Bab 4. Mendonorkan Darah

Bab 4. Mendonorkan Darah

Bangunan sekolah di sayap kiri kebanyakan ruang praktek beberapa mata pelajaran, ruang kesehatan, dan perpustakaan. Jarang sekali murid-murid datang ke sana, kecuali bagi yang rajin.

"Aku pergi ke perpustakaan," jawab Bertrand.

"Aku juga ke perpustakaan, tetapi tidak melihat keberadaan kamu," ujar seorang murid lainnya.

"Aku melihat kamu masuk ke ruang kesehatan sambil membawa sesuatu yang berwarna merah. Aku mengira kamu akan makan dengan seseorang di sana," kata murid perempuan memberikan kesaksian.

Wajah Bertrand menjadi pucat dan terlihat gugup. Dia tidak menyangka kalau akan ada orang yang memergoki dirinya ketika melakukan hal itu.

"Apakah dia membawa benda ini?" tanya Charlie kepada murid perempuan itu.

"Iya, mirip. Aku melihatnya dari kejauhan, tidak tahu persisi seperti apa bentuk aslinya," jawab si murid perempuan.

Callista yang tahu siapa pelaku yang sebenarnya, memutuskan untuk menginterogasi Bertrand agar mengaku siapa yang sudah menyuruh dia. Namun, pemuda itu tidak mau mengaku.

"Aku melakukan semua kejahatan itu kepadanya karena urusan pribadi. Aku merasa sakit hati, setelah dia menolak cintaku," kata Bertrand dengan penuh keyakinan.

Pihak guru dan anggota OSIS, memutuskan untuk mengeluarkan Bertrand dari Sekolah Alexandria. Tentu saja banyak murid yang lain meminta keadilan untuknya. Karena sudah di-bully orang beberapa murid.

Setelah adanya kejadian ini, pihak sekolah membuat peraturan baru dan hukuman bagi si pelaku. Tentu saja ada yang pro dan kontra dengan kebijakan baru itu.

***

Beberapa hari berlalu, Callista selalu berusaha untuk menjauh dari Zanetha dan teman-temannya. Dia sedang disibukkan dengan OSIS karena mendapatkan pengaduan dari beberapa murid yang di-bully.

Callista mendapatkan surat dari seseorang yang bernama Vega. Dia mengaku murid kelas 1 dan ingin meminta tolong kepadanya. 

"Vega!" panggil Callista.

Callista di minta untuk datang ke halaman belakang sekolah. Namun, di sana tidak ada siapa-siapa di sana.

"Apa Vega belum datang ke sini, ya?" Callista bermonolog.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang memukul kepala Callista dari arah belakang. Gadis itu pun jatuh tidak sadarkan diri.

***

Callista merasakan kepalanya sakit sekali. Dia membuka mata dan mendapati dirinya sedang berada di ruang kesehatan sekolah. Tidak ada siapa-siapa di sana, bahkan perawat yang selalu menjaga setiap waktu tidak ada.

"Aduh, sakit!"

"Siapa yang sudah membawa aku ke sini, ya?"

Callista mencoba bangun, tetapi pandangannya terasa berkunang-kunang. Jadi, dia memutuskan untuk kembali berbaring.

Terdengar bunyi pintu dibuka dan terlihat ada Charlie masuk sambil membawa nampan berisi teko dan gelas. Pemuda itu tersenyum tipis ketika melihat Callista sudah bangun.

"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Charlie sambil meletakan nampan itu di meja kecil di samping brankar.

"Kepala aku pusing dan bagian belakang kepala sakit," jawab Callista lirih.

"Minum obat ini dulu. Ini bisa menghilangkan rasa sakit," kata laki-laki berseragam sekolah.

Callista pun meminum obatnya setelah di bantu duduk bersandar. Rasa pahit dan bau langsung dirasakan olehnya ketika memasukan obat ke mulutnya.

"Apa kamu yang sudah membawa aku ke sini?" tanya Callista kepada Charlie.

"Iya. Tadi, aku tidak sengaja menemukan kamu sedang terbaring tidak sadarkan diri di belakang gedung sekolah," jawab Charlie.

"Apa tidak ada siapa-siapa ketika kamu datang ke sana?" tanya gadis itu lagi.

"Tidak ada siapa-siapa," jawab Charlie.

***

Sepulang sekolah, Callista berniat kembali ke halaman belakang sekolah. Dia ke sana untuk mencari petunjuk tentang si pelaku yang sudah menyerangnya secara tiba-tiba. Namun, panggilan seorang guru kepadanya membuat dia urung melakukan hal itu.

"Callista, kamu ditunggu oleh supir jemputan," kata laki-laki paruh baya yang memiliki kening lebar.

