Bab 8 Menyinggung

"Govin, ceritakan padaku mengenai keluarga Dagger," titah Xander ketika dirinya sudah berada di kamar pribadinya. Pria itu berada duduk di sofa panjang yang benar-benar nyaman.

Sesuai dengan kesepakatan dengan Sebastian, mulai besok Xander akan belajar mengenai dunia bisnis dan Govin yang akan menjadi mentornya.

Sebastian akan mempersiapkan Xander itu sebagai pewaris tunggal yang terampil dalam berbagai bidang. Ketika Xander sudah benar-benar siap, maka Xander akan dikenalkan pada seluruh keluarga Ashcroft.

Waktu menunjukkan pukul dua malam saat Govin berada di dalam kamar Xander. Xander sudah menunjuk pria itu sebagai kaki tangan kepercayaannya dalam setiap urusannya.

"Apa Anda tidak sebaiknya beristirahat dulu, Tuan?" saran Govin, "Anda bisa mempelajari segala hal mengenai dunia bisnis mulai besok. Aku berjanji akan memberikan semua hal terbaikku untuk Tuan."

"Aku hanya ingin mengetahui siapa keluarga Dagger." Ucap Xander berbalik menghadap Govin. "Mason Dagger, pria itu sudah mengambil wanita yang kucintai tadi malam. Jadi, aku ingin dia mendapatkan sebuah pelajaran berharga."

"Aku mengerti." Jawab Govin.

Govin mulai menjelaskan posisi keluarga Dagger saat ini. Keluarga itu memang termasuk keluarga level atas di kota Skyline, tetapi hanya kelas biasa jika dibandingkan dengan keluarga di kota Royaltown apalagi keluarga di Victoria.

“Keluarga Dagger ibarat kerikil kecil bagi keluarga Ashcroft. Anda bisa menghancurkan mereka dalam sekejap. Apa yang ingin Anda lakukan pada mereka, Tuan?" tanya Govin.

"Apakah keluarga Dagger memiliki hubungan kerjasama dengan salah satu perusahaan milik ayahku, Govin?" Xander balik bertanya. Ia tiba-tiba memiliki sebuah rencana.

"Mohon tunggu sebentar, Tuan." Govin mengotak-atik ponselnya beberapa saat, kemudian berkata, "keluarga Dagger memiliki kerjasama dengan salah satu anak perusahaan di bawah naungan Phoenix Vanguard saat ini, Tuan."

"Hentikan kerjasama itu sekarang juga dan katakan alasan pembatalan kerjasama itu karena Mason Dagger sudah menyinggung salah satu keluarga Ashcroft. Jika kerjasama itu ingin kembali dilakukan, maka Mason Dagger harus meminta maaf pada orang yang sudah disinggung nya. Lakukan dengan segera," tutur Xander.

"Aku mengerti, Tuan. Aku akan segera melaksanakannya saat ini juga. Aku permisi sebentar." Govin menjauh beberapa langkah dari Xander untuk menghubungi bawahannya.

Tidak banyak obrolan sampai akhirnya Govin kembali berkata, “Aku sudah melakukan apa yang Anda minta, Tuan."

"Kerja bagus, Govin." Xander memuji, tersenyum karena merasa sedikit puas bisa membalas rasa sakit hatinya pada Mason. Ia tidak sabar untuk melihat reaksi pria itu.

"Ada lagi yang kau butuhkan, Tuan?" Tanya Govin.

Xander terdiam sesaat, dan menjawab. "Aku ingin kau mengawasi wanita bernama Evelyn Voss dan mengabari semua kegiatannya padaku setiap hari. Untuk hari ini cukup."

"Baik, Tuan."

Pejamuan makan malam dalam rangka perayaan keberhasilan keluarga Voss masih digelar meski waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Alunan musik masih mengalun dengan indah menemani perbincangan antara anggota keluarga. Evelyn masih berada di toilet, menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya setengah tertekuk di mana satu tangannya mengelus-elus jari bekas cincin pernikahannya dengan Xander sempat berada.

"Ziva sama sekali tidak mengatakan kalau Xander mendatanginya. Lalu di mana Xander saat ini?" tanya Evelyn dengan embusan napas panjang.

Perasaaan bersalah mulai menghantuinya selepas Xander pergi meski coba ia tutupi dengan berbaur dalam obrolan. Mungkin jika kakeknya masih hidup, kakeknya akan kecewa padanya.

