Bab 16 Pembohong

Evelyn dan Selene melangkah memasuki gedung megah perusahaan. Penampilan keduanya, yang merupakan perwakilan dari keluarga Voss, segera menarik perhatian. Pegawai di sekitar gedung tak henti-hentinya mencuri pandang, membisikkan pujian tentang kecantikan mereka. Namun, Evelyn yang berparas anggun dan berkarisma tampak menjadi pusat kekaguman.

"Evelyn Voss, sungguh luar biasa," gumam seorang pegawai kepada rekannya.

Selene, yang berjalan di sisi Evelyn, melirik sekilas ke arah pegawai-pegawai itu, menyadari bahwa Evelyn kembali menjadi perhatian utama. Kekecewaan dan cemburu diam-diam menyusupi pikirannya, meskipun ia berusaha menyembunyikannya di balik wajah tanpa ekspresi.

Mereka memasuki elevator, ditemani seorang pegawai yang bertugas mengantarkan mereka ke ruangan pertemuan. Dalam perjalanan singkat itu, suasana terasa sunyi, tetapi ketegangan samar di antara Evelyn dan Selene mulai terasa.

Kurang dari tiga menit kemudian, mereka tiba di ruang tunggu eksklusif. Evelyn duduk di salah satu sisi ruangan, sementara Selene sengaja memilih kursi yang berjarak cukup jauh darinya.

Selene memecah kesunyian dengan nada sinis. "Seperti biasa, kau selalu menjadi pemenang, Evelyn."

Evelyn mengembuskan napas panjang, mencoba mengendalikan dirinya. Hubungan antara dia dan Selene semakin tegang dari hari ke hari, dan ia merasa lelah mencoba menjembatani jarak yang semakin lebar.

"Itu hanya pikiranmu, Selene," jawab Evelyn dengan tenang. "Aku datang ke sini untuk menjalankan tugas, bukan untuk bersaing dengan siapa pun. Sama seperti yang kau lakukan sekarang."

"Kau terdengar seperti sedang merendah agar bisa meroket," balas Selene sambil memutar bola mata. Ia memandang keluar jendela, seolah mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatian dari Evelyn. "Kau selalu menjadi pusat perhatian, Evelyn, bahkan saat tidak berusaha."

Evelyn menoleh dengan tatapan tajam. "Apa yang sebenarnya kau maksud, Selene?" tanyanya, rasa kesal mulai muncul.

"Tidak ada," sahut Selene singkat, berpura-pura acuh. Namun, jemarinya yang mengepal erat mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.

Tak lama, seorang pelayan datang membawa satu nampan berisi dua gelas teh. Setelah meletakkannya di meja, pelayan itu undur diri dengan sopan.

Selene mengambil gelas teh, menyeruputnya perlahan sebelum meletakkannya kembali. Tatapannya melirik Evelyn sekilas, lalu kembali berpaling ke arah jendela. Tapi sialnya, bayangan Evelyn yang terpantul di kaca tetap terlihat, mengganggunya.

Selene sebenarnya tidak setuju saat ditugaskan untuk mendatangi perusahaan ini bersama Evelyn. Hanya saja ia tidak bisa menolak, terlebih Declan yang memerintahkannya secara langsung. Berada di dekat Evelyn benar-benar membuatnya muak.

Keberadaan Evelyn di ruangan ini membuat Selene merasa kecil, ia tidak menyukai bagaimana Evelyn selalu mencuri perhatian. Ia mulai berpikir untuk membuat suasana hati Evelyn buruk, dengan harapan pertemuan ini tidak berjalan maksimal. Jika Evelyn gagal, maka Selene akan memiliki kesempatan untuk bersinar dan mendapat pujian yang selama ini dirindukannya. Selene mulai bertanya. "Bagaimana keadaan si sampah Xander saat ini? Apakah dia pernah menghubungimu lagi, Evelyn?"

