Bab 18 Gugup

“Xander...” Evelyn berbisik lirih, suaranya hampir tenggelam oleh gemericik air mancur di taman. Tatapannya tak bisa lepas dari sosok pria di hadapannya. Dengan hati yang berdebar, matanya mengamati penampilan Xander dari atas hingga bawah. Jas mewah itu, postur tegapnya, dan aura percaya diri yang begitu memancar—semua membuatnya tampak begitu berbeda, namun tetap sama seperti pria yang dulu ia kenal.

“Bagaimana kau bisa berada di sini?” lanjut Evelyn, suaranya bergetar. “Dan... penampilanmu, bagaimana bisa... begini?”

Xander tersenyum kecil, penuh ketenangan. Ia melangkah mendekat. “Bagaimana kabarmu, Evelyn?”

Evelyn menunduk, mencoba menyembunyikan perasaan yang tiba-tiba memenuhi dadanya. Tangannya meremas bajunya erat-erat, seolah itu satu-satunya cara menenangkan jantungnya yang berdetak terlalu cepat. “Aku...” ia tergagap. “Dibandingkan denganku, bagaimana keadaanmu sekarang? Kau terlihat agak berbeda. Itu... terlihat bagus untukmu.”

Senyum Xander melebar sedikit, tapi matanya menyiratkan rasa hangat yang sulit disembunyikan. “Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja sekarang,” jawabnya dengan nada ringan. “Setelah aku diusir dari keluarga Voss, aku menghubungi seorang teman yang bekerja di gedung ini. Dengan bantuannya, aku mendapat pekerjaan di sini. Sisa uangku aku gunakan untuk memulai hidup baru di Royaltown.”

Mendengar itu, Evelyn mengangkat wajahnya perlahan, menatap Xander dengan sorot mata yang sulit diartikan. Sesaat kemudian, ia memalingkan wajahnya ke arah air mancur, berusaha mengalihkan perhatian. Meski begitu, ekor matanya tetap saja mencuri pandang pada pria yang kini berdiri tak jauh darinya.

“Aku senang mendengarnya,” kata Evelyn akhirnya. “Dan aku juga senang melihat keadaanmu saat ini. Syukurlah... aku tidak perlu mengkhawatirkanmu lagi. A-aku yakin kehidupanmu akan lebih baik.”

Xander tertawa kecil, nada rendahnya membawa kehangatan. “Mengkhawatirkanku?” ulangnya, seolah ingin memastikan ia tidak salah dengar.

Evelyn diam sejenak, mengangkat kepala untuk berhadapan dengan Xander. Rasanya benar-benar berbeda meski baru beberapa hari tidak bertemu. Kekhawatirannya dengan cepat sirna. Xander menjadi sosok yang sudah banyak berubah dari segi penampilan, tetapi tetap sama saat memandangnya. “Me-mengenai masalah tempo hari,” Evelyn memulai, suaranya sedikit gemetar, “aku benar-benar minta maaf jika aku terlalu keras padamu. Aku... kau tahu aku tidak bisa...”

Kalimat itu menggantung di udara. Evelyn menggeleng pelan, seolah mencoba mengusir kebingungan yang memenuhi pikirannya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya berubah lebih lirih. “Apa kau... membenciku setelah kejadian malam itu, Xander?”

Evelyn bisa merasakan dadanya bergemuruh. Napasnya menjadi terengah-engah. Perkataan Selene tadi pagi sejujurnya benar-benar mengganggunya, terutama perihal Xander yang bisa saja membencinya. Ia memang tidak menyukai Xander, tetapi bukan berarti dirinya akan senang jika pria itu hidup dalam kesusahan.

Xander membuka mulutnya, berniat mengatakan sesuatu, tetapi menutupnya kembali. Tatapannya terhenti pada Evelyn, yang kini tampak gugup dan cantik dalam pandangannya. Pikiran itu muncul tanpa bisa dicegah, “Apa Evelyn secemas itu saat aku pergi? Apakah dia mulai menaruh hati padaku?”gumamnya dalam hati.

“Aku sama sekali tidak membencimu, Evelyn,” Senyumnya merekah saat ia melangkah lebih dekat. Tangannya terulur perlahan, menyentuh lembut rambut Evelyn, lalu menyelipkannya ke belakang telinga. Evelyn tidak memberikan perlawanan, dan itu cukup untuk membuat senyum Xander semakin lebar.

