Bab 12 Menang

Sorakan penonton meledak ketika Xander dan Dalton berdiri di atas ring, bertelanjang dada, memamerkan tubuh mereka yang dipenuhi otot terlatih. Para wanita di sekitar ring histeris, beberapa bahkan berusaha mendorong maju untuk mendapatkan pandangan lebih dekat. Sorotan lampu temaram menambah intensitas atmosfer, membuat bayangan otot-otot mereka terlihat lebih dramatis.

Di pinggir ring, Parker merangsek maju, berusaha mendekati Xander yang sedang merenggangkan tubuhnya. Dengan susah payah, ia berhasil menarik perhatian Xander tanpa mengganggu konsentrasinya.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Xander tanpa menoleh, tetap fokus mempersiapkan dirinya.

“Kau harus menang jika kau tidak ingin aku mati karena taruhan ini,” bisik Parker dengan nada putus asa.

Xander tidak menjawab. Ia hanya menatap Dalton, mengamati pergerakan kecil.

Parker mundur dengan wajah penuh kecemasan, terdesak oleh gelombang penonton yang terus merangsek maju. “Kau jangan sampai kalah, Xander.”

Di sisi lain arena, seorang pria melangkah masuk ke ring. Ia adalah wasit pertandingan, dengan mikrofon di tangan dan senyum sinis di wajahnya. “Apakah kalian sudah memasang taruhan kalian?” teriaknya ke arah kerumunan.

Penonton merespons dengan sorakan menggema, tangan-tangan mereka mengacung tinggi, menggenggam uang taruhan.

“Baiklah,” lanjut pria itu, suaranya semakin penuh semangat. “Sekarang kita akan menyaksikan pertandingan Dalton, sang legenda tak terkalahkan!”

Kerumunan bersorak lebih keras, menggemakan nama Dalton. Namun pria itu hanya melipat tangannya di depan dada, menatap Xander dengan seringai mengejek.

“Dan lawannya adalah penantang baru yang... aku bahkan tidak tahu namanya,” kata sang wasit dengan nada mengejek. Ia mengarahkan mikrofon ke Xander. “Siapa namamu, pecundang?”

“Xander,” jawab Xander dengan suara tenang, singkat namun tegas.

Kerumunan langsung terbagi. Sebagian mulai bersorak mendukungnya, terutama para wanita yang terpikat oleh ketenangannya. Namun, sebagian lain mencemooh dengan penuh ejekan, yakin Dalton akan menghajarnya dengan mudah.

Di sudut ruangan, wanita yang datang bersama Dalton terlihat gelisah. Ia melirik Xander dengan sorot mata tajam, seolah mencoba mengingat sesuatu. Tatapannya semakin fokus ketika nama itu disebut.

“Siapa pria itu?” tanyanya tiba-tiba pada seorang wanita di sampingnya, nadanya mendesak.

“Xander, dia baru saja menyebutkan namanya,” jawab wanita itu dengan malas sambil kembali meneguk minuman.

Namun wanita tadi tidak puas. Ia berdiri dari kursinya, menepis tangan seorang pria yang mencoba mendekat. Tatapannya tetap tertuju pada Xander, mencoba memahami siapa sebenarnya pria itu di tengah cahaya yang remang.

Di atas ring, wasit melanjutkan tugasnya. “Peraturan pertandingan ini sederhana,” ia memulai, berjalan di antara Xander dan Dalton. “Peraturan pertama, setiap petarung bebas menyerang bagian tubuh mana pun milik lawan. Kedua, tidak boleh ada yang memakai senjata. Ketiga, pertandingan selesai jika salah satu petarung tidak sadarkan diri, menyerah, atau tidak bisa bangun setelah hitungan sepuluh detik. Mengerti?”

Xander dan Dalton mengangguk bersamaan.

“Baiklah!” teriak sang wasit. “Kita mulai!”