Ternyata benar saja, supir keluarga Owen sedang menunggu dirinya di depan pintu masuk bangunan sekolah. Sudah beberapa bulan ini dia jarang pulang dengan mobil jemputan. Alasannya karena Callista terlalu lama di kelas dan Zanetha sudah ingin pulang. Jadinya, gadis itu pulang naik trem.

Dalam perjalanan Callista tidak banyak bicara. Dia tersadar kalau jalan yang mereka lalui bukan menunju arah kediaman keluarga Owen.

"Clif, kita mau ke mana?" tanya Callista.

"Ke rumah sakit, Nona," jawab sang supir.

Tentu saja ini membuat Callista menjadi heran. Dia menduga kalau keluarga Owen mengirimkan supir karena mengetahui dirinya yang sedang terluka.

"Apa mereka benar-benar menghawatirkan diriku yang sedang terluka ini? Siapa yang sudah memberi tahu mereka kalau aku di serang ketika di sekolah?" Callista bertanya-tanya di dalam hati.

"Apa Zanetha? Sepertinya mustahil. Karena dia sangat menginginkan aku celaka dan terluka," batin Callista.

Begitu mobil sampai ke bangunan besar dengan tanda palang merah yang menjadi simbol ciri khasnya, Callista di suruh mendatangi ruang yang tertulis di secarik kertas. Begitu dia turun, supir itu langsung pergi meninggalkan dirinya. Tentu saja ini semakin membuat dia terheran-heran.

Callista pun mencari ruangan yang tertulis di kertas itu. Dia sudah bertanya kepada penjaga rumah sakit dan tempatnya berada di lantai tiga.

"Kenapa Zanetha bisa mengalami kecelakaan lagi?" tanya Michael Owen dengan nada gusar.

"Dia terjatuh dari kuda dan terseret beberapa meter yang mengakibatkan kepala dan punggungnya terluka parah," jawab Hannah dengan terisak.

"Bukannya kamu tahu sendiri golongan darah Zanetha itu langka yang punya," ujar laki-laki berparas tampan dan memiliki tubuh yang gagah.

"Bukannya Callista juga memiliki darah yang sama dengan Zanetha. Suruh dia mendonorkan lagi darahnya!" titah Hannah.

Callista yang sudah sampai mendengar pembicaraan itu cukup terkejut. Dia memilih berdiri di balik pintu untuk mendengarkan pembicaraan pasangan suami-istri Owen.

Beberapa bulan yang lalu, dia juga memberikan donor darah untuk Zanetha, ketika gadis itu terkena penyakit dan membutuhkan transfusi darah. Mau tidak mau, Callista mendonorkan darahnya demi kesembuhan sang adik.

"Lalu, sekarang Callista mana?" tanya laki-laki yang berpakaian rapi dan berharga mahal.

"Clif sedang menjemputnya di sekolah," jawab wanita paruh baya yang berpenampilan elegan.

Callista yang sudah tahu kebusukan Zanetha dan keluarganya, tidak mau dibodohi lagi oleh mereka. Maka, dia pun beranjak pergi dari sana secara diam-diam.

"Callista, mau ke mana kamu?" Terdengar suara Michael Owen yang membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

Tahu apa yang akan terjadi kepadanya, Callista berusaha mencari cara agar bisa terlepas dari jerat keluarga Owen. Apalagi sekarang darahnya sedang dibutuhkan oleh Zanetha, orang yang menjadi dalang perundungan terhadap dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Callista bertanya di dalam hatinya.

"Callista," panggil laki-laki yang dahulu begitu dihormati dan dibanggakan oleh gadis itu.

"Eh, aku mau mencari jam tangan. Sepertinya hilang entah di mana, Pa," balas Callista sambil menunjukkan pergelangan tangan yang polos tidak ada benda yang biasanya melingkar di sana.

"Itu nanti Papa belikan yang baru. Sekarang ada yang yang lebih penting yang harus kamu lakukan!" titah Michael Owen menggandeng tangan anaknya menuju ke sebuah ruangan tempat transfusi darah.

Callista kali ini tidak bisa lolos. Meski merasa tidak rela dia memberikan darahnya kepada sang adik.

Terpopuler

Comments

Sukhana Ana lestari

Sukhana Ana lestari

Ternyata Callista tinggal orang² munafik...

2024-12-19

1

Sukhana Ana lestari

Sukhana Ana lestari

Jgn² Vega cuma nama samaran nih.. kayaknya Zanetha deh..

