Bab 4 Pertemuan

"T-Tuan Mason..." gumam Declan dengan suara bergetar. Keringat dingin mulai membasahi dahinya.

Seluruh anggota keluarga Voss terperangah mendengar ucapan pemimpin mereka. Bahkan Evelyn, kini menunjukkan raut keterkejutan di wajahnya. Ia bisa melihat jelas ketakutan yang bersarang di mata Declan.

Uang dua puluh juta dolar adalah jumlah yang sangat besar, bahkan bagi keluarga Voss yang terpandang. Mason, dengan wajah masih dipenuhi amarah, merapikan jasnya yang kusut.

Ia melangkah mendekati tiga pengawalnya yang masih tergeletak lemah di lantai. Dengan satu gerakan kasar, ia menendang salah satu dari mereka.

"Bangunlah, sialan! Aku tidak membayarmu untuk berbaring di lantai rumah orang lain!" bentaknya dengan suara lantang.

Victor, yang selama ini selalu mendukung Mason, mencoba membela diri.

"T-Tuan Mason, ini bukanlah kesalahan kami! Pria sampah itu bukanlah bagian dari keluarga kami. Kami semua berlepas diri dari semua perbuatan yang dia lakukan." katanya, berusaha terdengar meyakinkan.

Namun, Mason tidak peduli. Ia menatap Victor dengan tajam, membuat pria itu terdiam seketika.

"Meski kalian menyangkalnya, dia tetaplah bagian dari keluarga Voss."

"Jika kalian tidak bisa membayar ganti rugi, aku akan memastikan keluargaku memutus seluruh kerja sama dengan keluarga kalian. Tidak hanya itu, aku juga akan menyebarkan kabar ini kepada keluarga lain di seluruh kota. Bayangkan betapa buruknya reputasi keluarga kalian setelah malam ini." Balas Mason dengan nada penuh penekanan.

Ucapan Mason membuat suasana semakin mencekam. Beberapa anggota keluarga Voss senior tampak panik. Mereka saling berpandangan, lalu secara hampir bersamaan berkata dengan nada penuh kecemasan. "Tuan Mason..."

Namun, tatapan mereka segera beralih ke arah Xander. Kali ini, tidak ada rasa hormat lagi di mata mereka. Yang ada tetaplah kebencian dan penghinaan.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan, Xander! Kau telah membawa kehancuran bagi keluarga ini. Kenapa kau tidak pergi saja dari awal?" ucap salah satu paman Evelyn dengan nada dingin.

Xander berdiri diam di tempatnya, menatap Mason yang masih dipenuhi kemarahan. Meskipun ia merasa tidak bersalah karena hanya melindungi istrinya, ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa tindakannya telah memicu kekacauan ini.

"Lihatlah apa yang sudah kau lakukan!" suara Declan menggema di seluruh ruangan.

"Kau membuat semuanya menjadi bertambah kacau! Pencapaian yang sudah kita dapatkan dengan susah payah hancur hanya karena satu malam!"

Raven menatap Xander dengan penuh kebencian, seolah ingin melahap pria itu hidup-hidup. "Kau benar-benar pembawa bencana!" pekiknya dengan nada menyindir.

"Astaga," ucap salah seorang wanita dari keluarga Voss, kemudian menundukkan wajah di kursinya, tidak berani ikut campur. Beberapa anggota keluarga yang lain tampak cemas, namun tak ada yang berani berbicara.

Di sisi lain, Avery memanfaatkan momen ini untuk membisikkan sesuatu ke telinga Evelyn. "Evelyn, segeralah bujuk Tuan Mason untuk membatalkan ancamannya. Jika kau berhasil membebaskan kita dari masalah ini, anggota keluarga yang lain akan menganggapmu sebagai penyelamat. Kedudukanmu akan lebih tinggi dari sebelumnya."

Evelyn menatap Avery dengan ragu. Meski ia merasa ucapan itu ada benarnya, hatinya enggan untuk berpihak pada Mason. Ia tahu betapa arogannya pria itu, dan meminta belas kasihan darinya bukanlah sesuatu yang mudah.

"Ingatlah! Semua masalah ini terjadi karena sampah yang masih menjadi suamimu itu." lanjut Avery dengan nada mendesak.

Evelyn mengangguk lemah. Meski hatinya tidak sepenuhnya setuju, ia merasa tak ada pilihan lain selain mencoba berbicara dengan Mason.

Namun sebelum Evelyn bisa membuka mulutnya, Xander berbicara dengan nada tegas. "Aku akan bertanggung jawab."

