Masa Lalu dan Masa Kini

Netha duduk di atas sofa empuk ruang tamu, memainkan ujung kaos putihnya sambil menghela napas. “Aish, laki-laki ini.. Membuatku jengkel saja.”

Jantungnya sedikit berdegup lebih cepat ketika Sean Jack Harison, pria tinggi dengan seragam militer yang rapi, berada di hadapannya sedang menatapnya.

“Ada apa? Bukankah kamu ingin berbicara denganku? Cepat katakan.” ucap Netha mencoba untuk baik-baik saja.

Tatapan pria itu begitu dingin, seolah mampu menusuk siapa pun yang berani menantangnya.

“Astaga, biasa saja lihatnya. Ku colok juga kedua matamu itu..” ucap Netha dalam hati.

"Sudah selesai makan?" tanya Sean datar, tanpa melihat ke arahnya.

Netha hanya mengangguk kecil. “Sudah,” jawabnya pendek.

Sean duduk di sofa berhadapan dengannya, menaruh map cokelat di atas meja. Tangannya perlahan membuka map tersebut dan mengeluarkan selembar kertas yang berisi banyak tulisan dan tanda tangan notaris di bawahnya. Netha melirik sekilas.

“Ini surat cerai,” ucap Sean tanpa basa-basi. Suaranya begitu tenang, seperti sedang membaca laporan rutin.

Netha menatapnya dengan mata sedikit melebar, namun ia cepat menguasai diri. “Cerai?” gumamnya pelan, memastikan dirinya tak salah dengar.

Netha menelan ludah, berusaha menyusun kalimat. Namun dalam hati, ia bersorak kegirangan. “Apa? Cerai? Ya ampun, ini jackpot! Padahal tadi aku hanya berbicara ingin pergi dari sini. Bukankah ini keberuntungan yang hakiki?”

Sean melanjutkan dengan nada tegas. “Aku tidak akan mempersulitmu. Semua sudah dipersiapkan. Aku hanya meminta hak asuh untuk El dan Al. Dan sebagai gantinya, kau akan mendapatkan uang sebesar lima miliar dan rumah ini akan jadi milikmu. Jika setuju, tanda tangani.”

Netha menatap kertas itu, matanya berbinar-binar. “Lima miliar?” bisiknya dalam hati. “Rumah ini juga? Gila, ini rezeki nomplok! Kenapa aku tak setuju, tentu saja. Manusia mana yang menolak rezeki ini dengan percuma. Tak sia-sia pergi melintasi waktu, dapat uang dan rumah sekaligus.”

Dalam benaknya, skenario bahagia mulai terputar. “Dengan uang ini Aku bisa hidup tenang, aku akan jalan-jalan keliling dunia, belanja barang bagus, tas, sepatu, jam tangan, pakaian bermerk, perawatan spa setiap hari. Ini seperti mimpi jadi nyata! Ah aku sudah tak sabar.”

Tanpa berpikir panjang, Netha langsung menyambar pena yang diletakkan Sean di atas meja. Dengan cepat, ia membubuhkan tanda tangannya di atas kertas cerai itu. “Bebas.. Aku bebas dan akan menikmati hidupku yang baru.”

Sean mengangkat alis, tampak sedikit terkejut dengan sikapnya yang begitu sigap. “Cepat sekali, apakah ia memang dari dulu ingin berpisah?” gumamnya dingin.

Netha hanya tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa senangnya.

“Kalau memang ini yang terbaik…aku bisa apa..” jawabnya, pura-pura pasrah.

Sean mengambil kembali kertas itu, kemudian menatapnya. Ia menarik napas dalam dan bersiap membubuhkan tanda tangannya sendiri. Namun tepat ketika ujung pulpen menyentuh kertas—

Tringggg… Tringggg…

Suara ponsel Sean berdering tajam. Sean memicingkan mata ke arah layar ponselnya. Nama “Komandan Evans” muncul di sana. Sean segera mengangkat panggilan itu, wajahnya berubah serius.

“Iya?” ucapnya singkat.

Dari seberang, terdengar suara tegas yang hanya bisa didengar Sean. Netha mencoba mendengarkan, namun Sean berdiri dan berjalan ke pojok ruangan. Ekspresi wajahnya semakin tegang seiring waktu.

“Baik, saya segera ke sana,” jawab Sean akhirnya sebelum memutus panggilan. Ia menyimpan ponsel di saku celana, lalu kembali ke meja.

“Kenapa?” tanya Netha penasaran, meskipun sebenarnya ia hanya ingin Sean segera menyelesaikan tanda tangannya.

