Bab 6 Kembali bertemu

Kening Xander berkerut. Pertanyaan yang sama masih melekat dalam benaknya.

"Apa yang harus kita siapkan? Kalau kau mengharapkan buah tangan mewah, ingat, aku terlalu miskin untuk membelikan oleh-oleh buat Tuan Sebastian."

Tawa Govin pecah menanggapi pernyataan pemuda itu. Bisa-bisanya pemuda itu membuat lelucon yang membuatnya terpingkal.

"Tidak, tidak. Anda tidak perlu menyiapkan hal semacam itu, Tuan. Mari ikuti kami. kami sudah menyiapkan semuanya."

Xander tidak memiliki pilihan lain saat ini selain mengikuti permintaan Govin.

Ia sudah diusir dari keluarga Voss dan tidak memiliki siapa pun lagi. Selain itu, ia ingin memastikan sendiri kebenaran dari ucapan Govin.

Selama dua tahun lamanya Xander hanya bekerja di restoran itu sebagai pelayan. Dan dia sudah dipecat, karena kesalahannya sendiri.

Evelyn memang pernah memberikannya modal padanya untuk membangun beberapa usaha, tetapi anehnya selalu saja ada halangan hingga merugi di langkah pertama.

Xander segera memasukkan pistol yang diberikan Govin ke dalam saku celana, lalu mengikuti pria itu menuju sebuah mobil. Ia juga diberikan sebuah busana baru untuk mengganti busananya yang basah kuyup.

Mobil yang dikendarai seorang sopir meninggalkan kawasan restoran menuju salah satu pusat perbelanjaan terbesar milik keluarga Ashcroft di ibu kota.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di sana. Xander dan Govin menuju lantai tujuh tempat butik langganan keluarga Ashcroft berada.

Sepertinya Xander harus menggunakan gajinya selama dua bulan jika ingin membeli baju ditempat itu.

"Mari, Tuan." Govin mempersilakan Xander memasuki sebuah butik setelah pria itu menyebutkan reservasi atas nama Tuan Govin.

Xander baru tahu, jika untuk masuk ke dalam butik pun, harus melakukan reservasi lebih dulu.

"Di sebelah sini, Tuan."

Wanita yang baru saja menyapa mereka dengan ramah mempersilakan Xander untuk memilih barang yang dia butuhkan.

"Tuan sepertinya saya harus meninggalkan anda sebentar disini. Ivory yang akan menyiapkan keperluan Anda." Govin menyuruh manajer butik yang bernama Ivory untuk mengambil perannya sebagai stylish yang khusus disewa untuk membantu Xander.

"Untuk mengurangi rasa bosan, mungkin tuan bisa berkeliling untuk melihat sesuatu. Barangkali ada baju ataupun pakaian lain yang tuan inginkan."

"Oke," jawab Xander singkat.

Pemuda itu tak ambil pusing dengan permintaan Govin. Ia meninggalkannya bersama wanita yang menyapa mereka saat masuk ke dalam butik.

Tak henti-henti Xander mengagumi setiap potong kaus, kemeja, jas, hingga celana yang memiliki bahan berkualitas tinggi.

Sangat berbeda dengan pakaian yang ia gunakan saat ini. Terasa kasar dan mulai aus. Warnanya bahkan telah pudar. Tak lagi terlihat apakah itu biru atau abu-abu.

Di tengah kegiatannya mengagumi barang-barang mewah yang berada di dalam butik, tiba tiba saja seseorang mendorong tubuh Xander sampai terhuyung.

"Heh, Gembel. Gimana bisa kamu berada disini?" ucap orang tersebut.

Xander menatap dengan sorot benci, David menunjukkan sikap dua kali lebih benci terhadap pemuda itu. Apalagi saat Xander menantangnya dengan tidak menjawab pertanyaan David.

"Dasar gembel! Di mana sih petugas tempat ini. Bisa-bisanya membiarkan gembel kayak dia masuk ke dalam butik mewah." ucapnya, menambahkan hinaan.