Evelyn seketika menoleh, mengeratkan kepalan tangan di atas paha. Selene mampu membuat perasaan bersalah pada Xander kembali menyerang. Jujur saja, sampai saat ini Xander sama sekali tidak pernah menghubunginya.

Evelyn khawatir dengan keadaan Xander dan beberapa kali sengaja mengunjungi tempat yang biasa didatangi pria itu. Akan tetapi, ia tidak menemukan Xander di sana. Evelyn juga memiliki kebiasaan baru dengan berdiri di depan kamar yang pernah ditempati Xander. Saat itu terjadi, ibunya, Avery, akan menceramahi dan memarahinya.

Evelyn hanya ingin memastikan keadaan Xander secara langsung atau setidaknya tahu bahwa kondisi pria itu baik-baik saja. Tidak masalah jika Xander marah atau enggan bertemu dengannya. Setelah berpikir lebih dalam, tindakannya malam itu rasanya cukup keterlaluan.

"Xander sama sekali tidak menghubungiku," sahut Evelyn pada akhirnya.

Selene tersenyum saat melihat perubahan ekspresi wajah Evelyn. la sudah menduga cara ini akan berhasil. "Kau benar-benar sangat jahat karena berani bermain api di belakangnya, padahal kau masih berstatus sebagai istrinya. Kau tahu, itu cara murahan yang hanya bisa dilakukan wanita rendahan. Setidaknya jika kau tidak menginginkan lagi hidup bersamanya, bicaralah empat mata secara dewasa."

Evelyn menghadapkan tubuh ke arah Selene. "Apa yang kau katakan, Selene?"

"Aku memang tidak menyukai Xander dan menginginkannya pergi dari keluarga Voss sejak awal, tapi aku merasa sedikit kasihan padanya malam itu. Xander menderita karena pengkhianatanmu dan perpisahan yang begitu tiba-tiba. Aku bisa melihat hal itu dari matanya. Mungkin saja dia sangat membencimu saat ini. Kita tidak tahu apa yang bisa dia lakukan di masa yang akan datang."

Selene menyelipkan anak rambut ke telinga, tersenyum kecut saat melihat Evelyn terdiam. "Apa kau menyesal sudah berpisah dengan Xander? Kalian berdua terlihat cocok satu sama lain."

Evelyn memilih tidak menjawab. Melihat Selene yang tersenyum membuatnya yakin jika sepupunya itu sengaja membahas Xander agar perasaannya memburuk.

Evelyn dan Selene berdiri ketika seorang pegawai meminta mereka untuk memasuki ruangan. Keduanya mengenyampingan perselisihan yang terjadi dan memilih fokus pada urusan pekerjaan. Setengah jam kemudian, Evelyn dan Selene keluar dari ruangan bersama dua pegawai yang menyaksikan presentasi mereka.

"Anda berdua benar-benar luar biasa, Nona. Tidak salah jika keluarga Voss mengutus Anda berdua untuk menangani proyek kerjasama ini," ujar seorang pria, "terutama Anda, Nona Evelyn. Penjabaran Anda benar-benar membuatku yakin untuk melakukan kerjasama."

Mendengar pujian tersebut, Selene menatap sinis sesaat, kemudian kembali tersenyum. Pada akhirnya Evelyn tetaplah jadi pemenang meski rencananya untuk membuat suasana hatinya menjadi buruk sempat berhasil.

Evelyn dan Selene keluar dari gedung, kembali memasuki mobil. Kendaraan tak lama setelahnya memasuki jalan raya yang padatnya. Selama beberapa menit lamanya, kedua wanita itu saling diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Evelyn menatap layar ponselnya, lalu menjawab panggilan dari ibunya. "Halo, Bu. Ada apa?"

"Bagaimana pekerjaanmu, Evelyn?" suara Avery terdengar penuh semangat dari seberang telepon.

Evelyn tersenyum tipis, namun pikirannya terganggu oleh perasaan bersalah terhadap Xander. Meski ia ingin memastikan keadaannya, ia tidak tahu di mana pria itu berada.