Sean menatapnya lama sebelum menjawab. “Ada misi penting. Situasi di perbatasan darurat. Aku harus berangkat sekarang juga.”

Apa?! Netha hampir melonjak. “Tunggu… tunggu, tandatangani dulu dong! Kamu mau ke mana? Hei, komandan. Aku sudah menandatangani nya, sekarang giliranmu. Cepat, cepat tandatangan.”

Sean mengabaikan protes Netha. Ia berjalan cepat menuju tangga, mengambil beberapa barang di lantai atas. Tak lama kemudian, ia sudah kembali ke ruang tamu sambil mengenakan jaket dan tas kecilnya.

“Netha,” panggil Sean singkat.

Netha mendongak, masih dengan wajah kesal karena urusannya belum selesai. “Apa lagi?”

“Aku ada urusan. Kau harus menjaga El dan Al selama aku pergi. Ini urgen, aku tidak punya waktu memikirkan pengasuh atau siapa pun saat ini.”

Netha melongo. “Apa? Aku? Nggak bisa! Tinggal tanda tangan aja, aku dan kamu bebas. Kamu kan bisa bawa mereka.”

Sean tak peduli dengan protesnya. Ia merogoh saku jaket dan melemparkan dua kartu plastik ke atas meja, kartu kredit dan kartu debit.

“Pin-nya 112211,” ujar Sean tegas. “Kau bisa gunakan ini untuk membeli keperluan mereka atau apa pun selama aku tidak ada.”

Netha menatap kartu itu, matanya berbinar lagi. Kartu kredit? Debit? Ini makin menarik!

“Tunggu, Sean—”

Sean tak memberi kesempatan. Dengan langkah cepat, ia membuka pintu dan berlalu keluar. “Jaga mereka baik-baik. Jangan bikin masalah,” katanya dingin sebelum pintu tertutup.

Brak!

Netha terduduk di sofa, masih memegang kartu yang diberikan Sean. Bibirnya perlahan melengkung senang. “Ya ampun, uang lima miliar, rumah, kartu kredit… Wah, aku bisa hidup mewah. Tapi tunggu dulu, pria itu belum menandatangani surat nya. Aish.”

Ia tertawa kecil, senyum lebar terlukis di wajahnya. “Sepertinya hidupku di dunia ini nggak seburuk yang aku kira.”

Dari balik pintu kamar, El dan Al mengintip diam-diam. Wajah mereka terlihat muram. Mereka mendengar semua percakapan tadi.

“Papa… Sepertinya sudah mantap berpisah dengannya,” bisik Al dengan suara bergetar.

El hanya diam, menatap kosong ke arah ruang tamu.

“Aku tahu, sebenarnya aku masih ingin bersama nya.. Tapi, sepertinya papa sudah mengambil keputusan bulat. Sebentar lagi, kita pasti hidup bersama papa saja,” lanjut Al lagi. “Tapi kenapa dia nggak bawa kita sekarang?”

El akhirnya bicara, suaranya dingin seperti biasa. “Papa ada misi.”

Keduanya saling berpandangan sejenak. Lalu, dengan langkah kecil, mereka keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang tamu. Netha masih duduk di sofa, memainkan kartu itu sambil tersenyum-senyum sendiri.

“Papa mana?” tanya Al tiba-tiba.

Netha mendongak. Ia melihat kedua anak kembar itu berdiri di hadapannya. Wajah mereka polos, namun matanya penuh pertanyaan.

“Oh, pria itu? Papa kalian pergi,” jawab Netha santai, suaranya datar. “Ada misi katanya. Jadi kalian di tinggal disini.”

Al mengerutkan kening. “Kapan papa pulang?”

Netha mengangkat bahu. “Mana aku tahu? Papa kalian buru-buru pergi, jangankan bertanya kapan pulang, urusanku dengannya saja belum selesai.”

El, yang sedari tadi diam, menarik lengan Al. “Ayo masuk.”

“Tapi—” ucap Al.

“Masuk,” potong El singkat.

Al menurut. Keduanya kembali ke kamar mereka dengan wajah muram. Di dalam kamar, Al duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke lantai.

“Kita hanya berdua sekarang,” ucap Al pelan. “Dia pasti bebas memarahi kita nanti. Apa yang akan kita lakukan, kak?”

El duduk di sebelahnya. “Kalau begitu, kita jangan bikin masalah. Jangan pernah ngomong sama dia kalau nggak perlu.”

Al mengangguk kecil, meskipun hatinya masih gelisah.