Semua mata kini tertuju padanya. Evelyn menatap suaminya dengan bingung, sementara Declan dan yang lainnya menunjukkan ekspresi tidak percaya.

"Tapi aku tidak akan minta maaf padamu atas perbuatanku tadi,"

"Anggap saja itu peringatan dariku karena kau sudah berani mengganggu dan bertindak kurang ajar pada Evelyn." lanjut Xander, tatapannya diarahkan langsung kepada Mason.

Ucapan itu membuat Mason terdiam sejenak. Namun, hanya sesaat. Ia kemudian tertawa keras.

"Kau akan bertanggung jawab?" ulang Mason dengan nada mengejek.

"Kau benar-benar tidak tahu malu! Hampir semua orang di kota ini tahu bahwa kau hanyalah menantu tidak berguna yang tidak bisa melakukan apa pun."

"Kau bahkan mendapatkan uang dari dompet istrimu,"

"Lalu bagaimana mungkin kau bisa membayar uang sebanyak itu? Kepalamu saja tidak akan lebih mahal dari biaya listrik bulanan di rumah keponakanku." Ucapnya panjang lebar.

Penghinaan itu membuat darah Xander mendidih. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha menahan amarah yang hampir meledak.

Ruangan terasa semakin sunyi ketika Evelyn tiba-tiba berbicara. "Tuan Mason."

"Aku mohon maafkan Xander dan semua tindakannya. Aku tahu dia bodoh dan tidak berguna, tapi aku yakin dia melakukan itu karena janjinya pada kakekku, Ethan." ucapnya sambil melangkah maju.

Namun, Mason tampaknya melunak. Tatapannya berubah menjadi lebih lembut, bukan karena kata-kata Evelyn, melainkan karena pesona kecantikan wanita itu. Ia mendekati Evelyn, mengelus rambutnya dengan lembut, senyumnya muncul dengan penuh kepuasan.

"Aku tahu kau orang baik, Tuan! Jadi aku mohon, lupakan masalah ini. Biar aku dan keluarga Voss yang menghukum Xander." Evelyn melanjutkan dengan suara lembutnya.

Mason tersenyum semakin lebar. Ia tidak melepaskan tangannya dari kepala Evelyn, terus mengelus rambut wanita itu seperti ia sudah menganggapnya miliknya sendiri.

Melihat pemandangan itu, Xander tidak bisa lagi menahan diri. Ia melangkah maju dengan tangan terkepal, "Aku yang akan bertanggung jawab, Evelyn."

"Diamlah dan berhenti membuat masalah, Xander!" bentaknya.

Xander berhenti seketika. Tubuhnya menegang, dan matanya menunduk, menyembunyikan perasaan sakit yang mendalam di balik wajahnya yang tetap tenang.

"Baiklah, aku setuju," Mason akhirnya berkata dengan nada puas, sambil menatap Xander dengan ketus.

Hampir semua anggota keluarga Voss tampak bernapas lega mendengar itu. Declan, yang sejak tadi diam karena tegang, kini tersenyum tipis.

Namun, di sudut ruangan, Selene tetap acuh, hanya menggumam pelan, "Dia pasti akan semakin besar kepala."

Namun Mason belum selesai. Ia melangkah mundur, menarik perhatian semua orang. "Tapi aku ingin kalian mengabulkan syarat-syarat yang aku ajukan."

Declan buru-buru menyambut. "Apa itu, Tuan Mason? Tolong katakan pada kami agar kami bisa segera memenuhinya."

"Pertama, aku ingin kalian mengusir sampah bernama Xander itu dari keluarga kalian selamanya. Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh berhubungan lagi dengannya setelah ini." ucap Mason dengan tegas.

Declan tersenyum tipis, hampir lega mendengar permintaan itu. "Itu syarat yang mudah bagi kami, Tuan! Sejak awal kami sama sekali tidak pernah menerima kehadirannya di keluarga kami meski dia datang bersama ayahku sekalipun. Selain itu, Evelyn juga sudah mengakhiri hubungan pernikahannya dengan sampah itu dan hanya tinggal menunggu proses resminya. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

Xander berdiri diam, matanya terpaku pada lantai. Namun, di dalam dirinya, amarah dan rasa sakit bercampur menjadi satu, membakar setiap sudut hatinya.

Evelyn melirik Xander sekilas, ada sedikit rasa bersalah di matanya. Namun, ia tidak mengatakan apa pun.

