Bab 19 Pekerjaan

"Apa itu, Nona?" tanya Mason dengan senyum yang perlahan terbit. Harapan yang hampir padam kini menyala kembali. "Aku janji akan melakukan apa pun, Nona."

Sophia berdiri dari kursinya dengan anggun, melangkah menuju meja kerja. Ia mengambil ponsel dari atas meja dan mengetik sesuatu selama beberapa saat sebelum kembali duduk di sofa di hadapan Mason. "Aku akan membacakan pesan dari orang yang kau singgung. Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mengulanginya untuk kedua kali."

"Ya, Nona. Tentu saja," ujar Mason dengan anggukan cepat. Ia duduk terlalu tergesa hingga hampir terjatuh ke belakang.

Sophia membuka pesan di ponselnya dan mulai membacakan. "Kau harus menjaga sikap kepada siapa pun di luar sana, tanpa memandang apakah dia berasal dari kalangan atas atau bawah. Semua gerak-gerikmu akan dipantau oleh suruhanku selama 24 jam, di mana pun kau berada. Jika kau tertangkap menghina seseorang atau melakukan tindakan kasar tanpa sebab, hukumanmu akan diperberat. Selamanya, perusahaan keluarga Dagger akan dihapus dari dunia bisnis negeri ini tanpa pernah bisa kembali dalam bentuk apa pun."

Mason menahan napas, tubuhnya membeku di tempat. Ancaman itu begitu serius hingga seolah menggantung di udara. Keringat bercucuran dari pelipisnya, dan ia meneguk ludah dengan susah payah. Hanya menjaga sikap? itu terdengar mudah, pikir Mason, meski kegelisahan tetap menyelimuti pikirannya.

"A-aku akan melakukannya, Nona." Mason membungkuk beberapa kali. Tidak peduli kondisi apa yang diberikan pihak lawan, selama itu mampu melakukannya dan selama itu mampu mengembalikan wajah dan harga dirinya di hadapan keluarga Dagger, maka dia akan melakukannya dengan sebaik mungkin.

"Aku akan melakukannya, Nona. Kau bisa percayaku." Mason berbicara penuh penekanan. Setengah beban berat yang menggelayutinya perlahan menghilang.

Sophia menyipitkan mata, senyum tipis menghiasi bibirnya. "Jangan senang dulu, Tuan Mason. Masih ada pesan lain yang harus kau dengar."

"Pe-pesan lain?" Mason kembali tegang, kedua tangannya mengepal erat di atas lutut.

"Selama satu bulan penuh, kau harus bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu anak perusahaan milik Phoenix Vanguard. Itu adalah hukuman tambahan. Jika kau menolak, ancaman yang kau dengar tadi akan menjadi kenyataan. Hukumanmu akan dimulai besok pagi."

"Pe-petugas kebersihan?" Mason membuka mulutnya, ekspresi terkejut dan penuh penghinaan tergambar jelas di wajahnya. Sebagai putra keluarga Dagger, pekerjaan itu adalah pukulan telak bagi harga dirinya. Namun, konsekuensi dari penolakan jauh lebih menakutkan.

"Ba-baik, Nona. Aku akan melakukannya," ujarnya akhirnya, meski matanya berkaca-kaca oleh rasa malu.

"Kau pria yang bertanggung jawab," puji Sophia dengan nada yang hampir terdengar seperti sindiran.

Mason mencoba tersenyum, meskipun hatinya menjerit. "Sudah seharusnya seorang pria sepertiku melakukan yang terbaik untuk keluarganya, Nona."

Di ruang samping, Xander menyaksikan layar monitor dengan senyum puas. Wajah Mason yang penuh ketegangan dan rasa hinaan adalah hiburan yang tak ternilai baginya. "Hari-hari burukmu dimulai dari sekarang, Mason," gumam Xander, nadanya dingin namun penuh kemenangan.

Di ruangan lain, Sophia berjalan dengan tenang menuju meja, mengambil sebuah map cokelat, lalu menyerahkannya kepada Mason. "Di dalam map ini terdapat semua detail hukuman yang harus kau jalani. Gunakan kesempatan ini dengan bijak. Tidak akan ada kesempatan kedua."

Mason menerima map itu dengan tangan gemetar. Ia membuka dokumen-dokumen di dalamnya, membaca satu persatu syarat yang tertulis. Mata Mason membelalak saat ia membaca lebih jauh, tinggal di mes karyawan yang sempit, berbaur dengan para pekerja dari kalangan bawah, dilarang membocorkan hukumannya kepada siapa pun, dan berada di bawah pengawasan super ketat selama 24 jam. Map itu tanpa sadar diremas di tangannya.

"Evelyn," gumam Mason, teringat akan rencana pernikahannya yang dijadwalkan satu bulan lagi. Pilihan ini terasa seperti jerat yang mematikan. Ia tahu keluarga Voss akan memandang rendah dirinya jika ia harus menunda pernikahan. Namun, hidupnya kini lebih penting daripada harga diri. Ia akan memikirkan alasan yang masuk akal nanti.

