Bab 7. Mencari Barang Bukti

Bab 7. Mencari Barang Bukti

Ketika jam istirahat Megan dipanggil ke ruang OSIS. Di sana ada beberapa anggota OSIS yang sudah siap untuk mengintrogasi gadis itu. Sebelumnya, salah seorang anggota OSIS yang satu kelas dengannya memberikan laporan mengenai Megan seharian ini.

"Aku dengar kalau kecelakaan yang terjadi kepada Lucan itu adalah ulah kamu yang menyuruh orang lain untuk mencelakainya," ucap Charlie dengan tegas.

Wajah Megan mendadak berubah pucat. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya akan ketahuan. Padahal selama ini tidak ada yang mencurigai dirinya atas semua yang terjadi kepada Lucan. Yang ada malah orang-orang itu akan mengucapkan simpati kepadanya.

"Kamu sudah salah tuduh orang," balas Megan membela diri.

"Tidak. Ada saksi yang mengatakan kalau kamu sudah membayar uang kepada orang yang sudah berhasil mencelakai Lucan," ucap Charlie.

Callista diam memperhatikan keduanya. Begitu juga dengan beberapa anggota OSIS lainnya. Mereka sebenarnya masih tidak percaya kalau gadis yang selalu dipandang baik itu ternyata mempunyai sifat buruk.

"Orang itu sudah berbohong. Pasti dia iri kepadaku, makanya dia memfitnah aku," ucap Megan.

"Tidak. Karena yang dia katakan itu adalah kebenaran," balas Charlie.

Terjadi perdebatan antara Megah dan Charlie. Gadis itu ngotot kalau bukan dia pelaku yang sudah mencelakai Lucan. Namun, sang ketua OSIS juga ngotot karena punya saksi.

Teeeeet! Teeeeet!

"Sebaiknya kita akhiri pertemuan ini. Akan kita buktikan kalau kamulah dalang dari kejadian itu," ucap Callista dan Charlie setuju.

Akhirnya Megan bisa keluar dari ruang OSIS begitu bunyi bel masuk. Dia pergi sambil marah-marah.

"Kita harus bisa mendapatkan orang yang sudah di suruh Megan. Dengan begitu dia tidak akan bisa menyangkalnya lagi," ujar Callista.

"Ya. Dan di sini kesaksian Lucan sangat diperlukan. Karena kemungkinan dia tahu siapa yang sudah menganiaya dirinya," balas Charlie dan anggota OSIS lainnya juga mendukung itu.

***

Charlie dan Callista mendatangi rumah sakit di mana Lucan di rawat setelah pulang sekolah. Kenapa mereka bertindak sendiri seperti ini? Hal ini karena dewan sekolah selalu menutupi masalah atau kasus pem-bully-an yang terjadi di Sekolah Alexandria. Ini demi menjaga nama baik para keluarga bangsawan. Jadi, hanya OSIS yang diberikan wewenang untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Sepertinya ini ruang dia di rawat," kata Callista, lalu mengetuk pintu itu.

Mereka masuk setelah seorang perawat membukakan pintu. Terlihat Lucan sedang berbaring dengan banyak luka memar dan kepalanya dibalut dengan perban.

"Bagaimana keadaan kamu sekarang ini?" tanya Charlie ketika berdiri di samping brankar.

"Kamu bisa lihat sendiri. Aku merasa suatu keajaiban masih bisa hidup," jawab Lucan dengan mulut yang terbuka sedikit.

Di kedua sudut bibir Lucan terlihat sobek, sehingga menyulitkan dia untuk berbicara dengan mulut terbuka lebar. Sebelah kakinya juga dipasang gip karena mengalami patah tulang.

"Aku ke sini mau tanya sama kamu. Apa kamu ingat siapa orang yang yang sudah membuat kamu seperti ini?" tanya Charlie.

"Wajah mereka tidak jelas karena memakai topeng dan topi," jawab Lucan.

"Apa ada satu khas yang bisa menjadi ciri orang itu?" Kali ini Callista yang bertanya.

Lucan terlihat sedang mengingat kejadian tadi pagi. Dia mendapatkan surat dari temannya yang meminta datang ke sekolah pagi-pagi sekali sebelum ada murid lainnya. Lalu, dia diserang ketika berada di lorong lantai dua sampai rasanya akan mati.

"Aku rasa orang yang sudah menyerang kamu itu adalah orang bayaran dan disuruh oleh orang lain. Kamu tahu sendiri siapa yang selalu membuat kamu menderita," ucap Callista dan itu membuat Lucan tidak percaya.

