Menurunkan Berat Badan

Cahaya matahari pagi perlahan menyelinap masuk ke sela-sela jendela kamar. Jarum jam menunjukkan pukul lima tepat ketika Netha terbangun. Untuk pertama kalinya dalam hidup barunya ini, ia bangun lebih pagi dengan tekad bulat.

Tak ingin berlama-lama di tempat tidur, ia segera bangkit, mencuci muka, dan menggosok gigi di kamar mandi. Wajahnya yang segar terlihat lebih bercahaya, meskipun tubuhnya masih berat dengan lemak berlebih.

“Mulai hari ini, aku harus berubah,” ucap Netha pada dirinya sendiri di depan cermin.

“Nggak ada lagi malas-malasan. Ini waktunya hidup sehat. Semangat sehat.”

Ia mengambil pakaian olahraga berupa training abu-abu yang ia temukan di lemari semalam. Meskipun agak ketat di beberapa bagian, Netha tidak peduli.

Setelah memasang tali sepatu olahraga dengan rapi, ia keluar dari kamar dengan langkah percaya diri.

Udara pagi menyambutnya saat ia membuka pintu depan. Segar dan menenangkan. Langit masih redup dengan semburat oranye, menandakan matahari baru akan terbit.

Tanpa ragu, Netha mulai berlari kecil menyusuri jalanan komplek yang begitu rapi dan tenang.

Komplek ini adalah perumahan kelas atas yang dihuni oleh orang-orang kaya. Rumah-rumah besar dengan halaman luas berjajar rapi di sepanjang jalan.

Pohon-pohon rindang tumbuh di tepi trotoar, memberikan suasana yang asri. Beruntungnya, penghuni komplek ini adalah tipe orang yang sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka jarang sekali ikut campur dalam kehidupan tetangga.

“Ah, senangnya tinggal di sini. Bisa olahraga pagi tanpa harus diganggu atau dinilai macam-macam,” gumam Netha sambil tersenyum.

Meskipun begitu, seluruh komplek ini tahu siapa dirinya. Sulit untuk tidak mengenal Netha, satu-satunya wanita bertubuh gemuk di sini yang memiliki suami tampan, Sean Jack Harison, seorang komandan militer yang disegani, dan dua anak kembar yang sama tampannya. Kadang, pandangan orang tertuju padanya, tetapi Netha mengabaikannya.

Sesekali, tetangga yang lewat menyapa Netha, dan ia pun membalas sapaan itu dengan ramah. Beberapa kali juga ia yang memulai menyapa lebih dulu. Tidak ada yang menatapnya aneh atau menyindir tubuhnya, mungkin karena ia adalah istri Sean, seseorang yang tak banyak orang berani ganggu urusannya.

Setelah beberapa putaran mengelilingi komplek, Netha sampai di taman utama. Taman itu begitu indah dan luas. Ada taman bunga yang tertata rapi, area jogging track, lapangan basket, lapangan voli, dan juga arena bermain anak-anak. Fasilitas di taman ini teramat baik, layaknya taman di komplek mewah yang dirawat dengan profesional.

Di sudut taman, terlihat banyak orang yang sedang beraktivitas. Ada yang jogging, ada juga yang berjalan santai, dari anak muda hingga orang tua. Bahkan beberapa pedagang kaki lima berjejer rapi di sekitar taman, menjual berbagai makanan ringan dan minuman.

“Wah, nyaman sekali ya di sini,” ujar Netha sambil mengatur napasnya. Setelah berlari selama dua jam, tubuhnya mulai terasa sedikit lelah, tetapi hatinya terasa lebih ringan.

Ia duduk di salah satu kursi taman yang kosong dan mengeluarkan botol air mineral yang baru saja ia beli dari pedagang. Sambil meneguk air, Netha menatap taman dengan senyum kecil.

“Damai sekali…” bisiknya. Ia mendongakkan kepala, menatap langit yang mulai terang. Di kehidupan sebelumnya, Netha tidak pernah merasakan ketenangan seperti ini.

Hidupnya hanya berkisar antara kantor dan rumah, bekerja tanpa henti. Pemandangan indah seperti ini hanya ia lihat dari layar komputer atau ponsel.

“Sekarang aku punya kesempatan untuk menikmati hidup. Mungkin ini adalah hadiah kedua untukku,” lanjutnya dalam hati sambil tersenyum puas.