"Sekarang, ikuti aku, Tuan." Sophia melewati Mason yang masih memegangi map. "Kau akan mendapatkan pelatihan sebelum kau memulai pekerjaanmu."

"Ba-baiklah, Nona." Mason, dengan enggan, bangkit dan mengikuti langkah Sophia.

Sophia membawanya ke sebuah gudang yang luas, penuh dengan barang-barang berserakan dan debu tebal di mana-mana. Lampu neon berkilat redup, menambah kesan suram di tempat itu. Seorang petugas kebersihan mendekati mereka, wajahnya netral tanpa ekspresi.

"Biar pria ini yang membersihkan dan membereskan semuanya. Kau hanya perlu mengawasi dan memberitahunya bagaimana cara kerjanya," perintah Sophia kepada petugas kebersihan itu.

Mason menyeringaikan gigi ketika melihat gudang yang sangat luas dengan keadaan yang kacau balau. Ia terkejut dan merasa tidak terima karena harus membersihkan tempat ini seorang diri. Ini benar-benar penghinaan terhadapnya.

"Kau harus menyelesaikan ini secepat mungkin. Ingat, semua gerak-gerikmu diawasi. Kau tidak akan diizinkan pulang sebelum gudang ini bersih. Kau mengerti?" Sophia menatap Mason tajam.

"Ba-baik, Nona," jawab Mason dengan suara bergetar, meski hatinya menolak mentah-mentah perintah tersebut.

Sophia segera meninggalkan gudang, kemudian mengirim pesan pada Xander bahwa urusannya dengan Mason sudah selesai.

"Bagus sekali, Sophia." Xander tersenyum saat membaca pesan tersebut, terutama saat melihat Mason tengah mengangkat beberapa kardus di layar dengan wajah masam. "Ini benar-benar pemandangan yang bagus."

Xander melirik jam dinding. Jarum pendek masih menunjukkan pukul sebelas siang. Ia mengambil ponselnya dan mengetik cepat sebelum menempelkan telepon ke telinga. Suara di seberang menyahut dengan nada heran.

"Aku sudah mendapatkan pekerjaan untukmu," kata Xander dengan nada santai.

"Pekerjaan untukku?" Parker, yang sedang berjalan menuju gedung pertarungan, menghentikan langkahnya. Ia memicingkan mata seolah mencoba memahami maksud temannya. "Apa maksudmu, Bung? Kau sedang tidak membodohiku, bukan?"

"Tidak," jawab Xander seraya berdiri dari kursinya. Ia berjalan ke balkon, membiarkan angin segar menyentuh wajahnya. Dari sana, pemandangan kota yang megah terhampar di depan mata. Sebuah ide brilian terlintas di benaknya. "Datanglah ke gedung pertemuan yang kita kunjungi kemarin. Teman-temanku akan menjemputmu."

"Teman-temanmu? Hei, Bung!"

Namun, Xander menutup telepon tanpa menjawab. Ia memutar tubuh, menatap Govin yang berdiri tidak jauh darinya. "Govin, aku baru saja mendapatkan ide cemerlang. Aku ingin Parker, temanku, mengawasi Mason selama menjalani hukumannya."

Govin mengangkat alis, tampak sedikit skeptis. "Apa pria bernama Parker itu bisa dipercaya, Tuan?"

"Itulah tugasmu untuk menilainya," jawab Xander sambil tersenyum tipis. "Segera perintahkan orang-orangmu untuk menjemputnya di tempat yang kusebutkan."

"Baik, Tuan," kata Govin, lalu segera mengirimkan pesan singkat kepada bawahannya.

Xander kembali menatap layar di depannya. Wajah Mason yang penuh amarah dan kehinaan membuat senyumnya melebar. Ia menekan tombol rekam untuk mengabadikan momen itu.

Setengah jam kemudian, sebuah mobil berhenti di halaman gedung. Parker, turun dari mobil dengan raut wajah kebingungan. Ia dibawa menuju ruangan yang sudah disiapkan. Di sana, ia langsung menghubungi Xander melalui ponselnya.

"Bung, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku dibawa ke tempat mewah seperti ini? Di mana kau sekarang? Aku ingin berbicara denganmu," kata Parker, bertanya beruntun.

"Aku akan menemuimu bersama atasanku. Tunggulah di sana," jawab Xander sebelum menutup telepon.

Beberapa menit kemudian, Xander memasuki ruangan Parker bersama Govin dan tiga pengawal. Parker langsung berdiri ketika melihatnya.

"Bung, apa yang terjadi? Kenapa kau... memakai pakaian bagus seperti itu?" Parker terlihat heran, terutama saat tiga pengawal mendekat, membuatnya kembali duduk dengan gelisah.

