Bab 14 Makam

Hanya dalam waktu kurang tiga menit, sebuah album berukuran besar sudah berada di atas meja Xander. Tertulis nama Ashcroft dengan huruf besar dan ukiran emas di halaman depan dokumen tersebut.

"Dokumen itu memuat seluruh informasi mengenai keluarga Ashcroft dari empat generasi, Tuan. Pilihan Anda untuk mengetahui anggota keluarga Ashcroft benar-benar tepat. Sebelum Anda memperkenalkan diri kepada mereka, Anda harus mengenal mereka lebih dahulu," kata Govin menjelaskan.

Xander mengangguk pelan, tatapannya tak lepas dari album besar itu. "Apa ada lagi yang Anda butuhkan, Tuan?" tanya Govin kemudian.

"Tidak," jawab Xander tanpa mengalihkan pandangannya. "Tapi tetaplah berada di sisiku agar aku bisa langsung mendapatkan jawaban jika memiliki pertanyaan."

"Baik, Tuan." Govin berdiri dengan tegap di sisi meja, tangan terlipat rapi di depan.

Xander membuka halaman pertama. Silsilah keluarga Ashcroft terbentang megah di dua halaman penuh. Garis-garis dan nama-nama tercetak rapi, menunjukkan warisan keluarga yang mengakar dalam sejarah. Matanya menelusuri nama demi nama hingga sampai pada nama ayahnya, Samuel, dan ibunya, Lydia.

Ayahnya adalah anak kedua dari lima bersaudara—semuanya laki-laki. Namun, hanya ayahnya dan paman Sebastian yang tidak memiliki keturunan. Xander memeriksa nama-nama lain, menemukan bahwa dirinya memiliki tujuh sepupu: empat laki-laki dan tiga perempuan. Perbedaan usia mereka tidak terlalu jauh, yang tertua enam tahun lebih tua darinya, sementara yang termuda tujuh tahun lebih muda.

Ia membuka halaman demi halaman, membiarkan informasi itu meresap ke dalam pikirannya. Namun, tangannya mulai mengepal ketika ia sampai pada bagian yang membahas tiga saudara kandung ayahnya. Menurut penuturan paman Sebastian dan Govin, dugaan mereka sebagai dalang di balik kematian ibu dan ayah kandungnya dan hilangnya dirinya sewaktu kecil.

Xander memindahkan fokusnya ke bagian dokumen yang memuat informasi tentang sepupu-sepupunya. Saat ia membalik halaman, matanya tertumbuk pada foto seorang pria dan seorang wanita di halaman yang berbeda. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia memeriksa nama dan data keduanya berulang kali, memastikan dirinya tidak salah.

"Dalton..." gumamnya pelan, matanya menyipit, mencoba mencocokkan ingatannya dengan wajah-wajah itu.

Govin, yang berdiri di dekatnya, memperhatikan gelagat tuannya yang tidak biasa. "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Tuan?"

Xander mengangkat dokumen itu, menunjukkannya kepada Govin. "Govin, apa mereka benar-benar bagian dari keluarga Ashcroft?"

Govin menerima dokumen tersebut, melirik kedua foto itu bergantian. "Benar, Tuan. Mereka adalah Tuan Dalton, putra kedua dari Tuan Franco, kakak pertama dari Tuan Samuel. Dan ini adalah Nona Ruby, putri pertama dari Tuan Fabian, adik kedua dari Tuan Samuel."

Xander menarik napas panjang, lalu menutup dokumen dengan pelan. Ingatannya melayang kembali ke kejadian siang tadi, saat ia secara tak sengaja bertemu dengan Dalton dan Ruby. Wajah mereka kini terasa lebih familiar.

“Dalton tampak tidak terlalu fokus saat bertarung denganku. Sedangkan Ruby... aku melihatnya saat akan memasuki gedung Phoenix Vanguard. Wanita itu juga terlihat memperhatikanku."