Lucan mengira kalau yang menyerang dirinya adalah orang yang benci kepadanya atau tidak suka kepadanya. Namun, setelah dia pikir-pikir, dirinya tidak pernah berbuat sesuatu yang bisa merugikan orang lain. Akan tetapi, mendengar kata orang bayaran atas perintah seseorang, dia menjadi semakin tidak suka kepada Megan, saudara tiri yang selalu menghinanya.

"Jadi, mereka berdua itu suruhan Megan?" Lucan terlihat sangat marah.

"Oh, jadi ada dua orang yang sudah menyiksa kamu!" Charlie tidak menyangka.

"Itu hanya dugaan kami. Karena tidak ada saksi dan bukti di sana. Makanya, kami butuh kesaksian kamu akan pelaku penyerang itu. Aku yakin jika orang yang menyiksa kamu tertangkap, maka Megan pun akan ikut terseret. Karena dia adalah dalang dari kejahatan yang melukai kamu," jelas Callista.

Lucan pun mencoba mengingat sesuatu dari pelaku penyerangan. Memang dia melihat sekilas orang itu.

"Salah seorang pelaku tangannya kidal karena dia memukul kepala aku dengan menggunakan tangan kiri. Dia juga mempunyai bekas luka di sikunya," ujar Lucan dan dengan sigap Callista mencatat pengakuan pemuda itu.

"Kalau seorang lagi, dia memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih besar dari aku. Dia memakai sepatu yang kotor seperti tidak pernah dibersihkan," lanjut Lucan.

"Oke. Kita akan cari orang dengan ciri-ciri yang kamu sebutkan," kata Charlie.

"Kita akan memberikan kamu keadilan dan mereka yang berbuat jahat harus menerima hukuman," lanjut Callista.

Setelah mendapatkan banyak informasi siapa si pelaku. Callista dan Charlie pun pergi dari rumah sakit.

Dalam perjalanan pulang Callista dan Charlie membahas kemungkinan dua orang yang menjadi pelaku. Mereka berencana menyebarkan informasi tadi ke semua anggota OSIS, agar mereka ikut mencari kedua pelaku itu.

***

Saat Callista akan pergi ke gazebo halaman belakang untuk belajar dan mengerjakan tugas, dia melewati paviliun dan melihat ada Zanetha yang berdiri memunggungi dirinya. Tanpa sengaja dia mendengarkan pembicaraan Zanetha dengan seseorang di telepon. Gadis itu tidak tahu kalau ada orang lain di sana dan memperhatikannya.

"Dia sedang bicara sama siapa?" batin Callista penasaran.

"Jadi, si anak haram itu tidak mati?" Zanetha memekik kepada orang yang diajaknya bicara.

Mendengar pembicaraan Zanetha tentang "Anak Haram", tentu saja Callista semakin penasaran. Dia pun mendekat secara diam-diam dan bersembunyi di dekat bufet. Percakapan Zanetha semakin jelas terdengar.

"Sebaiknya kamu jadi anak baik dulu. Jangan sampai membuat papamu marah. Aku tidak bisa membayangkan jika kecelakaan itu terbongkar," kata Zanetha memberi saran.

"Kamu sudah membayar mereka, kan?" tanya Zanetha setelah mendengarkan pembicaraan orang dari seberang sana.

"Kalau begitu kamu tidak boleh takut. Santai saja agar orang-orang tidak mencurigai kamu," kata putri pasangan Michael dan Hannah.

"Wow. Si dalang utama berbicara dengan Zanetha!" batin Callista. "Ini informasi penting. Rupanya dia juga terlibat."

Callista pun mencatat setiap ucapan Zanetha bersama orang yang ada di telepon. Dia berjanji akan membongkar kejahatan Zanetha dan Megan.

"Tunggu saja, kalian akan mendapatkan hukuman yang pantas," lanjut Callista di dalam hatinya. Dia pun segara pergi sebelum keberadaannya disadari oleh Zanetha.

Terpopuler

Comments

Suzana Diro

Suzana Diro

tahun 1970 ada telefon???

telefon yang ada di tempat tertentu saja

wah mewah betul sekolah nya

lanjutkan athor

2025-01-06

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

miris sekali yah tingkah si Zanetha, masih anak sekolah lho dia tapi otak kriminalnya uda berbahaya sekali

2025-01-02

1

Kartini Rotua Situmorang

Kartini Rotua Situmorang

setti5tahun 1970 an, udah ada tlp y?