Pandangan Netha teralih ke sebuah kerumunan kecil. Beberapa orang sedang mengantre di depan gerobak bubur ayam yang terlihat ramai. Perutnya tiba-tiba berbunyi pelan, membuatnya tertawa kecil.

“Hmm… beli bubur enak juga nih,” gumamnya. Dengan langkah ringan, ia menghampiri penjual bubur dan ikut antre. Setelah beberapa menit, tibalah gilirannya.

“Bungkus tiga ya, Bang. Satu porsinya kecil saja, dua lagi sedang,” ujar Netha sambil tersenyum.

Penjual bubur itu mengangguk sambil melayani pesanannya. Setelah menerima bungkusan bubur ayam, Netha berjalan pulang dengan langkah santai, senyum masih mengembang di wajahnya.

Sementara itu, di rumah, El dan Al baru saja bangun. Keduanya keluar dari kamar dengan piyama yang masih kusut. Mereka menuju kamar mandi, mencuci muka, dan menggosok gigi seperti kebiasaan pagi mereka.

Saat keluar dari kamar mandi, keduanya terdiam di koridor rumah. Mereka saling berpandangan, keheranan dengan pemandangan di sekitar mereka.

Rumah yang biasanya berantakan kini terlihat begitu bersih. Lantai berkilau, meja rapi, dan tak ada satu pun sampah berserakan.

“El, lihat deh. Rumah ini jadi… bersih,” ujar Al dengan suara pelan namun penuh rasa tak percaya.

El hanya mengangguk kecil, menatap sekeliling dengan mata waspada. “Iya. Tapi… mana wanita itu?” tanyanya dengan nada datar.

Keduanya berjalan ke kamar Netha, mengetuk pintu perlahan.

Tok!! Tok!! Tok!!

Namun, tidak ada jawaban dari dalam.

“El. Kau buka pintunya. Jangan-jangan dia sakit atau kenapa-kenapa.”

El menganggukkan kepalanya dan membuka pintu itu. Ketika pintu kamar dibuka, ruangan itu kosong.

“Kemana dia ya.?” ucap mereka sambil sama-sama menggaruk kedua kepalanya.

Mereka berjalan ke dapur, tetapi Netha tidak ada di sana juga.

“Jangan-jangan… Apakah dia pergi?” gumam Al sambil menatap kakaknya.

El menatapnya dengan tajam. “Maksudmu dia meninggalkan kita?”

Al mengangguk kecil. “Iya. Papa sama dia kan sepakat berpisah. Kalau sekarang Mama pergi, terus kita ditinggal berdua disini bagaimana, El? Apa yang harus kita lakukan?”

Wajah mereka langsung murung. El dan Al berjalan pelan menuju teras rumah dan duduk di tangga depan dengan pikiran masing-masing. Mereka mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

“Kalau Mama pergi… kita pasti ikut Papa, kan?” tanya Al pelan.

El diam sejenak, lalu mengangguk. “Iya. Papa nggak mungkin ninggalin kita.”

Namun, tetap saja, perasaan mereka bercampur aduk. Mereka masih anak-anak yang berharap keluarganya bisa utuh.

“Ku harap Mama menyukai ku, dan tak meninggalkan kita berdua...” Harap Al dalam hati.

“Ku harap, Mama tidak jadi meninggalkan kita. Meskipun dia sering marah, namun aku menyayanginya.” ucap El dalam hati.

Mereka duduk di teras rumah, keduanya hanya menatap kosong ke halaman depan yang masih sepi.

Beberapa menit berlalu, seorang tetangga yang baru selesai berlari pagi dan berbelanja sayuran melihat mereka berdua duduk dengan wajah cemberut.

Tetangga itu adalah seorang wanita paruh baya yang tinggal beberapa rumah dari mereka.

“Hai, El, Al! Kenapa kalian di luar pagi-pagi begini? Dingin, lho, masuk sana.” sapanya ramah sambil mendekat.

El dan Al menoleh, sedikit terkejut dengan kedatangan tetangga yang menyapa nya.

“Tante… Mama nggak ada di rumah,” jawab Al pelan.

“Apakah kalian tak tahu kemana kalian berada? Apakah mama mu tak berpamitan pada kalian sebelum keluar?” tanya wanita itu lagi dengan penasaran.

“Kami nggak tahu, Tante. Kami pikir… Mama akan pergi ninggalin kami,” sahut El dengan suara datarnya.