Saat Evelyn akan meninggalkan wastafel, tiba-tiba Selene datang dan langsung membasuh tangannya di sampingnya.

"Apa kau merindukan suami sampahmu, Nona Penyelamat Keluarga? Aku melihatmu beberapa kali menoleh ke arah pintu keluar, padahal di sampingmu ada Mason yang jelas-jelas pria sempurna untuk dijadikan sebagai pasangan," ketus Selene.

"Apa yang kau inginkan, Selene?" Ucap Evelyn sedikit kesal.

Evelyn tahu jika Selene sangat tidak menyukainya karena iri dengan semua perhatian yang tertuju padanya.

"Tidak bisakah kita bersikap selayaknya keluarga?"

"Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri jika kau berharap hal itu padaku." Ucap Selene lalu bergegas pergi dengan langkah cukup cepat.

Evelyn mengambil segelas minuman dari nampan yang dibawa pelayan ketika kembali ke ruangan perjamuan. Ia ingin pulang untuk agar segera beristirahat sekaligus ingin tahu apakah Xander pulang ke rumah atau tidak.

“Apa yang kau lakukan di sini, Evelyn?" Avery menarik salah satu tangan Evelyn menuju meja perjamuan di mana Mason berada.

"Kau harus selalu dekat dengan Tuan Mason. Ingat, kalian akan segera menikah satu bulan lagi. Keluarga Voss berharap besar padamu. Buat ibumu ini bangga memilikimu, Evelyn."

Mason menyambut hangat kedatangan Evelyn, menarik kursi untuk wanita cantik itu duduki. Malam ini ia benar-benar diliputi kebahagiaan yang memuncak. Hidupnya terasa sempurna. Saat akan berbicara dengan Evelyn, tiba-tiba saja ponselnya berdering.

"Ayah." Mason buru-buru berdiri.

“Maafkan aku, ada panggilan penting yang harus segera aku jawab." Mason meninggalkan meja jamuan, setengah berlari menuju teras. Tiga pengawalnya bergegas mengikutinya.

“Ada apa, Ayah?" Mason tersenyum lebar, tak sabar untuk memberi tahu ayahnya mengenai kabar gembira bahwa dirinya sudah menjadikan Evelyn sebagai calon istrinya.

"Apa yang sudah kau lakukan, sialan!" Seseorang di seberang telepon tiba-tiba saja memekik kencang.

Mason dengan cepat menjauhkan ponsel dari telinga. Tidak biasanya ayahnya murka padanya. Selama ini, ia menjadi anak kebanggan keluarga. “Ayah, apa yang terjadi?"

"Harusnya aku yang bertanya padamu! Apa yang sudah kau lakukan sampai Phoenix Vanguard membatalkan kerjasama yang sudah susah payah keluarga kita capai. Apa kau benar-benar ingin mati? Semua keluarga Dagger sudah berada di rumah kita saat ini."

"P-Phoenix Vanguard?" Mason mendadak pucat dan gugup.

“Ba-bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku tidak melakukan apa pun."

"Mereka mengatakan jika kau sudah menyinggung salah satu anggota keluarga Ashcroft malam ini!" Sosok di seberang telepon memekik kencang.

Setelahnya terdengar suara keributan berisi cibiran.

"Aku tidak mungkin melakukannya, Ayah." Mason menarik-narik rambutnya ke atas, berjalan mondar-mandir.

"Lagipula, aku sedang bersama keluarga Voss saat ini. Mereka sama sekali tidak memiliki kaitan apa pun dengan keluarga Ashcroft. Jadi, mana mungkin aku bisa melakukan itu."

"Jika kau tidak pulang dalam waktu setengah jam, aku tidak akan lagi mengakuimu sebagai putraku!" ancam suara di seberang telepon.

"Ba-baiklah, Ayah." Mason menutup telepon dengan tangan gemetar. Wajahnya mendadak berkeringat. Malam bahagianya seketika hancur berantakan dengan kabar tersebut.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Aku sama sekali tidak menyinggung siapa pun malam ini. Lagipula keluarga Voss tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Lalu siapa yang sudah kusinggung?"

Mason terdiam untuk mengingat siapa saja orang yang sudah ditemuinya hari ini dan hal apa saja yang sudah dilakukannya. Tidak ada siapa pun yang sudah dirinya singgung, kecuali ...