"Aku tidak mau cari ribut, David."

"Apa yang kamu lakukan di tempat ini? Kamu mau nyolong lagi, ya? Masih kurang nyolong uang?" ucap David lagi.

Pemuda itu menatapnya dengan sorot mata marah. "Keterlaluan kamu, David."

"Cih, Gembel. Pengemis. Keluar saja dari tempat ini sebelum aku panggilkan petugas, " caci David.

"Saya ke sini untuk membeli baju. Jangan seenaknya mengusir saya," ucap Xander dengan tegas.

"Mimpi kau bocah. Gembel kayak kamu mana bisa membeli baju di butik ini." David masih terus menghina Xander.

"Aku nggak ingin mencari ribut dengan kau, David."

"Kamu yang nggak sadar tempat. Dasar Gembel. Kalau kamu memang mampu membeli pakaian, buktikan sekarang juga."

Amarah Xander tersulut. Mulut David semakin lama semakin tajam. Tak ubahnya pisau yang menyayat hingga dasar hati Xander paling dalam.

"Kenapa, kamu nggak sanggup beli pakaian di sini? Makanya, jadi gembel sadar diri dong! Gembel kayak kamu, bisa-bisanya bermimpi ketinggian!"

Melihat keributan itu, satpam langsung datang melerai.

"Tangkap dia! Dia mau mencuri!" perintah David.

"Jangan sembarangan! Aku bisa membeli apa saja di sini!" seru Xander.

David berkata dengan senyuman licik. "Kalau gitu, buktikan! Atau kamu akan diseret oleh satpam!"

Mendengar ancaman tersebut, Xander mengepalkan tangan. "Lihat saja! Sejauh mana kau bisa menghinaku!"

Sementara di samping mereka, dua orang satpam sedang bersiap menunggu perintah. Dalam diam, Xander sedang berpikir tentang kartu yang diberikan Govin . "Kartu ini pasti bisa membeli selusin baju itu. Tapi, apa bijak aku melakukannya hanya untuk mendiamkan mereka?" batinnya.

Senyum mengejek membingkai wajah David saat melihat Xander tak berkutik. la mulai menghina pemuda itu dengan mengatakan bahwa gembel seperti dirinya harusnya tidak perlu bermimpi ketinggian.

“Makanya, sadar diri dong. Mana mungkin orang miskin kayak kamu bisa beli pakaian di tempat mahal kayak gini." Mulut tajam David tak henti melemparkan hinaan.

Namun, Xander memilih diam. la tak hendak melawan dan menunggu sejauh mana mulut-mulut orang itu akan menghinanya. Satu hal yang mereka tidak tahu, Xander mengantongi kartu sakti yang diyakini bisa membungkam mulut mereka, saat tahu pemuda itu bisa membeli

sebuah pakaian dari sana dengan harga yang paling mahal.

"Gimana, masih mau sesumbar kalau kamu bisa beli pakaian di sini?" David memprovokasi Xander yang masih berusaha menahan gejolak amarahnya.

"Buktikan dong kalau kamu memang mau beli pakaian dan bukannya mau nyolong! Udahlah, kalau miskin, miskin aja. Nggak usah sok jadi orang kaya. Apalagi pura-pura kaya," ucap David. Pria itu menatap Xander dengan sorot mata menghina.

Xander mulai geram. Ucapan David berhasil menumpahkan amarah yang semula ia tahan. Pemuda itu lelah terus menghadapi hinaan dari David.

"Ivoryy!" panggilnya.

Perempuan cantik yang dimaksud pun langsung muncul, membuat ketiga orang itu jadi terperangah.

"Carikan aku yang paling mewah dan mahal. Mereka harus tahu kalau aku ke sini memang Xander membeli pakaian." Ivory menuruti perintah Xander. Perempuan itu dibantu beberapa orang asistennya untuk mencarikan setelan jas terbaik, termewah, dan termahal yang dibutuhkan oleh Xander.

Tidak lama kemudian, Ivory kembali membawa setelan jas berwarna abu-abu yang membuat David kagum.