Di ruang tamu, Netha akhirnya bangkit dari sofa, berjalan menuju balkon. Angin sore bertiup lembut, membuatnya sedikit tenang. Ia bersandar pada pagar balkon, memandang jauh ke langit.

“Hidupku berubah total,” gumamnya pelan. “Wanita ini sebenarnya siapa?”

Ingatan tentang dirinya sendiri, Netha Putri, wanita karir berusia 27 tahun, masih segar di kepala. Namun kini ia terjebak di tubuh wanita lain yang hidupnya berantakan. Istri komandan militer, ibu dari anak kembar, dan sekarang…

“Ah, ini gila,” Netha mengusap wajahnya.

“Bagaimana bisa aku masuk ke dunia ini? Malaikat mana yang salah membuatku reinkarnasi ketubuh ini.”

Ia memejamkan mata, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia terbangun di tubuh ini. Kerja lembur, kelelahan, dan… tertidur.

“Ini mimpi? Hah ya pasti mimpi. Aku akan mencobanya nanti, mungkin setelah bangun tidur, aku kembali ke kantor ku. Tapi kenapa ini terasa begitu nyata?”

Netha membuka matanya lagi, memandang ke arah halaman depan rumah besar itu. “Tapi kalau ini nyata, aku nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Lima miliar, rumah, kartu kredit…”

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Selagi aku di sini, aku akan menikmati semua ini. Kapan lagi, tanpa bekerja dapat uang banyak untuk bersenang-senang. Apalagi kartu baru yang diberikan pria itu, jangan sia siakan uang ini. Yok kita gas.”

Namun tiba-tiba ia terdiam, jauh di dalam hatinya, ada rasa tak nyaman. Tatapan kosong El dan Al tadi, sikap dingin Sean, dan kenyataan bahwa ia mungkin harus bertahan hidup di dunia yang asing ini…

“Ah, sudahlah. Pikir nanti saja,” ujarnya pada diri sendiri. Ia berbalik masuk ke dalam rumah, membiarkan angin sore membawa kekhawatirannya sejenak.

Terpopuler

Comments

Nf@. Conan 😎

Nf@. Conan 😎

knapa nggak ada kpikiran anak, wlau pun bkan anak nya pling nggak ya pkirin prasaan mreka, nggak cma mkirin duit

2025-02-25

4

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

apa enggak ada ingatan si pemilik tubuh ya..kenapa anaknya memanggil dia bukannya mama...hmmm