Mason tiba-tiba terdiam ketika mengingat sebuah momen yang terjadi beberapa waktu lalu di rumah ini.

"Ti-tidak mungkin. Satu-satunya yang aku hina dan aku singgung malam ini hanyalah si menantu tak berguna keluarga Voss, Xander. Ta-tapi bagaimana mungkin...." Mason menggelengkan kepala dengan mata membuka lebar.

"Aku harus segera pergi agar bisa mengetahui semua masalahnya dengan jelas dari ayah " Mason memasuki kediaman keluarga Voss dengan langkah terburu-buru. Keringat masih menempel di dahinya.

"Aku minta maaf karena aku harus segera kembali ke rumah. Ada hal penting yang harus aku lakukan saat ini juga."

"Tuan Mason, apa terjadi sesuatu?" tanya Avery dengan wajah cemas, "wajahmu tampak pucat? Apa kau sakit?"

Avery segera berbisik di telinga Evelyn, “Evelyn, antarkan Tuan Mason hingga dia masuk ke dalam mobilnya."

"Aku akan mengantarmu sampai teras, Tuan," tawar Evelyn. Mason sedikit menjadi tenang ketika melihat wajah cantik Evelyn. Wanita itu memiliki rambut panjang hitam legam, wajah bulat dengan hidung mancung, bibir merah dan tipis, serata bulu mata yang lentik. Tak salah jika Evelyn didapuk sebagai salah satu wanita tercantik di kota ini, Wanita itu seperti jelmaan malaikat.

Mason tiba-tiba saja menggandeng tangan Evelyn, sedikit menariknya untuk mulai berjalan menuju teras. Di tengah jantungnya yang berdebar, ia merasa sedikit bahagia dan tenang.

"Lihat betapa serasinya mereka," puji Avery dengan gembira, “Declan, kita harus bisa mempersatukan Evelyn dan Mason bagaimanapun caranya."

"Kau benar, Avery. Kita akan mendapat keuntungan yang besar jika bisa berbesan dengan keluarga Dagger. Itu adalah prestasi yang membanggakan."

Selene yang mendengarnya hanya memutar bola mata. Wanita itu memilih pergi karena anggota keluarga Voss mulai membicarakan Evelyn dan segala kelebihannya. Evelyn dan Mason sudah sampai di teras.

"Aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas undangan dan jamuan malam ini. Nona Evelyn, aku pastikan kita akan bertemu kembali dalam waktu dekat." Ucap Mason sambil mengelus rambut Evelyn sebelum memasuki mobil yang terparkir di depan, melambaikan tangan dengan senyuman hangat. Setelah ini, ia harus dihadapkan pada amukan keluarga besarnya yang sampai saat ini belum jelas asal muasalnya.

Mobil meninggalkan kediaman keluarga Voss dengan cepat. Evelyn masih berdiri di teras selama beberapa waktu. la memeluk dirinya sendiri ketika udara dingin menerjang. Setelah melihat keadaan sekitar, ia baru tahu jika sudah terjadi hujan besar.

"Xander," gumam Evelyn dengan merasa bersalah yang semakin besar.

Sejak pagi buta, Xander sudah berada di sebuah ruangan dengan banyak lemari buku di sekelilingnya.

Sesuai dengan yang sudah disepakati semalam, Govin mengajarinya semua hal terkait bisnis keluarga Ashcroft, dunia bisnis, bahkan tata cara kehidupan orang kaya.

Xander begitu tekun mempelajari semua data yang diberikan Govin. Xander memang tidak mengenyam pendidikan hingga universitas, tetapi semangatnya benar-benar menggebu-gebu untuk menguasai semuanya.

Kemarin ia hanya seorang menantu tidak berguna yang bahkan harus kehilangan wanita yang dicintanya, tetapi saat ini ia adalah pewaris tunggal kekayaan Samuel Ashcroft yang bisa melakukan apa pun yang dirinya mau. Kini Xander mengerti bagaimana kekuatan dari benda yang dinamakan uang.