Ia buru-buru keluar dari ring, memberi ruang bagi kedua petarung untuk saling mendekat.

Sorakan penonton kembali menggema, memenuhi ruangan seperti gelombang yang tak terbendung. Xander dan Dalton saling mengamati, berjalan perlahan ke tengah ring. Kedua pria itu berdiri hanya beberapa langkah satu sama lain, energi ketegangan yang terpancar di antara mereka begitu nyata hingga dapat dirasakan oleh semua orang di ruangan.

Dalton menyeringai, mengepalkan tangannya yang besar. “Kau akan menyesali keputusanmu untuk naik ke sini,” ucapnya penuh kesombongan.

Namun Xander hanya tersenyum tipis, mengangkat kedua tangannya dalam posisi bertahan. “Kita lihat saja.”

Pertandingan resmi dimulai. Sorakan penonton menggema memenuhi ruangan. Nama Xander dan Dalton diteriakkan bersahutan. Cibiran dan ejekan dilontarkan dari pendukung masing-masing pihak.

Xander dan Dalton berdiri diam beberapa detik, saling menatap tajam, mencoba membaca gerakan lawan. Tubuh mereka bergerak perlahan dalam irama yang seirama, mencari celah untuk serangan pertama.

Dalton menjadi yang pertama melancarkan serangan. Ia melayangkan pukulan keras dengan kepalan tangan yang besar. Namun, Xander dengan cekatan mengangkat lengannya, menahan pukulan itu dengan kepalan tangannya sendiri.

Duk!

Dalton terkejut, menggeram pelan sambil menggoyangkan tangannya yang terasa perih. “Kau cukup kuat, tapi aku belum serius.”

Xander hanya menyeringai kecil tanpa menjawab.

Dalton kembali menyerang, kali ini lebih agresif. Ia melancarkan serangkaian pukulan cepat, mencoba menjebol pertahanan Xander. Namun, Xander bergerak gesit, menghindar dengan langkah ringan, menangkis sebagian serangan, dan mengelak dari sisanya. Dalton tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan serangan dengan tendangan kuat ke arah kepala Xander.

Xander menunduk dengan cepat, tendangan itu hanya menggesek rambutnya. Dalton mencoba menargetkan kaki lawannya, tetapi Xander melompat ke samping, membuat Dalton kehilangan keseimbangan sesaat.

“Bagus, Xander! Ayo hajar dia!” seseorang di kerumunan berteriak, diikuti oleh sorakan pendukung lainnya.

Sementara itu, di sudut ruangan, Parker menghela napas lega. Xander masih mampu bertahan dengan baik, bahkan membuat Dalton sedikit kewalahan. Namun, ia tahu ini baru permulaan.

Di antara kerumunan, wanita yang datang bersama Dalton terlihat gusar. Ia melipat tangannya, menghembuskan napas berat sambil menatap sepupunya di atas ring. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa hanya untuk mengalahkan pria itu kau terlihat begitu kesulitan?” gumamnya.

Ia mengalihkan perhatiannya sejenak ke ponsel, tetapi gemuruh sorakan penonton membuatnya kembali mendongak. Matanya menyipit, memperhatikan dengan lebih serius.

Di atas ring, Dalton mulai kehilangan kesabaran. Wajahnya memerah karena emosi, dan gerakannya menjadi lebih liar. Ia melayangkan pukulan brutal yang nyaris mengenai rahang Xander, tetapi Xander mundur dengan langkah terukur, membiarkan pukulan itu hanya mengayun di udara.

Kesempatan itu tidak dilewatkan Xander. Dengan gerakan cepat, ia menyerang balik, menghantam perut Dalton dengan pukulan keras yang membuat lawannya terhuyung ke belakang.

Kerumunan meledak. Sorakan pendukung Xander terdengar lebih kencang, sementara beberapa pendukung Dalton mulai mengumpat frustrasi.