Govin memiringkan kepalanya sedikit, ekspresinya berubah serius. "Tuan Xander, apa ada sesuatu yang mengganggu Anda?"

Xander mengangguk pelan. "Govin, siang tadi aku bertemu dengan Dalton dan Ruby di salah satu tempat pertarungan. Aku mendapat luka ini saat bertarung dengan Dalton."

Govin tertegun. "Anda bertemu dengan mereka berdua?" Ia tak sadar meninggikan suaranya, tapi segera menguasai diri. "Maafkan saya, Tuan."

Xander berdiri dari kursinya, melangkah melewati Govin, dan berjalan ke balkon yang terbuka lebar. Angin malam yang sejuk menerpa wajahnya, tetapi pikirannya tetap penuh dengan kecemasan. "Govin," katanya tanpa berbalik, "apa itu tidak akan menjadi masalah?"

Govin mendekat, berdiri beberapa langkah di belakang Xander. "Saya khawatir itu bisa menjadi masalah, Tuan. Wajah Anda memiliki kemiripan yang mencolok dengan Tuan Samuel. Jika mereka mulai curiga, bukan tidak mungkin mereka melakukan penyelidikan untuk mencari tahu siapa Anda sebenarnya."

Xander berdiri di balkon, menggenggam erat pagar besi dengan jemari yang tegang. la tidak tahu kecerobohannya justru mempertemukannya dengan sepupu-sepupunya lebih cepat. "Apa ada kemungkinan jika mereka akan memberi tahu kecurigaan mereka pada anggota keluarga Ashcroft yang lain?"

Govin, yang sebelumnya berdiri beberapa langkah di belakang, tiba-tiba berlutut dengan posisi tubuh merunduk. "Kemungkinan itu tetap ada, Tuan," jawabnya, suaranya rendah. "Sesuai dengan rencana Tuan Sebastian, keberadaan Anda masih harus disembunyikan hingga waktu pertemuan keluarga Ashcroft digelar. Aku takut jika mereka mengetahui keberadaan Anda sebelum waktunya, mereka akan melakukan segala cara untuk mencelakai Anda dan Tuan Sebastian."

Xander menghembuskan napas panjang, merasakan beratnya situasi yang sedang dihadapinya. Dengan gerakan cepat, ia berbalik dan menatap Govin langsung. “Aku mengerti, Govin. Berdirilah."

Govin segera berdiri sesuai perintah. "Tuan Xander, dengan sangat terpaksa aku tidak akan mengizinkan Anda keluar dari rumah sampai waktu pertemuan keluarga Ashcroft digelar. Aku juga akan meningkatkan penjagaan di sekitar kediaman ini. Aku harap Anda mengerti."

Xander mengerutkan kening. "Sampai waktu pertemuan digelar? Itu terlalu lama untukku, Govin," katanya, jelas tidak sepakat. Ia sudah merencanakan untuk bertemu Evelyn dan mengajak Parker ke tempat kerjanya yang baru esok hari. "Aku tidak bisa tinggal di sini terlalu lama."

Govin tetap teguh dalam argumennya. "Ini semua demi kebaikan Anda dan Tuan Sebastian."

Xander menunduk sejenak, memikirkan solusi. Lalu, senyum kecil muncul di wajahnya. "Govin, aku akan menyamar selama berada di luar. Dengan begitu, Dalton, Ruby, maupun keluarga Ashcroft yang lain tidak akan bisa mengenaliku. Bukankah itu ide yang bagus? Terlebih aku saat ini sudah mengetahui anggota keluarga Ashcroft, sehingga aku bisa menjaga jarak dengan mereka."

Govin tampak terkejut, ragu dengan ide tersebut. "Menyamar?" ia mengulang kata-kata Xander dengan nada tidak percaya. "Tuan, itu sepertinya bukan ide yang bagus. Keselamatan Anda menjadi prioritas saat ini. Aku khawatir jika hal buruk bisa terjadi.."