Tetangga itu tertawa kecil, menggelengkan kepala. “Eh, kenapa kalian berkata begitu. Kalian ini bicara apa sih? Tadi Tante lihat Mamamu lagi olahraga di taman. Kelihatannya dia sudah selesai dan pulang, kok. Jangan khawatir, ya. Sebentar lagi, mama kalian pasti datang.”

Kedua anak itu langsung menatap satu sama lain, lega.

“Oh, gitu ya? Makasih, Tante,” ucap Al sambil tersenyum kecil.

“Sama-sama. Sekarang kalian masuk ke dalam, jangan duduk di luar lama-lama. Nanti masuk angin,” nasihat wanita itu sebelum berlalu pergi.

El dan Al mengangguk kecil, lalu bangkit berdiri. Mereka masuk kembali ke dalam rumah dan duduk di sofa sambil menunggu Netha pulang. Pikiran mereka sedikit lebih tenang setelah mendengar penjelasan dari tetangga.

 “Ah, setidaknya aku tau Mama gak akan pergi dari ku,” ucap El dan Al dalam hati yang terlihat senang.

Tak lama kemudian, pintu depan terbuka. Netha masuk dengan nafas sedikit terengah setelah perjalanan pulang dari taman. Di tangannya ada kantong plastik berisi tiga bungkus bubur ayam.

“Eh, kalian sudah bangun?” sapa Netha sambil tersenyum kecil.

El dan Al menoleh ke arahnya. Mata mereka berbinar kecil, lega melihat wanita itu kembali. Namun, mereka tidak langsung menjawab.

“Ini, aku beli bubur ayam buat sarapan untuk kita bertiga. Ayo makan bersama,” lanjut Netha sambil berjalan ke dapur untuk menyiapkan mangkuk.

El dan Al hanya saling berpandangan, lalu mengikutinya ke meja makan. Dalam hati, mereka merasa sedikit lebih nyaman dengan kehadiran Netha yang, entah bagaimana, terlihat berbeda dari biasanya.

“Mama berubah, dan aku senang,” ucap El dan Al dalam hati.

Terpopuler

Comments

Siti solikah

Siti solikah

kasihan Al dan El , tidak pernah di perhatikan oleh netha

2025-03-29

0

mumu

mumu

masih penasaran kena0a netha yg dulu

2025-03-22

0

Patrish

Patrish

"wanita itu" mamanya beneran ?