Namun, bukannya memuji, dia malah semakin menghina Xander. "Ha, nggak salah kamu beli setelan jas itu? Kamu nggak akan mampu membeli barang itu. Aku yakin, kamu bisa mati berdiri saat tahu berapa harga setelan itu."

Xander tidak peduli dengan ucapan David. la bertanya kepada Ivory. "Benarkah ini koleksi setelan paling mahal yang Anda punya?"

Wanita itu mengangguk sopan. Dengan senyum yang tak kalah menawan, ia mulai menjelaskan. "Iya, Tuan. Jas ini dirancang oleh salah satu desainer terbaik di dunia. Bahannya menggunakan Dormeuil kualitas tinggi yang akan membuat Anda merasa nyaman saat mengenakannya. Anda tidak akan merasa gerah meski di cuaca terik sekalipun. Dan, vest yang juga termasuk dalam pembelian setelan ini, bisa Anda gunakan saat cuaca dingin. Ini setelan terbaik yang kami miliki."

Senyum masih membingkai wajah ayu wanita itu. Baginya, Xander tentu pelanggan yang tidak akan dia lepaskan begitu saja. Ini sungguh kesempatan langka. "Pilihan saya sangat tepat, Tuan. Setelan ini juga pasti akan semakin terlihat mewah di badan Anda."

"Baiklah, kalau begitu, aku ambil yang ini," ucap Xander tegas.

la tidak perlu lagi menimbang berapa harga pakaian yang akan dibelinya selama masih memegang kartu sakti pemberian Govin. Benda itulah yang membuatnya berani melawan David dan ingin membungkam mulutnya yang kejam.

"Astaga, nyolong dari mana lagi kamu kali ini?" Suara David pertama kali terdengar saat menyadari kartu milik Xander bukan sembarang kartu..

"Ya, kamu pasti nyolong milik orang kaya, kan?"

Mendengar orang-orang itu kembali menghinanya, membuat Xander geram. la berjalan mendekat dan berdiri tanpa gentar di hadapan mereka.

"Aku nggak mencuri dari siapa pun." Ia menunjukkan kartu itu di depan David.

"Kartu ini milikku dan aku mendapatkannya dengan cara yang wajar."

"Sudahlah, segera urus dia, Satpam! Gembel ini nggak pantas berada di sini." ucap David melirik kedua satpam yang sejak tadi ada di sana, namun mereka tak berkutik.

"Aku bahkan nggak melakukan kesalahan apa pun."

"Masih juga nggak sadar diri. Jelas karena kamu nyolong lah." David bersuara lagi.

"Pertama, kamu bermaksud nyolong di butik ini. Kedua, kamu nyolong kartu yang aku nggak tahu itu milik siapa. Mau menghindar apalagi?"

David memaksa kedua satpam itu bertindak. Dengan ragu, kedua satpam itu pun menurut. "Ayo, ikut kami."

"Atas dasar apa kalian menahanku?" bela Xander saat petugas keamanan membekuknya.

"Bebal sekali gembel satu ini. Masih belum mau ngaku kalau kamu sudah mencuri?" David memberi penjelasan.

"Diam! Harus berapa kali aku bilang kalau aku ke sini untuk membeli pakaian dan kartu ini bukan hasil colongan." ucap Xander lepas kendali.

"Ya kalau gitu, bayar sekarang juga dong kalau memang kartu itu milik kamu," tantang David memuntahkan amarah dalam diri Xander.

Xander menepis para Satpam untuk membebaskan diri. Dia lalu menyerahkan kartu miliknya pada petugas butik yang segera memroses pembayaran setelan jas.

"Silakan masukkan pin Anda, Tuan."

Dengan amarah yang masih membakar hati, Xander memasukkan sederet angka di mesin pembayaran.

Namun, setelah ia menekan tombol hijau di mesin pembayaran terdapat informasi jika ia salah memasukkan nomor pin. David tertawa puas melihat kejadian itu.