“Xa-Xander…” Evelyn mundur selangkah, menoleh ke arah lain. Wajahnya memerah, dan ia berusaha keras menyembunyikan dadanya yang bergemuruh.

“Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku segugup ini hanya karena bertemu dengannya?” pikir Evelyn, mencoba memahami perasaannya sendiri.

Dalam kebingungan itu, ia diam-diam mengeluarkan ponselnya. Dengan gerakan cepat, ia mengambil gambar Xander, lalu buru-buru memasukkan ponsel kembali ke dalam tas.

“I-itu membuatku lega.” Evelyn menatap Xander dengan tatapan senormal mungkin.

“Meski kita tidak lagi menjadi sepasang suami-istri,” lanjut Evelyn pelan, “aku pikir tidak ada salahnya jika kita berteman.”

“Teman?” Xander mengulang kata itu dengan nada sedikit datar. Dalam hatinya, ia merasa kecewa. Ia ingin lebih dari sekadar teman, ingin Evelyn ada di sisinya, selamanya. Namun, melihat kesungguhan di mata wanita itu, ia menekan perasaannya. “Tentu,” jawabnya akhirnya, dengan senyum kecil yang ia paksa. “Kita bisa berteman mulai sekarang.”

“Baiklah, Xander.” Evelyn menunduk, lalu mengembuskan napas panjang. “Aku harus pergi sekarang. Kau tahu, aku datang ke tempat ini bersama Tuan Mason.” Ia melirik Xander sekilas, ragu-ragu sebelum menambahkan, “A-apa kau baik-baik saja dengan itu?”

Xander mengepalkan tangannya erat-erat, berusaha menahan emosi. Tentu saja ia tidak baik-baik saja. Membayangkan Evelyn bersama Mason membuat dadanya sesak. Namun, ia hanya menjawab singkat, “Ya.”

Evelyn melewati Xander dengan langkah terburu-buru, meliriknya sekali sebelum melangkah keluar. “Astaga, aku lupa menanyakan apa pekerjaan Xander,” gumamnya, sedikit menyesal.

Saat Evelyn menghilang di balik pintu, Xander tetap berdiri di tempat, menatap punggungnya hingga benar-benar tak terlihat.

“Nona Evelyn,” suara Grace tiba-tiba terdengar dari arah elevator. “Maaf atas keterlambatanku. Saya akan mengajak Anda ke tempat lain,”

Evelyn mengangguk, mencoba mengalihkan pikirannya dari Xander, lalu mengikuti Grace menuju elevator.

Di sisi lain, Xander melangkah keluar dari taman, matanya masih memandang ke arah Evelyn menghilang. Dalam hati, ia merasa lega karena Evelyn tampak baik-baik saja, tetapi ada kegundahan yang tak bisa ia abaikan.

Xander mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan cepat kepada Sophia. Lalu, ia memasuki sebuah ruangan di mana Govin sudah menunggunya, sibuk mengoperasikan layar di atas meja.

“Govin, bagaimana keadaannya?” tanya Xander sambil menjatuhkan diri di sofa.

“Semua sesuai rencana, Tuan,” jawab Govin dengan yakin.

Xander mengalihkan tatapannya ke layar besar di depan mereka. Di sana, terlihat Mason dan Sophia sedang terlibat dalam percakapan di sofa.

Mason duduk dengan gelisah di hadapan Sophia. "Nona Sophia, aku sangat berterima kasih karena Anda mau meluangkan waktu untuk berbicara denganku. Sejujurnya, kedatanganku ke sini adalah untuk bertanya perihal keputusan Phoenix Vanguard yang membatalkan kerja sama dengan keluarga Dagger. Aku ingin tahu apa kesalahan—"

"Aku rasa kau sudah tahu kesalahan apa yang sudah kau perbuat, Tuan Mason," sela Sophia dengan nada dingin.

Mason tersentak. "Ah, masalah itu, Nona... Sepertinya terjadi kesalahpahaman. Aku tidak pernah bertemu dengan keluarga Ashcroft dalam beberapa waktu terakhir, apalagi menghina salah satu dari mereka. Aku tentu tahu batasanku dan keluargaku. Jadi, kami merasa alasan itu terlalu mengada-ada."

Sophia tersenyum tipis, namun tidak menunjukkan keramahan. "Apa kau yakin tidak pernah bertemu dengan salah satu dari mereka dan melakukan tindakan yang menyinggung?" tanyanya sambil melirik jam tangannya. "Kau hanya memiliki waktu sekitar lima menit lagi, Tuan."