2025-01-10

0

Cata Leya

Cata Leya

cuihhh bekas wanita karir kq mata duitan

2025-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Pindah Raga? Reinkarnasi!
2 Masa Lalu dan Masa Kini
3 Proyek Besar Netha
4 Menurunkan Berat Badan
5 Perhatian Netha Untuk si Kembar
6 Supermarket
7 Mulai Merasa Nyaman
8 Bercerita
9 Olahraga Bersama
10 Hari Yang Panjang
11 Renungan Malam
12 Perubahan Besar
13 Penyelamatan Sandera di Perbatasan
14 Suasana Hangat
15 Keseruan Bermain
16 Adegan Tak Terduga
17 Sean Pulang
18 Kebahagiaan Di Mini Zoo
19 Kejutan
20 Berkumpul Berlima
21 Bimbang
22 Sean Mulai Aneh
23 Suasana Yang Berbeda
24 Berjalan Di Kamp Militer
25 Me Time
26 Merasa Bersalah
27 Terlalu Banyak Fikiran
28 Banyak Pikiran
29 Menuju Kamp Militer
30 Amarah Anetha
31 Pantai
32 Manis
33 Pagi Yang Menjengkelkan
34 Pulang
35 Diskusi Si Kembar
36 Berdiskusi Dengan Sean
37 Sean Ikut Merajuk
38 Sean Nyaman Bersama Netha
39 Maling
40 Kegiatan Bersama
41 Proyek Membuat Kue
42 Rebutan Kue
43 Perjalanan Mansion Harison
44 Kehangatan Keluarga Harison
45 Foto Terlucu
46 Effort Sean
47 Masak Bersama
48 Senangnya Kedua Orang Tua Sean
49 Kehebohan
50 Hari Yang Dinanti
51 Kenangan Indah
52 Ungkapan Cinta Sean
53 Bermain Di Taman Mansion
54 Pesta Teh
55 Pengakuan Yang Mengejutkan
56 Memilah Foto
57 Netha Yang Luar Biasa
58 Malam Panas
59 Serangga nya Ketemu
60 Kembali Pulang
61 Penjaga Gawang
62 Chef Cilik
63 Kejutan Untuk Netha
64 Gosip-Gosip
65 Macan Tutul
66 Sean Bersiap Pergi Tugas
67 Cek Dekorasi Restoran dan Toko Kue
68 Jatuh Cinta Lagi
69 Kegiatan Netha dan Si Kembar
70 Harmony Haven & Sweet Echoes
71 Penutupan Acara
72 Pindah Kediaman
73 Kue Perkenalan
74 Menyapa Tetangga dan Rekan
75 Bertemu Ibu-Ibu Komplek Julit
76 Rencana Sekolah
77 Perang Mulut Dengan Mlijo
78 Menunjukkan Pesona Netha
79 Bercanda nya Suami Istri
80 Mengatur Hidup Netha
81 Sekolah Si Kembar
82 Berpartisipasi Kegiatan Persit
83 Berita Baik
84 Gejolak Emosi
85 Kegembiraan Sesaat
86 Menemukan Jati Diri
87 Dilema
88 Mencoba Berubah
89 Masih Berusaha
90 Sudah Kembali
91 Perjalanan yang Belum Selesai
92 Momen Berharga
93 End
94 Pesan Untuk Pembaca Setia
95 Reinkarnasi Duchess Pemberani
96 Promo
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Pindah Raga? Reinkarnasi!
2
Masa Lalu dan Masa Kini
3
Proyek Besar Netha
4
Menurunkan Berat Badan
5
Perhatian Netha Untuk si Kembar
6
Supermarket
7
Mulai Merasa Nyaman
8
Bercerita
9
Olahraga Bersama
10
Hari Yang Panjang
11
Renungan Malam
12
Perubahan Besar
13
Penyelamatan Sandera di Perbatasan
14
Suasana Hangat
15
Keseruan Bermain
16
Adegan Tak Terduga
17
Sean Pulang
18
Kebahagiaan Di Mini Zoo
19
Kejutan
20
Berkumpul Berlima
21
Bimbang
22
Sean Mulai Aneh
23
Suasana Yang Berbeda
24
Berjalan Di Kamp Militer
25
Me Time
26
Merasa Bersalah
27
Terlalu Banyak Fikiran
28
Banyak Pikiran
29
Menuju Kamp Militer
30
Amarah Anetha
31
Pantai
32
Manis
33
Pagi Yang Menjengkelkan
34
Pulang
35
Diskusi Si Kembar
36
Berdiskusi Dengan Sean
37
Sean Ikut Merajuk
38
Sean Nyaman Bersama Netha
39
Maling
40
Kegiatan Bersama
41
Proyek Membuat Kue
42
Rebutan Kue
43
Perjalanan Mansion Harison
44
Kehangatan Keluarga Harison
45
Foto Terlucu
46
Effort Sean
47
Masak Bersama
48
Senangnya Kedua Orang Tua Sean
49
Kehebohan
50
Hari Yang Dinanti
51
Kenangan Indah
52
Ungkapan Cinta Sean
53
Bermain Di Taman Mansion
54
Pesta Teh
55
Pengakuan Yang Mengejutkan
56
Memilah Foto
57
Netha Yang Luar Biasa
58
Malam Panas
59
Serangga nya Ketemu
60
Kembali Pulang
61
Penjaga Gawang
62
Chef Cilik
63
Kejutan Untuk Netha
64
Gosip-Gosip
65
Macan Tutul
66
Sean Bersiap Pergi Tugas
67
Cek Dekorasi Restoran dan Toko Kue
68
Jatuh Cinta Lagi
69
Kegiatan Netha dan Si Kembar
70
Harmony Haven & Sweet Echoes
71
Penutupan Acara
72
Pindah Kediaman
73
Kue Perkenalan
74
Menyapa Tetangga dan Rekan
75
Bertemu Ibu-Ibu Komplek Julit
76
Rencana Sekolah
77
Perang Mulut Dengan Mlijo
78
Menunjukkan Pesona Netha
79
Bercanda nya Suami Istri
80
Mengatur Hidup Netha
81
Sekolah Si Kembar
82
Berpartisipasi Kegiatan Persit
83
Berita Baik
84
Gejolak Emosi
85
Kegembiraan Sesaat
86
Menemukan Jati Diri
87
Dilema
88
Mencoba Berubah
89
Masih Berusaha
90
Sudah Kembali
91
Perjalanan yang Belum Selesai
92
Momen Berharga
93
End
94
Pesan Untuk Pembaca Setia
95
Reinkarnasi Duchess Pemberani
96
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!