"Semuanya berjalan dengan baik, Bu. Aku dan Selene akan kembali ke kediaman saat ini juga." balas Evelyn

"Aku punya kabar bagus, Evelyn. Tuan Mason sedang berada di Royaltown. Temuilah dia dan ceritakan keberhasilanmu. Dia pasti terkesan," ujar Avery.

"Tuan Mason?" Evelyn mengerutkan kening.

Selene yang duduk di sebelahnya memutar bola mata, kemudian menoleh ke sisi lain dengan ekspresi malas.

"Aku sudah memberitahu Tuan Mason mengenai kedatanganmu ke Royaltown. Kau bisa pulang bersamanya setelah bertemu. Itu akan jadi kemajuan yang pesat untuk kalian berdua. Bukankah kalian akan segera menikah pada satu bulan yang akan datang?"

"Baik, Bu. Aku akan menemuinya," jawab Evelyn dengan nada enggan. Ketika hendak menyimpan ponselnya, pesan dari Mason masuk:

"Aku menunggu di Kafe Tulip dekat taman kota. Aku harap kita bisa menghabiskan waktu bersama."

Evelyn menoleh ke Selene. "Selene, aku harus bertemu Mason di kafe."

Pergilah, aku tidak akan mengganggu pertemuan kalian. Aku akan berjalan-jalan mengelilingi kota sebentar dan pulang setelahnya." Selene berkata tanpa menoleh sedikit pun pada Evelyn.

Mobil akhirnya berbelok ke tempat yang disebutkan Evelyn. Kurang dari sepuluh menit, kendaraan sudah tiba di tempat tujuan. Tampak Mason tengah berdiri di samping pintu kafe dan tersenyum saat Evelyn dan Selene berjalan ke arahnya.

"Nona Evelyn, Nona Selene," ujar Mason dengan senyum lebar meski penampilannya masih agak kacau.

Semalaman, ia menghabiskan waktu di sebuah klub dengan menenggak beberapa botol minuman. Masalah yang dihadapinya belum juga selesai dan malah semakin membesar seiring berjalannya waktu. Keluarganya terus menekannya hampir setiap waktu.

"Tuan Mason, apa Anda baik-baik saja?" tanya Evelyn saat mengamati penampilan Mason, "kau sepertinya kurang beristirahat."

“Itu karena aku bekerja hingga larut malam untuk persiapan kerjasama baru keluargaku dengan Phoenix Vanguard,” ujar Mason berbohong.

“Phoenix Vanguard?” Evelyn dan Selene berkata hal yang sama.

"Nona Evelyn, aku akan mengajakmu ke gedung Phoenix Vanguard. Aku ingin kau menemaniku selama berada di sana. Apa kau bersedia?"

Selene berdecak dengan muka masam, lalu berkata, “Aku harus pergi, Tuan. Bersenang-senanglah bersama Evelyn."

"Kau sepupu yang sangat perhatian," balas Mason.

Selene bergegas menuju mobil dan tak lama setelahnya kendaraan melaju.

Evelyn dan Mason memasuki kafe, duduk di meja yang berada di sisi jendela.

“Apa aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu di sana, Tuan?" Evelyn bertanya dengan suara lembut. Ini akan jadi kesempatan bagus untuknya bila berkunjung ke Phoenix Vanguard. "Aku takut jika kehadiranku justru mengacaukan segala persiapanmu."

"Tentu saja tidak, Nona." Mason tersenyum, lalu melirik jam. la harus segera menyelesaikan permasalahan dengan sosok yang disinggungnya dari keluarga Ashcroft sebelum pulang kembali ke kediaman keluarganya.

Mason mengajak Evelyn karena ingin meninggikan kedudukannya sekaligus membuat wanita itu terkesan. Sejujurnya, ia harap-harap cemas ketika mengunjungi gedung Phoenix Vanguard. "Baiklah, saatnya kita berangkat, Nona."

Sementara itu, Xander tengah menahan kekesalan ketika melihat dan mendengar percakapan Evelyn dan Mason di kafe. Dia tidak habis pikir kenapa Mason sampai harus berbohong hanya agar Evelyn terkesan padanya.