"Mampus! Bisa-bisanya aku salah memasukkan pin di saat genting seperti ini," gumam Xander dalam hati.

Pemuda itu memucat seketika. la merasa begitu kerdil di hadapan semua orang yang kini menatapnya curiga.

"Saya akan coba sekali lagi," tegas Xander pada pegawai butik yang masih membawa alat pembayaran.

Dengan cekatan, perempuan itu menggesek ulang kartu milik Xander. Setelah proses yang dia lakukan selesai, perempuan itu kembali menyerahkan alat pembayaran kepada Xander untuk memasukkan nomor pin.

Untuk yang kedua kalinya pembayaran ditolak akibat nomor pin yang Xander masukkan salah.

"Apa aku bilang, benda itu pasti kamu curi dari orang kaya. Kalau memang benar milikmu, kamu nggak akan salah memasukkan nomor pin." Wajah David tampak girang mengetahui fakta jika Xander lagi lagi salah memasukkan nomor pin.

Hal itu ia manfaatkan untuk memberi tanda pada petugas keamanan dan memintannya untuk menyeret Xander keluar.

Petugas keamanan bertindak di bawah perintah David. Kedua laki-laki berbadan tinggi besar, bersiap membekuk Xander dan hendak menyeretnya keluar dari dalam butik.

Kini Xander hanya bisa melihat kartunya. Saat sedang memperhatikan kartu itu ada secarik kertas kecil dengan beberapa angka yang familiar. "Ini kode pinnya," batinnya.

Xander kembali berkata. "Aku akan mengulanginya sekali lagi."

Tanpa ragu, Xander pun memasukkan nomor itu.

Pembayaran berhasil.

Xander sangat lega dibuatnya. Beban berat di punggungnya kini hilang sudah.

David melihat dengan tak percaya. "Mustahil," batinnya.

Di saat bersamaan, Govin pun kembali memasuki butik. Pria berpakaian perlente itu sempat melihat sedikit kericuhan didalam butik itu.

Sedangkan David yang merasa malu dengan peristiwa yang baru saja terjadi, lebih dulu menjauh dan meninggalkan tempat. Ia kehilangan muka di depan semua orang.

"Apakah keperluan Anda sudah terpenuhi, Tuan?" tanya Govin pada Xander.

"Ya, kami sudah selesai." jawab Xander singkat.

"Kalau begitu, mari. Kita berangkat sekarang."

Mereka pun meninggalkan butik. Namun, sebelum keluar dari butik, Xander menyempatkan berbisik kepada Ivory yang masih mendampingi mereka.

"Sampaikan pesan ini pada pria itu," bisiknya sebelum melangkah pergi.

Tak lama setelah Xander pergi bersama Govin David menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.

"lima belas ribu dollar, Tuan," kata petugas kasir yang menangani pembayaran David.

Laki-laki itu tampak terkejut. Harga pakaian itu terlalu mahal untuk ukurannya.

"Maaf, ada pesan dari Tuan Xander sebelum meninggalkan butik." Ivory mendekati David dan memberikan secarik kertas.

Dengan penasaran, pria itu membuka kertas pemberian sang manajer dan membaca isinya. Seketika mukanya langsung berubah kesal. Dia melirik ke arah Xander yang telah menjauh. Saat itu juga Xander tersenyum penuh makna ke arahnya. Itu membuat David semakin kesal.

"Kau memilih musuh yang salah." Begitulah pesan yang tertulis di secarik kertas itu.

Dari kejauhan, Xander sengaja berhenti dan berbalik untuk menyaksikan reaksi David yang tampak kesal sambil memegang secarik kertas. Senyuman puas penuh kemenangan membingkai wajah tampan pemuda itu.

Terpopuler

Comments

Setiabudi Utomo

Setiabudi Utomo

1 orang kok namanya xande sama Baruna ya?

2025-01-28

0

JUST4FUN

JUST4FUN

mc nya bodoh ... . mengandalkan kekayaan orang tuanya untuk balas dendam /Slight/

2025-03-13

0

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

up lanjut thor

2025-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!