Mason menatap Declan dengan senyum licik, kemudian menambahkan, "Ada satu syarat lagi yang ingin aku sampaikan pada kalian."

Semua orang terdiam, menunggu kalimat berikutnya dari Mason.

Ia berjalan mendekat ke arah Xander, disertai ketiga pengawalnya yang kembali berdiri di belakangnya.

"Aku ingin menikah dengan Nona Evelyn satu bulan ke depan," katanya sambil tersenyum lebar dengan penuh kesombongan.

Ruangan yang semula tenang kembali dipenuhi ketegangan. Semua anggota keluarga Voss terkejut mendengar pernyataan Mason yang penuh dengan kesombongan. Bahkan Xander, yang biasanya tenang, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Wajahnya mengeras, sementara tangannya terkepal erat, menunjukkan bagaimana perasaan batinnya berkecamuk.

Xander merasa harga dirinya benar-benar diinjak-injak oleh Mason. Bukan hanya sebagai seorang laki-laki, tetapi juga sebagai seorang suami. Mason, dengan kekayaan dan kekuasaannya, begitu mudah merebut Evelyn darinya, seolah-olah Xander tidak memiliki nilai apa pun di mata dunia.

Di sisi lain, Evelyn tampak gelisah. Perasaan tidak menentu menyelimuti dirinya. Meski ia mencoba terlihat tenang, beberapa kali matanya melirik Xander yang masih berdiri mematung di sudut ruangan. Ia tahu pria itu sedang terluka, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.

Akhirnya, Xander berbicara, suaranya keras dan tegas. "Aku sama sekali tidak setuju."

Semua mata tertuju padanya, termasuk Evelyn dan Mason.

"Aku sudah berjanji untuk menjaga Evelyn, dan aku—"

Evelyn tidak membiarkan Xander menyelesaikan kalimatnya. Dengan suara tajam, ia menyela, "Xander, diamlah!"

Nada setengah membentak itu membuat Xander terdiam, tapi bukan karena takut. Ia hanya menatap Evelyn.

Evelyn menghela napas, mencoba menenangkan dirinya, lalu kembali berkata. "Tuan Mason, aku setuju dengan syarat yang kau berikan."

"Hanya saja, berikan aku kesempatan untuk berbicara dengan Xander sebentar saja. Tolong jangan salah sangka, ini hanya sekadar ucapan perpisahan."

Evelyn buru-buru menarik tangan Xander. Sentuhan itu terasa berbeda bagi pria yang selama ini hanya mendambakan cinta dari istrinya. Xander menoleh, melihat Evelyn yang melirik gugup ke arah keluarganya. Wajah-wajah keluarga Voss tampak sumringah, sementara Mason di kejauhan terlihat memerah karena amarahnya. Evelyn tidak peduli. Ia terus menggenggam tangan Xander dengan erat hingga mereka tiba di halaman depan.

Ketika sudah cukup jauh dari semua pandangan, Evelyn melepaskan genggamannya.

Evelyn berdiri di hadapannya, menarik napas panjang sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Dengarkan aku, Xander. Sesuai dengan perkataanku tadi, aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahanku denganmu.”

"Evelyn, aku sudah berjanji pada kakekmu untuk menjagamu."

Evelyn mengangguk kecil, senyum tipis yang pahit menghiasi wajahnya. "Aku tahu."

"Kau sudah menjagaku cukup baik selama ini, Kau juga sudah bertanggung jawab atas janjimu pada kakekku. Kau pria yang baik, Xander. Tapi aku juga tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa kau telah menghancurkan hidupku selama dua tahun terakhir." lanjut Evelyn.

Evelyn menarik napas panjang, matanya kembali bertemu dengan mata Xander. Ada rasa bersalah yang begitu besar di wajahnya, tetapi ia mencoba untuk tetap tegar. "Pernikahan kita adalah kesalahan. Kesalahan yang disengaja oleh kakekku. Aku tidak pernah mencintaimu, Xander. Meski begitu, aku bukan orang sekeji itu untuk merasa bahagia melihatmu menderita. Aku hanya ingin kita menyudahi semua ini."

Xander akhirnya berbicara dengan lirih. "Evelyn."

"Keluarga Mason adalah keluarga kelas atas di kota ini. Mereka bisa dengan mudah menghancurkan keluarga Voss dalam sekejap, terlebih kau yang tidak memiliki apa pun dan siapa pun di kota. Aku mohon jangan melawannya. Kau tidak akan pernah menang darinya."