Mason mendadak pucat. Jika kesempatan ini tidak menghasilkan apa pun, maka kehancurannya sudah berada di depan mata. la tidak boleh sampai membiarkan pertemuan ini sia-sia. "Aku yakin, Nona. Sebagai seorang yang dibesarkan dengan penuh etika, aku tidak mungkin melakukan tindakan buruk."

Di ruangan lain, Xander menyaksikan adegan itu melalui layar besar. Ia hanya tersenyum kecut. "Kau masih terlalu sombong, Mason," pikirnya.

Sophia menghela napas panjang. "Aku tidak tahu bagaimana kejadian aslinya. Namun, seseorang dari keluarga Ashcroft yang memiliki kedudukan tinggi mengatakan padaku bahwa kau telah menghinanya dengan sangat tidak pantas. Sebagai pegawai, tugasku hanya menjalankan perintah atasanku. Kau jelas sudah melakukan kesalahan besar, Tuan Mason."

Wajah Mason semakin pucat. "Nona, aku benar-benar tidak mengetahui siapa yang sudah aku singgung." Ia membungkuk dalam, hampir mendekati lantai. "Aku sudah memikirkan masalah ini selama beberapa hari terakhir, tetapi aku sama sekali tidak ingat melakukan tindakan buruk kepada siapa pun."

Sophia melirik jam tangannya lagi. "Waktumu tinggal dua menit, Tuan Mason. Jika kau benar-benar merenungkan kesalahanmu, kau pasti tahu siapa yang telah kau singgung—terutama di sebuah jamuan makan malam."

Mata Mason melebar. Jamuan makan malam? pikirnya, mencoba mengingat. Ingatannya langsung mengarah pada jamuan keluarga Voss seminggu lalu—malam di mana ia meremehkan dan menghina Xander di depan semua orang.

"Tidak mungkin," gumam Mason dengan suara tercekat. Wajahnya semakin pucat, kakinya bergetar, dan keringat dingin mengalir deras di dahinya. Xander? Itu tidak mungkin. Tapi jika benar, itu berarti dia adalah...

Mason menatap Sophia dengan penuh permohonan. "Nona Sophia, tolong beri tahu aku siapa sosok keluarga Ashcroft yang telah aku singgung, atau setidaknya izinkan aku menghubunginya."

Sophia tiba-tiba menggebrak meja dengan keras, membuat Mason tersentak. "Berani sekali kau mengatakannya, Mason! Apa kau tidak sadar di mana posisimu sekarang? Semua informasi terkait keluarga Ashcroft bersifat rahasia. Tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, bahkan aku sekalipun!"

Mason terdiam, napasnya tersengal-sengal. Ia menyadari bahwa dirinya telah menghancurkan satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan reputasi keluarganya.

"Waktumu habis!" Sophia berdiri dengan tegas. "Silakan tinggalkan ruanganku sekarang!"

Mason tiba-tiba berlutut dengan wajah penuh kepanikan. "Nona Sophia, aku mohon kemurahan hatimu. Jika aku tidak menyelesaikan masalah ini, aku akan diusir dari keluarga Dagger. Aku berjanji akan melakukan apa pun. Tolong bantu aku!"

"Itu bukan urusanku!" ketus Sophia meski masih sedikit bersimpati pada Mason. la hanya menjalankan tugas yang diberikan Xander padanya. Lagipula ia sudah melihat pertunjukan memelas ini beberapa kali dari orang-orang yang sudah hampir di ambang putus asa.

"Aku mohon, Nona." Mason nyaris bersujud. Air matanya sudah menggenang di pelupuk mata di mana dalam satu kedipan tangisnya akan tumpah. Persetan dengan harga diri karena hal inilah yang bisa ia lakukan sekarang. "Tolong bantu aku, Nona."

Setelah hening sejenak. "Sebenarnya, ada satu syarat yang diajukan oleh anggota keluarga Ashcroft yang kau hina. Jika kau memenuhinya, mungkin mereka akan mempertimbangkan untuk menarik hukuman itu."

Mason langsung mendongak dengan ekspresi penuh harap. "Apa itu, Nona?"

Diruangan yang berbeda, Xander tersenyum tipis ketika menikmati wajah menyedihkan Mason. Rasa sakitnya sedikit terbayarkan. Inikah kekuatan dari uang dan kekuasaan?

Terpopuler

Comments

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

next thor

2025-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!