Pagi itu, sebelum Xander berada di ruangan ini, Govin memberikan hasil tes DNA kepada Xander dan Sebastian. Namun, ada sesuatu yang unik dalam proses tersebut. Govin menjelaskan bahwa tes DNA dilakukan dengan menggunakan sampel milik Samuel, kakak dari Sebastian dan sekaligus ayah Xander. Sampel ini telah disimpan dengan baik sejak kematian Samuel beberapa tahun lalu, sebagai bentuk antisipasi jika suatu saat diperlukan untuk membuktikan garis keturunan keluarga.

Hasil tes tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Xander memiliki hubungan darah langsung dengan Samuel, menjadikannya anak kandung Samuel sekaligus pewaris sah keluarga Ashcroft. Hal ini juga menegaskan bahwa Sebastian, sebagai adik kandung Samuel, adalah paman biologis Xander.

Hal itulah yang membuat posisi Xander semakin kuat dalam keluarga Ashcroft.

“Xander, pertemuan keluarga Ashcroft akan diadakan dua minggu dari waktu sekarang, aku ingin kau mempersiapkan semuanya dengan baik saat aku mengenalkanmu pada mereka." kata Sebastian.

Sebastian menepuk bahu kokoh Xander. "ingatlah Xander, meski masih ada darah yang sama di tubuh saudara-saudaramu, tapi mereka sama sekali tidak menganggap kita sebagai keluarga. Mereka justru menganggap kita sebagai musuh yang harus disingkirkan. Maka jadilah kuat agar kau tidak diremehkan dan kalah dari tipu daya mereka."

"Baik, paman."

Xander begitu termotivasi dengan kata-kata itu. Untuk itulah, ia berusaha sekeras mungkin untuk mengeja ketertinggalannya dari mereka.

Setelah makan siang, Xander dan Govin pergi ke kantor utama Phoenix Vanguard. Sebastian ingin Xander mulai terbiasa dengan dunia bisnis sedari awal. Keduanya mendatangi kantor melalui jalur VVIP dengan pengamanan ketat. Untuk saat ini, tidak boleh ada yang tahu siapa identitas Xander sesungguhnya, terutama keluarga Ashcroft.

Xander dan Govin sedang menuju ruangan direktur utama Phoenix Vanguard, Sophia Kane. Wanita cantik itu masih terbilang muda untuk menduduki jabatan direktur, tetapi kemampuannya sudah tidak diragukan lagi.

"Tuan Govin." Sophia seketika bangkit dan mendekat ketika melihat Govin memasuki ruangannya.

Pagi buta sekali pria itu mengabarinya bahwa Govin akan datang dengan seseorang yang akan menjadi pemilik Phoenix Vanguard. Namun, saat ini ia hanya melihat pria itu sendirian.

"Apa kau sudah membaca pesanku dan mempersiapkan semua yang kuminta, Sophia?" tanya Govin.

"Sudah, Tuan." Sophia mengawasi arah pintu, mencari keberadaan seseorang yang akan menjadi pemilik dari grup perusahaan besar tempatnya bekerja mulai hari ini. Sepanjang hari ia hampir tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan karena penasaran dengan sosok pria yang disebutkan Govin.

"Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, Tuan." Govin menoleh ke arah pintu.

“Tuan Xander, Anda bisa masuk sekarang."

Pintu terbuka dari luar. Xander memasuki ruangan dengan langkah tegap. Matanya terkejut saat melihat keindahan ruangan ini. Sepertinya ia masih harus membiasakan diri dengan dekorasi mewah dan indah dari tempat yang didatanginya.

Sophia langsung terpana ketika melihat sosok Xander. Tampan, gagah dan berkharisma adalah penilaian pertamanya. Sebagai seorang wanita normal, ia tentu tertarik dengan sosok Xander yang nyaris sempurna.

Hanya saja Sophia sedikit mengerutkan kening ketika melihat Xander hanya berpakaian seperti para pengawal.

Mungkinkah pria itu adalah pengawal baru Govin? Tapi kenapa Govin justru memanggilnya dengan sebutan tuan?

Govin memberi tanda dengan anggukan kecil pada Sophia. Wanita berjas biru muda dengan rok sedikit di atas lutut itu segera memahami maksud tersebut.

Sophia menekan sebuah tombol merah di bawah vas bunga yang ada di meja. Secara tiba-tiba semua kaca jendela ditutup, begitupun dengan akses masuk ke ruangan ini. Keamanan ditingkatkan lima kali lipat.