2025-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Korban Bully
2 Bab 2. Hidup Kembali
3 Bab 3. Teror Untuk si Cantik
4 Bab 4. Mendonorkan Darah
5 Bab 5. Pembalasan
6 Bab 6. Kasus Anak Haram
7 Bab 7. Mencari Barang Bukti
8 Bab 8. Pembalasan Untuk Zanetha
9 Bab 9. Callista Mendapat Hukuman
10 Bab 10. Mulai Mencari Tahu
11 Bab 11. Senjata Makan Tuan
12 Bab 12. Zanetha Yang Malang
13 Bab 13. Kasus Pencurian di Sekolah
14 Bab 14. Mencari Pelaku Sebenarnya
15 Bab 15. Mencegah Bunuh Diri
16 Bab 16. Pesta Sekolah Alexandria
17 Bab 17. Berkunjung Ke Kediaman Kinsey
18 Bab 18. Mencari Keberadaan Callista (1)
19 Bab 19. Mencari Keberadaan Callista (2)
20 Bab 20. Penyakit Zanetha
21 Bab 21. Informasi Penting
22 Bab 22. Mendapatkan Informasi Penting
23 Bab 23. Hukuman Untuk Anak Bangsawan
24 Bab 24. Barang Callista Sewaktu Kecil
25 Bab 25.
26 Bab 26. Rahasia Michael Owen
27 Bab 27. Michael di Penjara
28 Bab 28.
29 Bab 29. Rahasia Yang Terungkap
30 Bab 30. Berita Yang Mengejutkan
31 Bab 31. Kembali Bersama Keluarga
32 Bab 32. Persiapan Pesta
33 Bab 33. Kebahagiaan Zanetha
34 Bab 34. Pesta Kedewasaan
35 Bab 35. Ungkapan Isi Hati
36 Bab 36. Kencan Pertama
37 Bab 37. Bertemu Zanetha Kembali
38 Bab 38. Rencana Zanetha
39 Bab 39
40 Bab 40. Terjadi Perseteruan
41 Bab 41. Memikirkan Rencana
42 Bab 42. Pesta Kedewasaan Vanessa
43 Bab 43. Rencana Busuk Zanetha
44 Bab 44. Karma
45 Bab 45. Dipanggil Ke Istana
46 Bab 46. Suasana Genting
47 Bab 47. Kehancuran Keluarga Lewis
48 Bab 48. Hukuman Keluarga Lewis
49 Bab 49. Kencan
50 Bab 50. Dokter Yang Hebat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1. Korban Bully
2
Bab 2. Hidup Kembali
3
Bab 3. Teror Untuk si Cantik
4
Bab 4. Mendonorkan Darah
5
Bab 5. Pembalasan
6
Bab 6. Kasus Anak Haram
7
Bab 7. Mencari Barang Bukti
8
Bab 8. Pembalasan Untuk Zanetha
9
Bab 9. Callista Mendapat Hukuman
10
Bab 10. Mulai Mencari Tahu
11
Bab 11. Senjata Makan Tuan
12
Bab 12. Zanetha Yang Malang
13
Bab 13. Kasus Pencurian di Sekolah
14
Bab 14. Mencari Pelaku Sebenarnya
15
Bab 15. Mencegah Bunuh Diri
16
Bab 16. Pesta Sekolah Alexandria
17
Bab 17. Berkunjung Ke Kediaman Kinsey
18
Bab 18. Mencari Keberadaan Callista (1)
19
Bab 19. Mencari Keberadaan Callista (2)
20
Bab 20. Penyakit Zanetha
21
Bab 21. Informasi Penting
22
Bab 22. Mendapatkan Informasi Penting
23
Bab 23. Hukuman Untuk Anak Bangsawan
24
Bab 24. Barang Callista Sewaktu Kecil
25
Bab 25.
26
Bab 26. Rahasia Michael Owen
27
Bab 27. Michael di Penjara
28
Bab 28.
29
Bab 29. Rahasia Yang Terungkap
30
Bab 30. Berita Yang Mengejutkan
31
Bab 31. Kembali Bersama Keluarga
32
Bab 32. Persiapan Pesta
33
Bab 33. Kebahagiaan Zanetha
34
Bab 34. Pesta Kedewasaan
35
Bab 35. Ungkapan Isi Hati
36
Bab 36. Kencan Pertama
37
Bab 37. Bertemu Zanetha Kembali
38
Bab 38. Rencana Zanetha
39
Bab 39
40
Bab 40. Terjadi Perseteruan
41
Bab 41. Memikirkan Rencana
42
Bab 42. Pesta Kedewasaan Vanessa
43
Bab 43. Rencana Busuk Zanetha
44
Bab 44. Karma
45
Bab 45. Dipanggil Ke Istana
46
Bab 46. Suasana Genting
47
Bab 47. Kehancuran Keluarga Lewis
48
Bab 48. Hukuman Keluarga Lewis
49
Bab 49. Kencan
50
Bab 50. Dokter Yang Hebat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!