Sifa berhenti, namun tak membalikkan badan, hanya ingin mengucapkan.
"Kaulah yang murahan!" Sifa pun melanjutkan langkahnya kembali.
Sifa kini duduk dengan raut wajah yang berbeda,Than melihat hal itu lalu berbisik.
"Apa ada yang menganggu mu?"
"Tidak, memangnya kenapa?"
"Wajahmu terlihat kesal" Than mengamati Sifa.
"Hanya gangguan kecil, jangan khawatir"
Than mengangguk, lalu menggenggam tangan Sifa sesaat, dan berhasil memberikan efek rasa nyaman.
Makan siang telah usai dilakukan, Than kembali bersama Sifa, dan menunggu keputusan Rusman saat ini juga.
"Bagaimana Tuan?" Tanya Hans ya g nampak semakin cemas.
"Tidak ada pilihan lain, kita setujui saja pilihan yang pertama" jawab Rusman.
"Apa?, tapi kita tidak akan mendapatkan apa-apa pak"
"Setidaknya aku masih menjadi pemilik perusahaan TRULA GROUP" ucap Rusman.
"Tapi apa bedanya, kalau semua penentu kebijakan tetap mereka?, ditambah keuntungan jelas lebih banyak MEGATHAN Company, ini sama saja dengan pemerasan Pak, kerja paksa!" Hans tak terima akan keputusan Rusman.
"Memangnya kita bisa apa?"
"Saya lebih setuju dengan pilihan kedua, perusahaan ada di bawah naungannya langsung"
"Apa kau gila!" Rusman terkejut dan tak menyangka jika Hans bisa berpikir seperti itu.
"Itu lebih baik pak, perusahan akan tetap menghasilkan dan bahkan akan berkembang lebih pesat, otomatis kesejahteraan kita dan karyawan akan lebih baik"
"Tapi kita akan menjadi budak mereka!" Rusman masih tak terima.
"Sama saja pak, bayangkan jika kita di opsi pertama, kita tidak dapat apapun, jelas akan ada protes dari semua pegawai jika gaji mereka tidak sesuai, sedangkan tidak mungkin kita gaji mereka seperti sebelumnya jika keuntungan kita tidak mencukupi"
"Sial!" Rusman dibuat bingung dengan semua kenyataan yang diucapkan oleh Hans.
Saat Hena kini juga memasuki ruangan, Hans segera menghampirinya, membisikan sesuatu dan akhirnya keputusan diambil pada akhirnya.
"Baiklah Tuan Than, dengan berat hati, saya memilih opsi yang kedua, dengan perjanjian bahwa kesejahteraan perusahaan TRULA GROUP ada pada tanggung jawab anda"
Than menatap Sifa, lalu tersenyum tipis penuh maksud yang tersurat, lalu Than akhirnya berbicara.
"Baiklah, aku akan mempersiapkan segalanya, dua minggu lagi, kami akan datang ke TRULA GROUP dan mengatur ulang kepempimpinan disana"
"Baik Tuan, tapi bukankah saya yang akan menjadi pemimpin disana?, walaupun semua ketentuan dari anda"
"Tentu saja tidak, kita lihat saja nanti, dan ingat, anda bukan lagi pemilik TRULA GROUP, jadi jaga sikap anda mulai saat ini" Than lalu bersiap meninggalkan ruangan.
"Sebaiknya kamu duluan honey, aku akan ikut membantu membereskan semua ini" ucap Sifa.
"Hem, aku tunggu di mobil" ucap Than melangkah pergi lebih dulu meninggalkan ruangan.
Sifa sibuk membereskan semua berkas dan file-file penting, bersama dengan tim tentunya, lalu tiba-tiba Hans datang dan memberikan selamat.
"Kau sungguh luar biasa Sifa" ucap Hans.
"Terimakasih" jawab Sifa.
"Rasanya baru kemaren kau meninggalkan perusahaan TRULA GROUP, dan sekarang datang menghadapi kami dengan gebrakan yang mengejutkan"
"Lebih tepatnya dipaksa meninggalkan dengan semua fitnahan yang kalian rencanakan, ingat itu"
"Oh ya?" Dan sekarang kau ingin membalas dendam dengan melemparkan tubuhmu pada Tuan Than, bahkan kau juga memanggilnya honey?" Hans tertawa.
"Kau bukan siapa-siapa disini, jadi jangan ikut campur urusan pribadi"
"Kau dulu bahkan tidak mau aku sentuh, hanya sebatas bergandengan itupun aku selalu memaksa, berciuman pun kau berikan dengan biasa saja, dan sekarang, apa yang sudah kau berikan pada Tuan Than?, keperawanan mu?"
"Jaga mulutmu Hans, jangan keterlaluan" Sifa menghentikan gerakan tangan yang sedari tadi sibuk membereskan berkas diatas meja.