Sophia kembali mendekat pada dua pria di ruangan ini. la menghembus napas panjang karena kode tersebut adalah tanda bahwa percakapan ini menjadi super penting dan sangat rahasia. Govin memberikan kepercayaan besar padanya untuk beragam rahasia keluarga Ashcroft. Untuk itu, ia tidak ingin mengecewakannya sekalipun, terlebih ia membawa nama besar keluarga Kane.

"Sophia, aku ingin mengenalkanmu pada Tuan Alexander. Tuan Alexander adalah putra tunggal dari Tuan Samuel Ashcroft," ujar Govin.

"Put-putra tunggal Tu-tuan Samuel Ashcroft?" Sophia sangat terkejut mendengar hal itu sampai mata dan mulutnya terbuka lebar.

Tatapannya segera tertuju pada Xander, mengawasi pria itu dari atas hingga bawah. Sepanjang berkarir sebagai direktur utama Phoenix Vanguard dan berhubungan dengan keluarga Ashcroft, ia pernah bertemu dengan Samuel Ashcroft sekali meski dari jarak jauh, tetapi belum pernah mendapat kesempatan untuk berbicara secara langsung sampai dia meninggal.

Menurut kabar yang beredar, Samuel Ashcroft tidak memiliki putra atau pewaris. Namun, sepertinya kabar itu salah besar, terbukti dengan kehadiran pria bernama Alexander yang datang bersama Govin.

"Sophia," panggil Govin.

Sophia dengan cepat menggeleng pelan. "Maafkan aku, Tuan, "

"Tuan Alexander sengaja memakai pakaian pengawal sebagai kamuflase. Keberadaannya saat ini masih belum boleh Diketahui oleh banyak orang, terutama keluarga Ashcroft."

"Aku mengerti, Tuan." Sophia mengangguk. Penjelasan Govin menjawab rasa penasarannya mengenai sosok pria tampan di dekatnya..

"Aku Alexander. Kau bisa memanggilku dengan sebutan Xander, Nona." Xander mengulurkan tangannya pada Sophia.

Xander harus mengakui jika Sophia adalah wanita yang sangat menarik dan cantik, dengan tubuh langsing, rambut sebahu dan penampilan seperti wanita berkelas. Semua yang ada pada wanita itu begitu sempurna. Akan tetapi, rasa cintanya masih tertuju pada Evelyn. Tiba-iba saja ia merindukan sosok wanita yang dicintainya.

"A-aku Sophia, Sophia Kane, Tuan. Senang bertemu dengan Anda." Ucap Sophia membalas uluran tangan Xander dengan tangan gemetar.

Di saat yang sama, dadanya berdebar sangat kencang. Lihatlah pria di depannya saat ini. Bukankah sosok Xander begitu sempurna?

"Govin, kau boleh pergi untuk melanjutkan pekerjaanmu. Aku akan berada di sini bersama Nona Sophia sebentar. Kau hanya perlu mempersiapkan semua kebutuhanku."

"Baiklah, Tuan." Govin menghubungi seseorang melalui ponselnya, kemudian memilih pamit dari ruangan meski tidak setuju dengan permintaan Xander barusan.

"Nona Sophia, bisa kita mulai pembahasan mengenai keadaan Phoenix Vanguard sekarang?" tanya Xander seraya duduk di sofa meski sedikit canggung, padahal ia tahu kalau gedung ini sudah menjadi miliknya.

"Ten-tentu, Tuan." Sophia segera menghidupkan layar proyektor.

Xander menyimak penjelasan Sophia dengan saksama. Penjabaran wanita itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penjelasan Govin tadi pagi, hanya saja ada beberapa poin baru yang ia dapatkan dari Sophia.

Xander tidak segan bertanya saat mendengar sesuatu yang tidak dipahaminya. Di saat yang sama, Sophia menjelaskan dan menjawab dengan sangat baik meski tidak dipungkiri jika dirinya sangat gugup saat ini. Tatapannya dengan nakal justru memindai Xander dari atas hingga bawah.

Sophia menjadi penasaran apakah pria itu sudah memiliki pasangan atau tidak.

"Nona Sophia, aku ingin memintamu melakukan satu hal untukku," ujar Xander setelah penjelasan selesai, "aku ingin kau merahasiakan kedudukanku yang sudah menjadi pemilih Phoenix Vanguard saat ini pada orang-orang, terutama keluarga Ashcroft. Dan tolong rahasiakan pertemuan kita siang ini. "

“Baik, Tuan." Sophia seketika mengangguk.