2024-12-19

1

sryharty

sryharty

bagus banget ini cerita nya

2024-12-19

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Korban Bully
2 Bab 2. Hidup Kembali
3 Bab 3. Teror Untuk si Cantik
4 Bab 4. Mendonorkan Darah
5 Bab 5. Pembalasan
6 Bab 6. Kasus Anak Haram
7 Bab 7. Mencari Barang Bukti
8 Bab 8. Pembalasan Untuk Zanetha
9 Bab 9. Callista Mendapat Hukuman
10 Bab 10. Mulai Mencari Tahu
11 Bab 11. Senjata Makan Tuan
12 Bab 12. Zanetha Yang Malang
13 Bab 13. Kasus Pencurian di Sekolah
14 Bab 14. Mencari Pelaku Sebenarnya
15 Bab 15. Mencegah Bunuh Diri
16 Bab 16. Pesta Sekolah Alexandria
17 Bab 17. Berkunjung Ke Kediaman Kinsey
18 Bab 18. Mencari Keberadaan Callista (1)
19 Bab 19. Mencari Keberadaan Callista (2)
20 Bab 20. Penyakit Zanetha
21 Bab 21. Informasi Penting
22 Bab 22. Mendapatkan Informasi Penting
23 Bab 23. Hukuman Untuk Anak Bangsawan
24 Bab 24. Barang Callista Sewaktu Kecil
25 Bab 25.
26 Bab 26. Rahasia Michael Owen
27 Bab 27. Michael di Penjara
28 Bab 28.
29 Bab 29. Rahasia Yang Terungkap
30 Bab 30. Berita Yang Mengejutkan
31 Bab 31. Kembali Bersama Keluarga
32 Bab 32. Persiapan Pesta
33 Bab 33. Kebahagiaan Zanetha
34 Bab 34. Pesta Kedewasaan
35 Bab 35. Ungkapan Isi Hati
36 Bab 36. Kencan Pertama
37 Bab 37. Bertemu Zanetha Kembali
38 Bab 38. Rencana Zanetha
39 Bab 39
40 Bab 40. Terjadi Perseteruan
41 Bab 41. Memikirkan Rencana
42 Bab 42. Pesta Kedewasaan Vanessa
43 Bab 43. Rencana Busuk Zanetha
44 Bab 44. Karma
45 Bab 45. Dipanggil Ke Istana
46 Bab 46. Suasana Genting
47 Bab 47. Kehancuran Keluarga Lewis
48 Bab 48. Hukuman Keluarga Lewis
49 Bab 49. Kencan
50 Bab 50. Dokter Yang Hebat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1. Korban Bully
2
Bab 2. Hidup Kembali
3
Bab 3. Teror Untuk si Cantik
4
Bab 4. Mendonorkan Darah
5
Bab 5. Pembalasan
6
Bab 6. Kasus Anak Haram
7
Bab 7. Mencari Barang Bukti
8
Bab 8. Pembalasan Untuk Zanetha
9
Bab 9. Callista Mendapat Hukuman
10
Bab 10. Mulai Mencari Tahu
11
Bab 11. Senjata Makan Tuan
12
Bab 12. Zanetha Yang Malang
13
Bab 13. Kasus Pencurian di Sekolah
14
Bab 14. Mencari Pelaku Sebenarnya
15
Bab 15. Mencegah Bunuh Diri
16
Bab 16. Pesta Sekolah Alexandria
17
Bab 17. Berkunjung Ke Kediaman Kinsey
18
Bab 18. Mencari Keberadaan Callista (1)
19
Bab 19. Mencari Keberadaan Callista (2)
20
Bab 20. Penyakit Zanetha
21
Bab 21. Informasi Penting
22
Bab 22. Mendapatkan Informasi Penting
23
Bab 23. Hukuman Untuk Anak Bangsawan
24
Bab 24. Barang Callista Sewaktu Kecil
25
Bab 25.
26
Bab 26. Rahasia Michael Owen
27
Bab 27. Michael di Penjara
28
Bab 28.
29
Bab 29. Rahasia Yang Terungkap
30
Bab 30. Berita Yang Mengejutkan
31
Bab 31. Kembali Bersama Keluarga
32
Bab 32. Persiapan Pesta
33
Bab 33. Kebahagiaan Zanetha
34
Bab 34. Pesta Kedewasaan
35
Bab 35. Ungkapan Isi Hati
36
Bab 36. Kencan Pertama
37
Bab 37. Bertemu Zanetha Kembali
38
Bab 38. Rencana Zanetha
39
Bab 39
40
Bab 40. Terjadi Perseteruan
41
Bab 41. Memikirkan Rencana
42
Bab 42. Pesta Kedewasaan Vanessa
43
Bab 43. Rencana Busuk Zanetha
44
Bab 44. Karma
45
Bab 45. Dipanggil Ke Istana
46
Bab 46. Suasana Genting
47
Bab 47. Kehancuran Keluarga Lewis
48
Bab 48. Hukuman Keluarga Lewis
49
Bab 49. Kencan
50
Bab 50. Dokter Yang Hebat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!