2025-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 Pindah Raga? Reinkarnasi!
2 Masa Lalu dan Masa Kini
3 Proyek Besar Netha
4 Menurunkan Berat Badan
5 Perhatian Netha Untuk si Kembar
6 Supermarket
7 Mulai Merasa Nyaman
8 Bercerita
9 Olahraga Bersama
10 Hari Yang Panjang
11 Renungan Malam
12 Perubahan Besar
13 Penyelamatan Sandera di Perbatasan
14 Suasana Hangat
15 Keseruan Bermain
16 Adegan Tak Terduga
17 Sean Pulang
18 Kebahagiaan Di Mini Zoo
19 Kejutan
20 Berkumpul Berlima
21 Bimbang
22 Sean Mulai Aneh
23 Suasana Yang Berbeda
24 Berjalan Di Kamp Militer
25 Me Time
26 Merasa Bersalah
27 Terlalu Banyak Fikiran
28 Banyak Pikiran
29 Menuju Kamp Militer
30 Amarah Anetha
31 Pantai
32 Manis
33 Pagi Yang Menjengkelkan
34 Pulang
35 Diskusi Si Kembar
36 Berdiskusi Dengan Sean
37 Sean Ikut Merajuk
38 Sean Nyaman Bersama Netha
39 Maling
40 Kegiatan Bersama
41 Proyek Membuat Kue
42 Rebutan Kue
43 Perjalanan Mansion Harison
44 Kehangatan Keluarga Harison
45 Foto Terlucu
46 Effort Sean
47 Masak Bersama
48 Senangnya Kedua Orang Tua Sean
49 Kehebohan
50 Hari Yang Dinanti
51 Kenangan Indah
52 Ungkapan Cinta Sean
53 Bermain Di Taman Mansion
54 Pesta Teh
55 Pengakuan Yang Mengejutkan
56 Memilah Foto
57 Netha Yang Luar Biasa
58 Malam Panas
59 Serangga nya Ketemu
60 Kembali Pulang
61 Penjaga Gawang
62 Chef Cilik
63 Kejutan Untuk Netha
64 Gosip-Gosip
65 Macan Tutul
66 Sean Bersiap Pergi Tugas
67 Cek Dekorasi Restoran dan Toko Kue
68 Jatuh Cinta Lagi
69 Kegiatan Netha dan Si Kembar
70 Harmony Haven & Sweet Echoes
71 Penutupan Acara
72 Pindah Kediaman
73 Kue Perkenalan
74 Menyapa Tetangga dan Rekan
75 Bertemu Ibu-Ibu Komplek Julit
76 Rencana Sekolah
77 Perang Mulut Dengan Mlijo
78 Menunjukkan Pesona Netha
79 Bercanda nya Suami Istri
80 Mengatur Hidup Netha
81 Sekolah Si Kembar
82 Berpartisipasi Kegiatan Persit
83 Berita Baik
84 Gejolak Emosi
85 Kegembiraan Sesaat
86 Menemukan Jati Diri
87 Dilema
88 Mencoba Berubah
89 Masih Berusaha
90 Sudah Kembali
91 Perjalanan yang Belum Selesai
92 Momen Berharga
93 End
94 Pesan Untuk Pembaca Setia
95 Reinkarnasi Duchess Pemberani
96 Promo
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Pindah Raga? Reinkarnasi!
2
Masa Lalu dan Masa Kini
3
Proyek Besar Netha
4
Menurunkan Berat Badan
5
Perhatian Netha Untuk si Kembar
6
Supermarket
7
Mulai Merasa Nyaman
8
Bercerita
9
Olahraga Bersama
10
Hari Yang Panjang
11
Renungan Malam
12
Perubahan Besar
13
Penyelamatan Sandera di Perbatasan
14
Suasana Hangat
15
Keseruan Bermain
16
Adegan Tak Terduga
17
Sean Pulang
18
Kebahagiaan Di Mini Zoo
19
Kejutan
20
Berkumpul Berlima
21
Bimbang
22
Sean Mulai Aneh
23
Suasana Yang Berbeda
24
Berjalan Di Kamp Militer
25
Me Time
26
Merasa Bersalah
27
Terlalu Banyak Fikiran
28
Banyak Pikiran
29
Menuju Kamp Militer
30
Amarah Anetha
31
Pantai
32
Manis
33
Pagi Yang Menjengkelkan
34
Pulang
35
Diskusi Si Kembar
36
Berdiskusi Dengan Sean
37
Sean Ikut Merajuk
38
Sean Nyaman Bersama Netha
39
Maling
40
Kegiatan Bersama
41
Proyek Membuat Kue
42
Rebutan Kue
43
Perjalanan Mansion Harison
44
Kehangatan Keluarga Harison
45
Foto Terlucu
46
Effort Sean
47
Masak Bersama
48
Senangnya Kedua Orang Tua Sean
49
Kehebohan
50
Hari Yang Dinanti
51
Kenangan Indah
52
Ungkapan Cinta Sean
53
Bermain Di Taman Mansion
54
Pesta Teh
55
Pengakuan Yang Mengejutkan
56
Memilah Foto
57
Netha Yang Luar Biasa
58
Malam Panas
59
Serangga nya Ketemu
60
Kembali Pulang
61
Penjaga Gawang
62
Chef Cilik
63
Kejutan Untuk Netha
64
Gosip-Gosip
65
Macan Tutul
66
Sean Bersiap Pergi Tugas
67
Cek Dekorasi Restoran dan Toko Kue
68
Jatuh Cinta Lagi
69
Kegiatan Netha dan Si Kembar
70
Harmony Haven & Sweet Echoes
71
Penutupan Acara
72
Pindah Kediaman
73
Kue Perkenalan
74
Menyapa Tetangga dan Rekan
75
Bertemu Ibu-Ibu Komplek Julit
76
Rencana Sekolah
77
Perang Mulut Dengan Mlijo
78
Menunjukkan Pesona Netha
79
Bercanda nya Suami Istri
80
Mengatur Hidup Netha
81
Sekolah Si Kembar
82
Berpartisipasi Kegiatan Persit
83
Berita Baik
84
Gejolak Emosi
85
Kegembiraan Sesaat
86
Menemukan Jati Diri
87
Dilema
88
Mencoba Berubah
89
Masih Berusaha
90
Sudah Kembali
91
Perjalanan yang Belum Selesai
92
Momen Berharga
93
End
94
Pesan Untuk Pembaca Setia
95
Reinkarnasi Duchess Pemberani
96
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!