Evelyn kemudian dengan perlahan mengangkat tangannya, menggenggam cincin pernikahannya yang telah menjadi simbol hubungan mereka. Dalam hati, ia merasa sangat berat melepaskannya, namun keputusan harus tetap diambil.

"Aku melepaskanmu, Xander," katanya pelan, sambil melepas cincin itu dan menaruhnya di telapak tangan Xander.

"Aku berharap hidupmu bisa menjadi lebih baik dibanding saat kau masih berada di keluarga Voss. Kau sudah bebas dari janjimu pada kakekku. Jika kau membutuhkan uang untuk keperluan hidupmu, datanglah ke tempat Ziva dan ambillah uang seperlumu. Aku yang akan membayarnya nanti. Anggap saja itu balasan atas semua kebaikanmu padaku."

Tetapi saat ia hendak melangkah pergi, tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh Xander. Rasanya seperti ada sesuatu yang menyentuh hatinya begitu dalam—sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Cinta?

Penyesalan?

Atau sekadar rasa kehilangan yang mendalam? Semua perasaan itu campur aduk dalam dadanya.

Xander menarik napas dalam-dalam, mengunci pandangannya pada Evelyn dengan tatapan yang penuh perasaan.

"Aku mencintaimu, Evelyn," katanya dengan tulus, suaranya bergetar sedikit.

Evelyn menarik tangannya dengan lembut, mencoba tersenyum meski hatinya terasa pecah. "Aku tahu," balasnya pelan, suara yang penuh emosi, dan senyum tipis itu hanya untuk Xander. Tanpa berkata lebih banyak, Evelyn berbalik dan berlari kecil menuju pintu rumah keluarga Voss.

Xander hanya berdiri di sana, memandang kepergian wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Matanya berkaca-kaca, dan dadanya terasa sesak, seperti ada sesuatu yang menghimpit hatinya. Ia belum siap kehilangan Evelyn, namun kenyataan itu datang dengan sangat cepat—ketika Evelyn tersenyum padanya, di saat itulah wanita itu memilih untuk pergi dari hidupnya.

Xander berdiri di sana beberapa menit, terdiam. Pikirannya berkelana, terjebak dalam kenangan yang tak bisa ia lepaskan. Perlahan, ia memasukkan cincin pemberian Evelyn ke dalam saku celana. Tangannya bergerak ke bagian dalam bajunya, di mana sebuah cincin lain tersimpan—cincin yang ia jadikan liontin. Dengan perlahan, ia memerhatikan ukiran pada cincin itu, seolah mencari arti di balik semua yg kenangan yang terukir di sana.

Tangan Xander menggenggam cincin itu sejenak, merasakan beratnya dunia yang baru saja ia hadapi. Ia kembali memasukkan cincin itu ke tempat semula, di dekat dada.

FLASHBACK OFF

Xander memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Guntur menggelegar memekakkan telinga, seolah langit ikut merasakan amarah dan kesedihannya. Hujan tiba-tiba turun dengan deras, menciptakan tirai air yang membatasi pandangannya.

Tiba-tiba, dari kejauhan, beberapa cahaya lampu kendaraan terlihat mendekat dengan cepat. Dalam waktu singkat, sebuah mobil berhenti tepat di depannya, diikuti oleh deretan mobil lain yang mengerem hampir bersamaan.

Xander mundur satu langkah, bingung dengan apa yang sedang terjadi. "Apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya nyaris tenggelam oleh suara hujan dan guntur.

Dari mobil paling depan, seorang pria berjas rapi keluar dengan langkah cepat, meskipun hujan terus mengguyur tanpa ampun. Di belakangnya, belasan pria berpakaian serupa menyusul, berjalan dengan ritme yang terkoordinasi. Xander merasa ada sesuatu yang aneh, tetapi ia tidak bergerak, hanya memperhatikan mereka dengan dahi berkerut.

Pria itu berhenti beberapa langkah di depan Xander. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia tiba-tiba saja berlutut, membungkuk dengan penuh hormat. Aksinya langsung diikuti oleh semua pria di belakangnya.

"Tuan Alexander Ashcroft, akhirnya kami menemukan Anda."

Terpopuler

Comments

OI

OI

yakkin ni cowo bucin pasti ngejar2 lagi bks bininya hahahahha

2025-02-22

0

David Doank

David Doank

baca 4 bab aja udah malas sama MCnya.. dilanjutinn baca buang buang kuota 👎👎👎👎👎

2025-02-26

1

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

lanjut thor

2025-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!