nona Ruby sedang berada di gedung ini."

"Apa yang mereka lakukan pada Evelyn?" ucapnya dengan nada rendah namun penuh ancaman. "Perbesar suara tayangan sekarang juga, Govin. Aku ingin mendengar setiap kata mereka."

Govin mematuhi perintahnya. Seketika, suara percakapan Ruby yang menghina Evelyn dan Dalton yang mencoba menggoda wanita itu memenuhi ruangan. Wajah Xander berubah gelap, rahangnya mengeras, dan tangan kanannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Aku tidak akan membiarkan mereka bertindak sesukanya," Xander berkata tajam, tiba-tiba menggebrak meja di depannya dengan kekuatan penuh hingga terdengar suara dentuman keras.

"Tuan Xander," ujar Govin dengan hati-hati, "Tuan Dalton dikenal sebagai pria yang tidak segan menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia sangat licik dan berbahaya."

Xander tidak menjawab. Ia berdiri dari kursinya dan menatap layar dengan mata penuh kemarahan. "Sediakan kendaraan tercepat menuju Skyline," perintahnya dingin. "Aku yang akan mengantar Evelyn pulang ke rumah dengan selamat."

Govin segera bertindak. "Kita bisa menggunakan jet pribadi, Tuan. Saya akan segera menyiapkannya. Tapi sesuai dengan perjanjian, Tuan harus kembali ke rumah tepat pukul empat sore."

Xander melirik arlojinya. Waktu masih menunjukkan pukul setengah satu siang. "Baiklah, aku mengerti," jawabnya singkat.

"Aku akan menyerahkan Tuan Dalton dan Nona Ruby pada Sophia. Sophia tahu apa yang harus dirinya lakukan." Govin mengutak-atik ponsel beberapa saat. "Tuan, jet pribadi kita sudah mendarat di atap gedung," lapornya.

"Bagaimana dengan Evelyn?" tanya Xander tanpa mengalihkan pandangannya dari layar, yang masih menampilkan Dalton dengan sikap kurang ajarnya. Kedua tangannya kembali mengepal erat, hampir menghantam meja sekali lagi.

Govin meraih lengan Xander dengan sigap. "Tuan, tenanglah. Grace sedang membawa Nona Evelyn ke lantai paling atas. Kita bisa pergi kapan saja."

"Kita berangkat sekarang," ujar Xander tegas. Ia bergegas keluar ruangan, diikuti oleh Govin dan tiga pengawal yang berjalan cepat di belakangnya.

Dalam waktu singkat, mereka tiba di atap gedung, tempat jet pribadi sudah siap berangkat. Evelyn yang baru saja tiba bersama Grace tampak terkejut saat melihat Xander muncul dengan langkah tergesa-gesa.

"Xander?" tanyanya, nada suaranya penuh keheranan. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Terpopuler

Comments

Kusumawardani

Kusumawardani

bukan jet,tp helicopter kali Thor,g mungkin jet,Krn jet lebih besar dan panjang tdk TDK mungkinkan bisa mendarat diatas atap gedung,,,,kl helicopter biasa mendarat diatas gedung,,Krn memang dirancang agar bisa mendarat diatas gedung Krn bentuknya simpel dan praktis untuk perjalanan yg mendesak,,,,

2025-03-19

0

Don Khing

Don Khing

soal keteguhan Xander terhadap Eveline,,,its ok,,,gw suka,,,hanya yang membuat rada bingung,,,jet pribadi ada diatas gedung,,, seberapa panjangkah gedung itu hingga cukup untuk lepas landas sebuah pesawat,,,ok lah kalo heli

2025-03-06

0

erick

erick

mc nya terlalu murahan sm wanita...itu yg tdk bgus .....sudah dibuangasih sj menghrpkan nya....murahan sekali...

2025-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!