"Aku harus pergi." Xander bangkit dari kursi, berjalan menuju pintu keluar. Saat pintu sudah terbuka, ia tiba-tiba teringat sesuatu dan memutuskan kembali mendekat pada Sophia.

"Sophia, aku ingin tahu bagaimana keadaan keluarga Dagger saat ini."

Tepat saat Sophia akan menjawab, ponselnya tiba-tiba saja bergetar. Bawahannya mengabari bahwa Mason Dagger baru saja tiba di ruangan lobi dan meminta untuk bisa bertemu dengannya secara langsung.

"Katakan bahwa aku sedang sangat sibuk dan tidak bisa diganggu." Sophia menutup ponselnya dengan segera, kemudian menoleh pada Xander. Untuk sekali lagi, dadanya berdebar sangat kencang ketika melihat Xander.

"Maaf atas gangguan barusan, Tuan. Sesuai dengan permintaan Tuan Govin, kami sudah membatalkan seluruh kerjasama dengan keluarga Dagger. Meski begitu, keluarga Dagger masih berusaha menghubungiku untuk meminta penjelasan lebih, termasuk mengirim Mason Dagger yang saat ini sudah berada di lobi."

"Kau hanya boleh menemui Mason Dagger saat aku menyuruhmu melakukannya, Sophia." Xander meraih ponsel di saku jasnya, kemudian menyerahkan benda pipih itu pada Sophia.

"Aku belum memiliki nomor ponselmu. Untuk waktu yang akan datang, aku pasti akan lebih sering merepotkanmu."

"Ba-baik, Tuan." Sophia segera mencacat nomor ponselnya, kemudian mengembalikan benda itu pada Xander.

"Aku harus pergi. Terima kasih untuk hari ini." Xander bergegas keluar dari ruangan, melewati tiga pengawal pribadinya yang ditugaskan Govin untuk mengawasinya. Jujur saja, ia merasa terganggu karena tidak terbiasa.

Xander segera memasuki toilet ketika sudah sampai di lantai bawah, kemudian mengganti pakaiannya dengan yang pakaian biasa dikenakan. la kemudian memerintahkan tiga pengawalnya untuk mengawasinya dari jauh meski ketiganya sempat menolak.

"Aku sudah menghubungi Govin. Dia sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Kalian hanya perlu mematuhi perkataanku." Xander tentu saja berbohong. Govin tidak akan mengizinkannya berjalan tanpa pengawasan, apalagi sampai membiarkannya mengendarai sepeda listrik di jalan raya seperti yang akan direncanakannya.

Xander merasa tidak terbiasa harus diikuti oleh orang-orang. Lagipula hanya beberapa orang saja yang mengetahui siapa dirinya saat ini. Jadi tidak masalah jika harus berjalan ke mana-mana tanpa pengawasan.

“Kekayaan nyatanya berakibat pada kebebasan ruang gerakku." Saat Xander berada di parkiran, tiba-tiba terdengar sedikit keributan dari arah lobi. Tak lama setelahnya, ia melihat Mason keluar dari pintu dengan wajah yang sangat kesal.

Xander merasa puas dan terkebur ketika melihatnya. Pasti pria itu kesal karena gagal menemui Sophia.

"Hei, apa yang kau lakukan di sini, sampah keluarga Voss?" Tiba-tiba saja Mason berteriak sambil mendekat ke arah Xander yang akan menaiki sepeda listriknya.

Terpopuler

Comments

azizan zizan

azizan zizan

ceihhh.. untuk apa perjuangkan lagi perempuan yang tak menghargai sesebuah ikatan perkahwinan hanya kerana miskin..abaikan aja perempuan seperti itu mau yang kaya aja kalau miskin di tinggalkan.. cari aja perempuan lain kau sudah kaya,,cukup sudah kau mendapat penghinaan dan pengkhianatan dari keluarga itu.. untuk di ingat2kan lagi perempuan itu untuk apa jika masih terima lagi sama aja kau tu sampah..

2025-03-21

0

OI

OI

cari yg baru lagi udh jgn terpaku sama janji yg udh berakhir pekok juga mc nya

2025-02-22

0

Bahagiaraden

Bahagiaraden

cerita sampah

2025-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!