Govin melangkah maju, menarik kursi dan duduk di depan Parker. "Aku Govin, atasan Xander," katanya tanpa basa-basi. "Bawahanku, Xander, mengatakan jika kau memerlukan pekerjaan. Karena itu aku memerintahkan suruhanku untuk membawamu ke sini. Kau akan kami tempatkan di sebuah perusahaan yang berada di pinggiran kota sebagai petugas kebersihan."

Parker memandangi Xander dengan ekspresi tidak percaya. "Tuan, apa ini sungguhan? Aku hanya seorang pria biasa tanpa pendidikan atau pengalaman selain pekerjaan kasar."

"Itu tidak masalah," jawab Govin dengan nada tegas. "Karena Xander mempercayaimu, aku juga akan mempercayaimu. Mulai besok, kau akan bekerja di sana. Malam ini, kami akan mengantarmu ke lokasi."

Parker menggaruk tengkuknya, tampak gelisah. "Tuan, saya memiliki adik perempuan yang sedang sakit di rumah sakit. Jika saya pergi, tidak ada yang menjaganya."

"Itu masalah kecil," kata Govin tanpa ragu. "Aku akan menugaskan bawahanku untuk menjaganya selama 24 jam."

"Tuan...." Parker menatap tak percaya. Aneh rasanya karena orang-orang ini teramat baik di dekatnya dan adiknya. “Bisa aku berbicara dengan temanku sebentar, Tuan?"

Parker melirik Xander yang berdiri di belakang Govin.

Govin mengangguk. "Kau hanya punya waktu tiga menit."

"Baik!" Parker memberi isyarat pada Xander untuk keluar dari ruangan. Di luar, ia segera bertanya, "Apa maksud semua ini, Bung? Kenapa mereka begitu baik padaku dan adikku? Dan... kenapa kau terlihat begitu berbeda?"

"Tenanglah, Parker," ujar Xander, "biar aku jelaskan dari awal. Sepulang dari tempat pertarungan, aku tidak sengaja bertemu dengan atasanku yang tengah terpojok oleh musuh-musuhnya di geng kecil. Aku membantunya mengalahkan musuh dan sebaliknya dia memberiku pekerjaan sebagai salah satu pengawalnya. Saat aku mengingatmu, aku meminta untuk mendapatkan pekerjaan juga. Bukankah itu bagus?"

"Memang terdengar bagus untukku, apalagi saat aku membutuhkan uang untuk pengobatan adikku. Tapi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan adikku sendirian, Bung. Kami hanya hidup berdua dan..."

"Kau bisa mempercayai ucapanku, Parker. Selama kau bekerja, aku akan mengawasi dan menjaga adikmu."

Parker mengerutkan kening, berpikir dalam. la memang membutuhkan pekerjaan dan uang untuk kehidupannya dan adiknya.

"Bagaimana jika adikmu dipindahkan ke rumah sakit yang ada di dekat tempat kerjamu? Aku akan meminta atasanku untuk melakukannya."

"Hei, apa itu tidak berlebihan? Lagipula kau bawahannya, Bung. Dia bisa saja memecatmu dengan mudah jika kau terlalu banyak meminta darinya."

"Percaya saya. Sekarang saatnya kembali ke dalam."

Xander dan Parker kembali ke ruangan. Govin segera memberi tahu tugas khusus untuk Parker sekaligus memastikan kepindahan adiknya di dekat tempat kerja barunya. Parker sempat ragu, tetapi pada akhirnya menyetujui hal itu.

Beberapa menit setelahnya, Parker pulang diantar oleh bawahan Xander. Bersamaan dengan Xander dan Govin yang kembali ke ruangan semula, sebuah mobil baru saja menepi gedung Phoenix Vanguard.

Dalton dan Ruby turun dari mobil, berjalan menuju lobi dengan langkah cepat. Keduanya mengabaikan sopan santun para pegawai.

"Benar-benar memuakkan," gerutu Dalton saat memasuki elevator, "paman bodohku sudah mengganggu kegiatan siangku. Aku harap dia mati sebelum waktu pertemuan digelar.

"Ayolah, Dalton. Aku tahu kau hanya ingin pergi menuju tempat pertarungan kumuh itu. Tidak bisakah kau fokus pada pekerjaan untuk sesaat?" Ruby memutar bola mata. “Jika ayahmu menjadi pewaris kekayaan menggantikan paman bodoh kita, kau pasti akan mendapat lebih banyak pekerjaan."

"Aku melakukan semua itu agar aku bisa sedikit lebih rileks, Ruby." Dalton beralasan.

Ruby berdecak. “Aku ingin tahu kenapa Phoenix Vanguard tiba-tiba memutus kerja sama dengan keluarga... keluarga Dagger tanpa memberitahu kita lebih dulu. Bukankah itu sangat tidak sopan?"

Terpopuler

Comments

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

✌✌✌✌

2025-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!