Dalton berdiri tegak kembali, menatap Xander dengan tatapan penuh dendam. “Kau akan menyesali ini!” bentaknya sambil maju menyerang lagi.

Sementara itu, para penonton di sekitar ring semakin liar. Beberapa pria bahkan terlibat perkelahian kecil karena saling mengejek jagoan lawan. Namun, perhatian mayoritas tetap tertuju ke ring, tempat ketegangan dan adrenalin memuncak.

Dalton kembali menyerang, tapi kali ini gerakannya terlihat kurang terkontrol, terlalu dipengaruhi emosi. Xander, sebaliknya, tetap tenang, menghindari serangan dengan langkah-langkah lincah. Ia menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan balasan yang lebih efektif.

Ketika Dalton kehilangan keseimbangan sejenak akibat terlalu jauh mengayunkan pukulan, Xander segera maju. Ia meluncurkan serangan rendah dengan menghantam sisi lutut Dalton, membuat pria itu oleng. Tanpa memberi waktu bagi lawannya untuk kembali tegak, Xander melayangkan pukulan telak ke sudut bibir Dalton.

Duk!

Tubuh Dalton terjerembap ke lantai dengan keras. Darah segar menetes dari sudut bibirnya, mengotori lantai ring. Matanya berkunang-kunang, telinganya mendengung, dan sesaat ia merasa dunia berputar.

Melihat Xander yang melompat mendekat untuk memberikan serangan susulan, Dalton dengan cepat berguling ke samping, nyaris menghindari hantaman berikutnya. Ia menyeka darah di bibirnya sambil berdiri perlahan, mengambil jarak dari Xander.

Tatapannya tajam, Namun, cemoohan dari penonton semakin menambah panas suasana. Beberapa dari mereka mulai mencibir Dalton, memanggilnya dengan julukan-julukan merendahkan.

“Aku pasti akan menghabisimu, sampah!” teriak Dalton sambil meluncur maju.

Dalton menyerang dengan rentetan pukulan dan tendangan yang membabi buta. Gerakannya cepat dan bertenaga, tetapi penuh dengan celah karena dipicu oleh kemarahan. Xander, dengan ritme yang stabil, terus bergerak ringan, menghindari setiap serangan dengan melompat ke kiri dan kanan.

Dalton tiba-tiba menghentikan serangannya sejenak, matanya menyipit menatap Xander dengan intens. Ada sesuatu yang terasa familier. Wajah Xander mengingatkannya pada seseorang.

Namun, lamunan singkat itu menjadi celah yang dimanfaatkan Xander. Sebuah pukulan telak menghantam perut Dalton, membuat pria itu melipat tubuhnya ke depan. Sebelum Dalton sempat kembali tegak, Xander menyusul dengan tendangan berputar yang mengenai rahangnya.

Duk!

Dalton jatuh terguling ke lantai. Penonton bersorak lebih keras, beberapa terlihat tak percaya bahwa petarung unggulan mereka mulai kehilangan kendali.

Di sisi lain, Parker tersenyum penuh kemenangan. “Ayo, Xander! Kau pasti menang! Hajar dia!” teriaknya sambil melompat-lompat di dekat ring, yakin bahwa keuntungan besar akan segera diraihnya.

Dalton berdiri kembali dengan susah payah, darah kini mengalir dari hidungnya. Tatapannya bercampur frustrasi dan kebingungan. Ia menatap Xander dengan tajam, tetapi pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan.

“Siapa sebenarnya pria ini? Wajahnya... mirip sekali dengan...” gumam Dalton, setengah linglung.

Namun, ia tidak sempat menyelesaikan pemikirannya. Sebuah pukulan lagi dari Xander menghantam hidungnya dengan keras, membuat lebih banyak darah bercucuran. Sebelum Dalton sempat membalas, tendangan kuat mendarat di perutnya, membuatnya terhuyung mundur.