"Ayolah, tidak usah munafik, sepertinya kau sudah ketagihan nikmatnya bercinta, ingin mencoba dengan ku?"
"Hans!, cukup!" Sifa makin murka akan kata-kata Hans yang semakin keterlaluan.
"Wow, kau lebih galak dan berani sekarang"
Brak!
Pintu di tutup dengan keras saat Hans menyadari sudah tidak ada siapapun selain dirinya dan Sifa.
"Pantas kau semakin cantik dan terawat, berlagak sedih dan terluka saat aku tinggalkan, kau sudah mengincar Tuan Than rupanya" Hans terus melangkah maju.
Sifa terkejut, seketika mundur memberi jarak aman dan waspada akan Hans, hingga akhirnya terpojokkan saat tubuhnya tak bisa lagi bergerak karena sudah tertahan tembok.
"Jangan mendekat Hans, atau aku teriak!" Ancam Sifa.
Hans justru tertawa
"Ruangan ini kedap suara, tidak perlu repot-repot teriak honey, boleh aku memanggilmu begitu?"
"Kau, kurang ajar!"
Hans tak terima akan kata-kata Sifa, lalu menyergap dan memaksa mencium bibirnya, Sifa melawan sekuat tenaga, hingga kemudian
Brak!
Pintu terbuka, Than sudah ada di sana, tatapan matanya begitu tajam, Hans sampai di buat merinding saat melihatnya.
"Tu tuan Than, maaf, ini salah paham, Sifa memaksa saya untuk bercum-bu, maklum mungkin rindu karena kami dulu_"
Bug!
Satu pukulan, dan Hans langsung terkapar tak sadarkan diri terjungkal di lantai, dan di saat yang sama terdengar teriakan seorang wanita.
"Apa yang kalian lakukan!, baby bangun!" Ucap wanita yang memakai pakaian kurang bahan dan kini berusaha menyadarkan Hans.
Hena pun berlari, membantu Amelia menyadarkan Hans yang masih tak bergerak.
"Kalian keterlaluan!, akan aku bawa kejadian ini ke ranah hukum!" Teriak Amelia mengancam Than dan Sifa yang masih berdiri.
"Kita pergi" ucap Sifa tak ingin keadaan bertambah kacau.
Than menatap Sifa, satu tangannya memegang Sifa dan satunya lagi meraih sesuatu di atas meja.
Byur
"Akh!" Teriak Amelia saat dirinya basah dengan Air kopi yang sengaja di siramkan oleh Than.
Dan Than menarik Sifa yang masih terkejut akan semua itu, lalu membawa keluar dari ruangan.
Sifa awalnya terdiam tak percaya apa yang sudah dilakukan oleh Than, namun tak lama dirinya tertawa.
"Aku sudah membalaskan perbuatan mereka padamu, sudah puas?" Tanya Than sebelum masuk ke dalam mobil.
"Lumayan, terimakasih honey"
"Hem, sama-sama"
Saat Than sudah masuk, Sifa terkejut, menyadari sesuatu, bagaimana Than tau apa yang sudah dilakukan Hans dan Amelia terhadapnya beberapa waktu lalu, padahal rahasia itu dijaganya sampai hari ini.
Sifa segera menyusul dan seketika menanyakan rasa penasarannya.
"Apa kamu tau mereka pernah berbuat hal yang sama padaku?"
"Hem" Than mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di kursi dan memejamkan mata.
"Dari mana kamu bisa tau, aku tidak pernah bercerita ke siapapun"
"Itu bukan hal sulit bagiku" jawab Than.
"Jadi kamu mencari tau?"
"Hem" jawab Than
"Kapan?" Tanya Sifa lagi.
"Sudahlah, kita nikmati perjalanan ini" Akhirnya Than tak ingin di ganggu lagi.
Sifa terdiam, dalam hatinya tersenyum hangat, menatap Than yang masih menikmati perjalanan dengan mata yang masih terpejam, mungkin terlalu capek setelah mempersiapkan semuanya, begitu juga dengan Sifa yang kini ikut tertidur di sampingnya.
Bagaimana para Riders, apa ikut puas juga?, jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sumawita
Ethan mulai perhatian lama " bucin sm sifa 😍😍😍
2024-12-26
0
Susi Lawati
si Hans dan antek-anteknya selalu menyangkut pautkan keberhasilan Sifa dengan "jual diri" secara tidak langsung apa yg mereka katakan itulah diri mereka....
sepertinya Sifa harus belajar bela diri deh biar punya tameng...
2025-01-21
0
Siti Kholifah
blm terlalu puas sih sblm mereka merasakan apa yg sifa rasakan ma'af terbawa suasana tp ok lah untuk permula'an 🙏🙏🙏
2025-02-21
0