Xander mengangkat tangannya, menenangkan. "Para pengawal akan tetap mengawasiku dari jarak jauh. Bila perlu kau akan ikut mengawasiku." Ia beranjak menuju kasur, melepas bajunya hingga setengah telanjang, dan berbaring dengan tenang. "Atau aku akan berpura-pura menjadi seorang pengawal."

Govin mengangguk ragu, namun tak bisa membantah. "Aku akan membicarakan hal ini dengan Tuan Sebastian terlebih dahulu. Aku permisi," katanya, sebelum berbalik dan melangkah keluar dari kamar.

"Ah, Govin," panggil Xander, duduk kembali di kasur. "Tolong carikan pekerjaan untuk temanku. Aku sudah berjanji padanya."

"Akan segera aku lakukan, Tuan," jawab Govin tanpa berbalik, suaranya terdengar penuh tekad, sebelum akhirnya meninggalkan kamar dan menutup pintu dengan pelan.

Xander mengambil dokumen yang tergeletak di atas meja kerja, membawa album keluarga Ashcroft itu ke kasur. Tangannya dengan cepat membuka halaman demi halaman, mencari informasi lebih lanjut. Ketika akhirnya ia berhenti di halaman yang berisi data tentang Dalton dan Ruby, ia membaca kembali dengan seksama. Namun, saat ia melanjutkan membuka halaman lainnya, ada satu hal yang menarik perhatiannya: hanya sedikit sekali informasi mengenai ibunya. Bahkan, informasi yang ada tidak lebih dari seperempat halaman.

Xander terdiam sejenak, merenung. Kenapa begitu sedikit informasi tentang ibunya di dalam dokumen ini? Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang belum terjawab.

Setengah jam kemudian, Govin kembali ke dalam kamar Xander dengan wajah serius. "Tuan Xander," katanya dengan suara tenang, "Tuan Sebastian setuju dengan rencana Anda, dengan beberapa syarat."

Xander menutup dokumen dan meletakkannya di atas nakas. "Katakan padaku," ia berkata, suaranya lebih tegas dari sebelumnya.

Govin menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Syarat pertama, Anda hanya diperkenankan berada di luar selama delapan jam saja, dimulai dari pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore. Syarat kedua, aku akan menemani Anda selama berada di luar. Syarat ketiga, jika Tuan melanggar kedua syarat tersebut, Anda tidak akan diperkenankan untuk kembali keluar sampai masa tunggu selesai."

Xander menghembuskan napas panjang. "Menjadi sosok penting memiliki sisi tidak nyamannya sendiri," pikirnya dalam hati. Dengan terpaksa, ia mengangguk. "Baiklah, aku setuju."

"Govin, kenapa aku hanya menemukan sangat sedikit informasi mengenai ibuku di dalam dokumen ini?" Suaranya terdengar sedikit marah.

"Keluarga besar Ashcroft... sengaja menghilangkan data-data penting mengenai ibu Anda di dalam dokumen itu, Tuan." Ia berbicara pelan, hati-hati dengan kata-katanya. "Meski tuan Sebastian menambahkan kembali datanya, tetapi mereka bersikeras untuk menghapusnya kembali. Awalnya, mereka dari awal memang tidak patuh pada Tuan Sebastian karena posisinya sebagai pewaris pengganti kekayaan keluarga Ashcroft. Hanya saja, ketika Tuan Sebastian jatuh sakit, mereka mulai menunjukkan pemberontakan secara terang-terangan. Bahkan, mereka beberapa kali berani menghapus data ibu Anda dari daftar keluarga."

Xander mengepalkan tangannya, wajahnya menjadi keras, matanya memancarkan amarah yang tak terbendung. "Mereka akan menyesal karena sudah berani melakukannya pada ibuku." Rahangnya mengeras, dan kepalan tangannya terasa begitu kuat, seperti ingin menghancurkan sesuatu. "Govin, aku menginginkan informasi mengenai ibuku secepatnya, termasuk keluarga dari ibuku."