Xander tidak memberikan jeda. Ia bergerak maju dengan tendangan beruntun yang semakin memojokkan Dalton ke sisi ring. Setiap serangan Xander tepat sasaran, membuat Dalton semakin kehilangan keseimbangan.

“Sialan!” teriak Dalton dengan suara serak, tubuhnya jatuh berlutut di lantai ring. Ia memegang perutnya yang terasa nyeri, sementara bibirnya berdarah.

Dalton mendengkus keras, kesal bukan hanya pada Xander, tetapi juga pada dirinya sendiri. “Sampah itu benar-benar mempermainkanku!”

Wanita yang datang bersama Dalton merasa semakin frustrasi. Sorakan riuh para penonton dan panasnya suasana tidak menyurutkan niatnya untuk mendekat ke ring. Ia mulai mendorong orang-orang yang menghalanginya dengan kasar, tak peduli pada umpatan atau tatapan kesal mereka.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Dalton!" geram wanita itu dengan suara tajam, meski ditelan keributan di sekitarnya.

"Kau bilang akan membawaku ke tempat menarik dan menyenangkan, tapi lihat apa yang kau lakukan sekarang!" lanjutnya, suaranya terdengar bergetar karena emosi. "Bagaimana mungkin kau bisa kalah dari... dari sampah seperti ini..."

Namun, ucapannya terhenti ketika pandangannya jatuh pada Xander. Tubuhnya mendadak membeku. Tatapannya berubah, bukan lagi penuh kemarahan, tetapi dipenuhi keterkejutan yang nyaris mustahil disembunyikan.

Wanita itu mengamati Xander dengan seksama, dari kepala hingga kaki. Kerumunan penonton yang terus mendorongnya dari belakang atau samping tidak lagi ia pedulikan. Suara gemuruh di sekitarnya menghilang dari fokusnya.

"Dia... dia mirip sekali dengan sosok itu..." gumamnya dengan suara hampir tidak terdengar. "Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Dia sudah mati dan juga tidak memiliki siapa pun lagi selain adiknya. Tapi, wajah itu... bagaimana mungkin?"

Di atas ring, Xander secara tak sengaja melirik ke arah wanita itu. Pandangannya bertemu dengan tatapan intensnya. Seketika, alis Xander berkerut. Ada sesuatu yang familier pada wanita tersebut, meski ia tidak ingat betul apa.

"Kuharap aku salah, tapi bukankah wanita itu adalah yang aku lihat saat keluar dari gedung Phoenix Vanguard tempo hari?"

Gangguan kecil itu menjadi peluang besar bagi Dalton. Dengan cepat, Dalton melayangkan pukulan telak ke sudut bibir Xander, membuat darah segar mengucur. Tubuh Xander terhuyung ke belakang.

"Xander! Apa yang kau lakukan!" teriak Parker dari luar ring dengan wajah panik.

Xander mengusap darah di bibirnya, Ia segera kembali ke posisi bertahan, menangkis serangan-serangan Dalton sambil mencari celah untuk menyerang balik.

Dalton, meski masih diselimuti emosi, tidak mengendurkan serangannya. Kedua pria itu kembali terlibat dalam adu pukul yang panas. Pukulan dan tendangan saling dilayangkan tanpa henti, memenuhi ring dengan dentuman keras dan gerakan agresif.

Tubuh mereka mulai basah oleh keringat, yang memantulkan cahaya lampu temaram di atas ring. Penonton semakin larut dalam pertandingan ini, meneriakkan nama jagoan mereka, menyoraki setiap serangan telak, dan mencibir setiap kegagalan.

Pertarungan sengit itu akhirnya mencapai puncaknya. Xander melayangkan tendangan keras tepat ke wajah lawannya. Dalton terlempar ke belakang, tubuhnya ambruk di atas ring dengan bunyi dentuman keras.

Namun, kemenangan itu tidak tanpa harga. Xander terkena pukulan balasan di perutnya, membuatnya meringis kesakitan dan penglihatannya mengabur sesaat.