"Bawa aku ke gedung Phoenix Vanguard secepat mungkin," ujar Xander dengan tangan terkepal. la segera menghubungi Sophia dan menutup panggilan dengan segera.

Terpopuler

Comments

Kusumawardani

Kusumawardani

authornya terpaku dgn kesetiaan yg salah tak peduli dgn hinaan caci-maki merendahkan menginjak harga diri seorang lelaki,biarlah author bersikap begitu,,,,,kita nikmati aja cerita diikan terbang versi novelnya author..😀😀😀

2025-03-19

0

Soitz Anakrantau

Soitz Anakrantau

MC bodoh atau athornya yg bodoh udah jelas jelas Xander dihianati evelyn.mlah ingin balikan lgi.dia udah kaya raya psti bnyak yg mau diluar sana yg lebih cantik dari Evelyn si pngianat

2025-02-19

0

OI

OI

mc nya kgk ada bagus2 nya dasar nya pecundang ttp pecundang mau kaya sama miskin juga ttp pecundang

2025-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Sampah Keluarga
2 Bab 2 Perceraian
3 Bab 3 Terkejut
4 Bab 4 Pertemuan
5 Bab 5 Pewaris yang dicari
6 Bab 6 Kembali bertemu
7 Bab 7 Tertipu
8 Bab 8 Menyinggung
9 Bab 9 Siapa dia?
10 Bab 10 Pertarungan
11 Bab 11 Menantang
12 Bab 12 Menang
13 Bab 13 Pekerjaan
14 Bab 14 Makam
15 Bab 15 Menghina
16 Bab 16 Pembohong
17 Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18 Bab 18 Gugup
19 Bab 19 Pekerjaan
20 Bab 20 Nekad
21 Bab 21 Gagal
22 Bab 22 Takjub
23 Bab 23 Tak percaya
24 Bab 24 Berbohong
25 Bab 25 Menemukan
26 Bab 26 Keluarga Hillborn
27 Bab 27 Misterius
28 Bab 28 Dendam
29 Bab 29 Makan malam
30 Bab 30 Tertegun
31 Bab 31 Tuduhan
32 Bab 32 Santai
33 Bab 33
34 Bab 34 Terbukti
35 Bab 35 50 Juta
36 Bab 36
37 Bab 37 Teguh
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40 Keberangkatan
41 Bab 41 Minta pertolongan
42 Bab 42
43 Bab 43 Miguel Castello
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Bab 1 Sampah Keluarga
2
Bab 2 Perceraian
3
Bab 3 Terkejut
4
Bab 4 Pertemuan
5
Bab 5 Pewaris yang dicari
6
Bab 6 Kembali bertemu
7
Bab 7 Tertipu
8
Bab 8 Menyinggung
9
Bab 9 Siapa dia?
10
Bab 10 Pertarungan
11
Bab 11 Menantang
12
Bab 12 Menang
13
Bab 13 Pekerjaan
14
Bab 14 Makam
15
Bab 15 Menghina
16
Bab 16 Pembohong
17
Bab 17 Pemilik Phoenix Vanguard
18
Bab 18 Gugup
19
Bab 19 Pekerjaan
20
Bab 20 Nekad
21
Bab 21 Gagal
22
Bab 22 Takjub
23
Bab 23 Tak percaya
24
Bab 24 Berbohong
25
Bab 25 Menemukan
26
Bab 26 Keluarga Hillborn
27
Bab 27 Misterius
28
Bab 28 Dendam
29
Bab 29 Makan malam
30
Bab 30 Tertegun
31
Bab 31 Tuduhan
32
Bab 32 Santai
33
Bab 33
34
Bab 34 Terbukti
35
Bab 35 50 Juta
36
Bab 36
37
Bab 37 Teguh
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40 Keberangkatan
41
Bab 41 Minta pertolongan
42
Bab 42
43
Bab 43 Miguel Castello
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!