Govin terdiam sejenak.

"Ada apa, Govin? Apa itu terlalu berat untukmu?" Desak Xander.

"Tuan Xander," Govin melanjutkan, suaranya lebih pelan, "Sejujurnya, informasi mengenai keluarga mendiang Nona Lydia cukup sulit ditemukan. Mereka seolah menghilang karena sesuatu. Terakhir kali aku bertemu dengan kakek Anda, saat aku berusia empat tahun. Pencarian keluarga mendiang Nona Lydia sudah dihentikan satu tahun terakhir setelah tidak didapatkan kemajuan apa pun, Tuan."

"Menghilang karena sesuatu?" Xander mendekat, berdiri tegak di hadapan Govin dan menyentuh kedua bahu pria itu. Tatapannya tajam dan penuh harapan. "Aku yakin kau bisa melakukannya, Govin. Aku mempercayaimu."

"Terima kasih karena sudah mempercayaiku, Tuan." Govin membungkuk dalam-dalam. "Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan Anda."

Xander mengangguk, kemudian membelakangi Govin. "Govin, antarkan aku ke makam ayah dan ibuku besok pagi. Aku ingin bertemu dengannya."

Keesokan harinya, Xander bersama Govin dan tiga pengawal berjalan menuju pemakaman yang tenang. Langit pagi yang cerah seolah mengiringi perjalanan mereka, meskipun di dalam hatinya ada gelombang kesedihan yang tak bisa dipendam. Mereka sampai di makam Lydia dan Samuel, nisan kedua orang tuanya berdiri berdampingan. Xander menundukkan kepalanya, mengelus lembut nisan ibunya yang terukir dengan indah, kemudian beralih ke nisan ayahnya yang juga tak kalah menenangkan. Matanya mulai terasa panas, meskipun ia berusaha keras untuk menahan tangis.

Dengan suara yang hampir tak terdengar, Xander mengucapkan doa, berharap doa itu sampai ke alam yang jauh. "Ayah, ibu, terima kasih sudah melakukan semua hal terbaik untukku selama ini. Aku akan melindungi semuanya dengan sebaik mungkin. Beristirahatlah dengan tenang dan dukunglah putramu di mana pun kau berada saat ini."

Setelah beberapa saat, Xander, Govin, dan pengawal-pengawal lainnya berjalan menjauh dari pemakaman, melewati deretan makam anggota keluarga Ashcroft yang lain. Tiba-tiba, dua buah mobil tampak berhenti di seberang jalan, menarik perhatian mereka. Xander menoleh, dan matanya segera menangkap dua sosok yang familiar.

Dalton dan Ruby tampak keluar dari salah satu mobil, mengenakan busana serba hitam, tampaknya datang untuk memberi penghormatan pada keluarga mereka. Xander terkejut sesaat, sebelum segera menguasai dirinya. Melihat mereka mendekat, Xander dengan cepat meraih sepasang kacamata hitam dan memasang kumis palsu di wajahnya, menyamarkan identitasnya agar tidak mudah dikenali.

Govin yang lebih dahulu menyadari kehadiran Dalton dan Ruby menunduk sedikit, memberi isyarat pada Xander. "Tuan Xander."

Xander menoleh ke arah Dalton dan Ruby yang mulai berjalan menuju pemakaman. Pria itu terkejut saat itu, kemudian dengan cepat menguasai diri. Ia buru-buru melakukan penyamaran dengan memakai kacamata hitam dan menempelkan kumis palsu di atas bibir.

Terpopuler

Comments

azizan zizan

azizan zizan

itu lah namanya goblok yang ada di otak mc n ATHOR cuma perempuan itu aja.. ceeiihhh menyampah aku jika seseorang lelaki mempunyai sifat tolol gitu..

2025-03-21

1

OI

OI

otak mc isinya hanya evelyn evelyn dan evelin mau di hina di caci maki juga tetep evelin wkwkwkwkwk

2025-02-22

0

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

next thor

2025-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!