“Segera selesaikan sekarang, Bung!” Parker berteriak dari luar ring.

Xander menahan rasa sakit, berlari ke arah Dalton yang mencoba bangkit. Dengan sigap, ia memutar tubuh Dalton hingga tengkurap, lalu menarik kedua tangan pria itu ke belakang punggungnya dan menekannya ke bawah dengan kekuatan penuh.

Dalton menggeliat, berusaha keras untuk meloloskan diri. “Lepaskan aku, sampah!”

Pria yang bertindak sebagai wasit naik ke atas ring dan mulai menghitung dengan suara lantang.

“Sepuluh… sembilan… delapan…”

Dalton terus meronta, tetapi usahanya sia-sia. Kuncian Xander terlalu kuat. Penonton yang mendukung Dalton mulai cemas, sementara pendukung Xander semakin bersemangat, berteriak histeris.

“Tiga… dua… satu!”

Wasit mengangkat tangannya, memberikan tanda berakhirnya pertandingan. “Kita memiliki pemenang baru sekarang! Dalton yang tidak terkalahkan berhasil dikalahkan oleh petarung baru bernama Xander!”

Xander perlahan melepas cengkeramannya, bangkit dengan napas terengah-engah. Ia menatap Dalton dengan tajam. “Aku menang. Kau harus menepati janjimu untuk meminta maaf.”

Dalton mendelik, wajahnya penuh amarah dan rasa malu. “Diamlah, sampah! Itu hanya ada dalam mimpimu!” bentaknya sebelum berdiri, menyeka darah di bibirnya, dan turun dari ring.

Penonton yang kecewa karena kalah taruhan melontarkan berbagai makian, tetapi Dalton mengabaikannya. Ia berjalan cepat meninggalkan arena, membanting pintu dengan keras hingga suara gaduh itu menggema.

Wanita yang datang bersama Dalton, Ruby, segera menyusulnya. Ia berjalan cepat untuk menyejajarkan langkah dengan sepupunya, menatapnya dengan tatapan penuh kekesalan.

“Bagaimana mungkin kau bisa kalah dari sampah seperti itu, Dalton?” tanyanya dengan nada mencibir.

“Diamlah, Ruby!” bentak Dalton tanpa menoleh. “Jangan membuatku semakin kesal!”

Mereka keluar dari gedung, melintasi gang sempit, hingga akhirnya memasuki sebuah mobil mewah yang diparkir di ujung jalan. Dalton duduk di kursi pengemudi, masih berusaha menenangkan dirinya.

“Hei,” Ruby memecah keheningan, suaranya terdengar lebih serius. “Apa kau memiliki pikiran yang sama denganku mengenai pria bernama Xander itu?”

Dalton menatapnya sekilas, lalu mengangguk kecil. “Sepertinya begitu. Aku kehilangan fokus ketika menyadari jika dia memiliki kemiripan dengan seseorang… seseorang yang masih menjadi bagian dari keluarga kita.”

“Dari sudut manapun, dia terlihat mirip.” Ruby mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan sebuah foto Xander yang diambilnya saat pertarungan berlangsung. "Apa kita harus melaporkan hal ini pada anggota keluarga Ashcroft yang lain?"

Dalton memperhatikan foto itu dengan cermat, lalu mengalihkan pandangan ke jalan raya yang dipenuhi kendaraan. “Ini masih terlalu cepat untuk bertindak. Kita perlu memastikan siapa dia sebenarnya. Kirim beberapa orang untuk mencari tahu tentang dia sebelum melibatkan keluarga.”

Ruby mengangguk pelan, menyandarkan tubuh ke kursi. Matanya tetap tertuju pada layar ponsel, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan.

“Sampah seperti dia,” gumam Ruby dengan suara lirih, “bisa saja menjadi ancaman besar.”

Terpopuler

Comments

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

mereka keluarga yg menculik kender kecil

2025-02-12

0

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

semangat thor

2025-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!